(7) Mengagumi dalam diam

3 1 2
                                    


Esokan nya saat Gue and the Geng lagi Chill di meja kelas yang di bentuk bundar dan menjadi satu, Anggie membuka Obrolan.

"Din! Jadi sama Bahar?" Kata Anggie.

Kadinda tak menjawab ia hanya menggeleng sembari matanya mutar ke atas.

"Eh Lo suka ya sama Bahar?" Kata Sandrina tiba tiba menyudutkan Gue.

"Gue?"

"Sama Kadinda aja, Udah cocok, ngapain sih lu ah" kata Lola.

Dek!!

"Gajelas lu, Bahar banyak maunya" Kata Kadinda.

Hati Gue tbtb ngerasa seperti tergores sesuatu, Kenapa rasanya lebih menyakitkan saat Lola bilang Bahar lebih cocok dengan Kadinda? Memang itu kata kunci nya sedari dulu, namun mengapa ini begitu sakit buat Gue?

Gue melolong tiba tiba dengan tatapan kosong.

"Nuk, anter ke WC, kebelet nih" Ajak Iltak.

Tanpa bicara Gue berdiri dan mengantar Itlak ke WC. Setelah sampai di WC Iltak bicara mewakili hati Gue saat itu.

"Lo suka kan sama Bahar?" Kata Iltak sembari memberesi rambutnya di depan wastafel.

"Engga!" Kata Gue singkat.

"Keliatan Nuk"

"Keliatan banget Ik?"

"Nah, benerkan?"

"Gue ga tau Ik, Gue bingung dibilang Cinta atau engga Gue ke Bahar, tapi pas Lola bilang Kadinda cocok sama Bahar rasanya hati Gue ko Ga rela Ik?"

"Iya nuk, Lo suka sama Bahar!" Kata Iltak sembari menepuk pundak Gue.
"Terserah lo, percaya ga percaya banyak korban dari Bahar, Lo tau Lidia kan yang slalu sama Ana? Dia mantan Bahar, tanya aja sama Dia, So Dari kelas 9b rata rata korban Bahar, ga heran kenapa Bahar slalu main ke 9b" Lanjutnya sembari Kita melangkah menuju Kelas yang pastinya melewati kelas 9b.

Gue melirik sebentar Bahar yang sedang mengumpul dengan anak anak 9b di ambang pintu, Bahar langsung menutup wajahnya menggunakan tangannya menghindari tatapan Gue. Ini bukan pertama kalinya, tapi ini lah ciri Bahar Chill ke Gue.

Biasanya Gue ikut nutup muka Gue seakan ga mau nampak Bahar, tapi karena hari ini Gue rasa lagi males parah, Gue diemin Bahar.

Sesampainya di kelas Gue duduk di kursi semula. Aneh, anak anak saat Gue sampai mereka natep Gue ga biasa.

Obrolan datang kembali, kini mereka berbicara tentang Iltak, Ga heran mengapa Iltak mengerti sangat situasi Gue dan seakan hanya dia yang mengerti ini. Pacar Iltak di sekolah lain ternyata adalah hasil proses kaya Gue, mereka berantem dulu baru jadian. Mendengarnya membuat Gue berharap bahwa ada peluang besar untuk Gue menaklukan hati Bahar. Kalo Iltak yang idoyy bisa dapet Adit kenapa Gue engga? Itu lah batin Gue.

Tiba tiba Bell masuk berbunyi kami para pemalas pun mulai resah untuk pelajaran selanjutnya.

" Pelajaran apa?" Tanya Lola.

"Pa Mugi" kata Iltak sembari membaca jadwal di depan nya.

"Sip. Nji, beli permen!" Kata Lola yang lalu pergi membeli permen bersama Anggie.

Pelajaran IPA pun di mulai. Ketika Gue lagi asik nulis tiba tiba Bahar yang sok tau maju dengan arogan hingga menabrak meja Gue, yang pasti nya catatan Guejadi tercoret Ga jelas.

Gue masih diem.

Saat balik lagi Bahar melakukan hal yang sama sepeti di sengaja.

"Gue punya salah apa sih sama Lo!?" Hentak Gue serius.

"Apaan si Gajelas" balas Bahar sembari menahan tawanya.

"Har! ga lucu!"

Gue bertengkar disitu juga tepat dimana Sandrina dan yang lainya duduk, Gue bertengkar di depan mereka.

"Hahahhahah, Gue ga ngerti Bege" kata Bahar dengan tawa Devil nya.

Gue langsung ambil catatan Gue yang tercoret coret itu dan menunjukan nya di muka Bahar.

"Ya maap nuk, gitu doang cupu Lo" Celetuk nya asal.

Gue yang Gatahan liat itu komuk yang rasanya bener bener mau Gue tendang salto belakang. Gue ambil buku yang dia pegang dan Gue coretnya tu buku lebih Dalam dari coretan yang Gue punya.

"Apaansi Lo nuk! Baperan gini" Kata Bahar sembari menarik bukunya kembali.

"GITU DOANG! CUPU LO" balas Gue menegaskan apa yang baru saja ia katakan persis Gue katain balik.

Dia yang merasa Gue keterlaluan, Bahar merebut Buku Gue dan di lemparnya asal hingga lampiran buku Gue sobek.

"Eh Brisikk!!" Tegas Lola yang terganggu dengan bertengkarnya kita.

Lagian Gue juga aneh, kenapa Gue ngerasa semarah ini? Padahal Cuma gitu Doang! Bener kata Bahar, Gue cupu.

Gue ambil buku Gue dan mencatat ulang catatan Gue yang tercoret itu.

Tiba tiba Kursi belakang Gue goyah membuat Gue hampir tercoret lagi, sumpah hari itu Gue bener bener Sensi!

"Anjing! Diem monyet!" Kata Gue yang gak liat sekitar bahwa ada pak Mugi persis depan Gue yang sedang menulis itu.

Saat Gue tengok sebentar ke belekang, nyata saja, pelakunya orang yang sama dengan orang yang barusan Gue marahin itu.

Bahar duduk di meja dan mengatakan tak sengaja menyenggol kursi Gue.

"Ya Lo ngapain duduk di meja tolol! Akhlak nya mana?" Kata Gue tanpa berfikir.

"Eh Lo gausah ngomongin Akhlak ya! Lo pikir akhlak Lo kemana?" Balas Bahar dengan intonasi tinggi. Sumpah Gue baru tau marah nya Bahar kaya gini, jantung Gue langsung menciut mengecil saat menatap mata Bahar penuh amarah.

"Bahar! Gue minta tolong ya gausah ganggu Gue, Gue Sensi sekarang, apalagi liat muka Lo Har, Beneran Gue salto nih!"

"Oke fine, Lo baperan jadinya Nuk, Gue juga jadi males jahilin Lo"

Fixs! Kata kata itulah yang bikin Gue ga bisa tidur malam ini, Gue takut Bahar benaran ga gangguin Gue lagi, Gue setakut ini!!

Gaess gua ada sedikit story, Gue udah mulai terbiasa dengan ketidak adanya Bahar buat Gue.
Dan tempat tinggal Gue pun udah pindah so Gue lebih gampang lupa sama Bahar, entah kedepan seperti apa.

Gue disini punya temen baru yang lebih asik dari Bahar bahkan di bilang cara dia berinteraksi dengan wanita sedikit mirip dengan Jefry,Fakeboi nya bukan main. Fahri.

Fahri lah yang menyadarkan Gue bahwa semua anak lelaki itu punya caranya masing masing menunjukan rasa perhatiannya pada wanita, akan tetapi tetap saja cara Bahar jauh lebih asik di banding siapapun. Jadi gimana ya kalian pernah ga sih ngerasa suka sama sifatnya aja ga sama fisik nya nah lo Nemu lagi orang yang fisik nya Lo suka dan mau gabungin keduanya buat Lo. Itulah yang gue rasakan saat ini

Don't forget to vote follow and you can gift me anything question in comment. StaySafeabdHealty All❤️

@aku_nuke

                        










Aku & KebencianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang