Instagram: @laras.sptr
Happy reading ❤
Vote and comment•••
Setelah melalui perjalanan yang terasa sangat panjang. Akhirnya mereka semua sudah tiba di Indonesia.
Tidak lagi mempedulikan rasa lelah, mereka langsung bergegas menuju rumah sakit yang sudah di beritahu oleh Stev.
Di sinilah mereka semua berkumpul. Di depan ruangan yang bertulisan kamar jenazah. Semua orang hanya bisa menundukkan kepalanya sembari mendengarkan jeritan dan tangisan Lia dan Key secara bersamaan.
Di depan ruangan, Zie meluruh ke lantai. Tatapan laki-laki itu kosong dan air mata yang tidak berhenti terus saja membasahi pipinya.
"Daddy...."
Tak jauh dari Zie, ada Zoe yang berdiri mematung sambil menggendong Ryan yang sudah tidur dalam gendongannya. Bahkan, laki-laki itu belum masuk ke dalam kamar jenazah untuk melihat jenazah ayahnya.
"Sini Ryan biar papa gendong, kamu masuk sekarang." Stev mengambil alih Ryan dari gendongan Zoe.
Pintu ruangan terbuka dan tak lama muncul Denata, Lia, Key dan juga Aldran.
Zoe melangkah dengan pelan menghampiri tubuh kaku sang ayah. Tangannya dengan pelan menurunkan kain putih yang menutupi wajah Al sampai leher.
Untuk kali ini Zoe membiarkan air matanya jatuh begitu saja. Sekuat apapun ia menahan air matanya agar tidak jatuh tetap saja ia gagal.
"Kenapa secepat ini, Dad?" Zoe menepuk dadanya dengan pelan.
Tak ingin memperlambat acara pemakaman, Zoe kembali menutup kain penutup wajah dan tak lupa ia mengecup kening dan punggung tangan Al untuk terakhir kalinya.
•••
Suara sirine mobil jenazah menjadi pengiring selama mereka menuju pemakaman.
Di mobil ini, Aldran, Lia, Denata, Key, Ryan dan juga Zoe. Sedangkan, di mobil belakang ada orang tua dari Lia, Zie, twins dan Vian.
Mobil-mobil dari pihak keluarga, rekan kerja, guru-guru juga turut serta mengekor di belakang.
Ryan yang baru saja terbangun dari tidurnya menatap dengan tatapan polos pada Zoe.
Bocah itu langsung bangun dan memeluk laki-laki yang tengah mengendarai mobil itu. "Ryan kangen daddy," ucap Ryan begitu polos.
Lia yang berada di kursi penumpang kembali menitikkan air matanya. Zoe yang berada di kursi samping kemudi hanya bisa mematung melihat Ryan yng terus memeluk dan mencium Aldran.
"Daddy ganti parfum?"
"Ryan, itu bukan daddy. Itu Om Aldran. Kayaknya Ryan kelelahan deh. Buktinya sampai nggak bisa bedain," ucap Zoe.
Ryan menunjukkan deretan gigi rapinya. "Ryan kirain daddy, mukanya sama soalnya."
Ryan kembali ke pangkuan Zoe. Bocah itu duduk dengan tenang sembari bersandar pada dada bidang Zoe.
"Kakak, kenapa kita ikutin mobil di depan, sih?"
"Kita mau antar daddy pulang, sekarang Ryan duduk dan dengerin apa kata kakak. Mau jadi anak penurut?" ucap Zoe berbisik. Suara laki-laki itu terdengar sangat lirih dengan nada yang bergetar.
•••
Semua orang berkumpul mengelilingi satu liang lahat yang sudah di gali. Rekan kerja, keluarga, guru-guru dan juga beberapa teman dari Taruna School ikut hadir untuk mengantarkan Aldren ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Ryan mendongak. Menatap orang-orang yang mengenakan pakaian serba hitam. Ia menatap kakak dan juga ibunya yang berada di kursi roda.
Ryan yang masih begitu polos ikut menitikkan air matanya kala melihat kakak dan ibunya kembali menangis.
Key menatap peti jenazah ayahnya yang mulai di masukkan ke dalam liang lahat. "Jangan kubur daddy! Daddy Key masih hidup!" Jerit Key. Ia merosot ke tanah sambil memukul sekitar, kakinya juga menendang tak jelas sambil terus berteriak.
Zoe dengan sigap langsung mengunci pergerakan Key dan menariknya ke dalam pelukannya. Di situasi saat ini ia harus terlihat tetap tegar untuk adik-adiknya.
"Key, jangan seperti ini," bisik Zoe.
Suasana kembali histeris saat tanah mulai menutupi liang lahat. Bahkan, Denata harus menenangkan twins saat melihat keduanya meluruh ke tanah sambil memanggil ayahnya.
Frenky selaku ayah dari Lia ikut menenangkan putri satu-satunya dan juga menenangkan Vian.
•••
Semua pelayat yang ikut menghantarkan Aldren ke peristirahatan terakhir sudah kembali ke rumah masing-masing.
Rasa tidak rela akan kepergian suaminya untuk selama-lamanya masih tersimpan kuat di dalam hati Lia. Terutama bagi Key, gadis itu yang paling terpukul dan masih belum menerima takdir yang menurutnya sangatlah kejam.
Lia menatap sendu batu nisan yang menampilkan nama suaminya dengan jelas, kemudian ia menatap anak-anaknya yang jongkok mengelilingi makam suaminya.
"Kenapa kamu pergi secepat ini? Apa aku bisa membesarkan anak-anak kita tanpa kamu?" Kalimat itu terus menerus berputar di kepala Lia. Bagaimana pun mulai saat ini ia harus menjadi ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya.
"Kita pulang sekarang, sudah mendung," ucap Frenky.
"Key nggak mau ninggalin daddy," ucap Key sembari merebahkan kepalanya pada batu nisan.
Zoe memberi isyarat pada keluarganya untuk pulang lebih dulu dan membiarkan Key meluapkan semuanya. Ia juga berjalan sedikit menjauh dari Key seakan memberikan ruang pada Key.
Key memeluk makam ayahnya dengan sangat erat. "Dulu daddy bilang daddy nggak akan pernah ninggalin Key."
Bagi seorang anak perempuan, ketiadaan sosok ayah dalam hari-harinya akan terasa lebih menyakitkan. Saat ayah pergi untuk selamanya, ia bukan hanya kehilangan seorang kepala keluarga, tapi juga cinta pertama.
Bukan kah setiap ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya?
Sebagian orang mengatakan, patah hati terbesar bagi seorang anak perempuan adalah saat ayahnya pergi untuk selama-lamanya.
Bahkan saat seorang anak perempuan yang belum tahu rasanya disayang dan dimanja pacar, ada satu laki-laki yang mengenalkan rasa itu dan itu adalah sosok ayah yang mengenalkan perasaan itu pada anak perempuan. Bedanya, ayah tidak pernah mengenalkan bagaimana rasanya patah hati.
"Daddy tahu? Tadi Ryan meluk Om Aldran dan Ryan kira itu daddy." Key mulai menceritakan semuanya yang Ryan ucapkan selama di perjalanan tadi.
"Hari ini Ryan belum mengerti, Dad. Key harus jawab apa kalau Ryan tanya?"
Key menepuk dadanya yang terasa amat sesak dan perih saat melihat batu nisan yang bertuliskan nama laki-laki terhebatnya.
Mulai saat ini, ia kehilangan sosok laki-laki yang teramat sangat ia cintai. Tidak ada rasa cinta dan sayang yang setulus rasa cinta dari ayahnya.
"Key, ayo pulang. Sudah mulai gerimis." Zoe datang dan mengajak Key berdiri.
"Key masih mau di sini, Kak."
"Dengar kakak, Key. Di sini yang merasa kehilangan bukan kamu doang. Ada mommy, Kak Zie, twins, Vian. Kami semua kehilangan Key, sama seperti kamu. Bahkan, Ryan yang masih kecil juga ikut kehilangan Key. Kamu nggak bisa terus menerus seperti ini. Kamu nggak mau lihat mommy semakin sedih, kan?"
Key diam di tempat. Ia membenarkan ucapakan kakak sulungnya. Ia tidak boleh egois seperti ini, memang bukan dirinya saja yang merasa kehilangan dan dengan cara ia bertingkah seperti ini akan semakin membuat mommynya semakin sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE BROTHER
Teen FictionSEQUEL DADDY Bagi yang belum baca cerita DADDY bisa di baca dulu untuk mengenal para tokohnya. cuss langsung cek profil aku aja ya manteman... __________________________________________________ Dilindungi para pria tampan adalah hal yang di dambaka...