New York, USA
Berkali-kali wanita itu menekan tombol panggil dan berkali-kali pula ia menekan tombol end dengan wajah jengkel. Sebenarnya kemana pria ini? Kenapa tak menjawab panggilannya? Apakah dia baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu padanya? Berbagai pikiran buruk masuk ke dalam kepala Jasmine. Ya bagaimana tidak, hal seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya tak perlu tunggu lama Javier langsung menjawab panggilannya.
Dasar sial. Pasti ia tengah tidur dengan jalang.
Jasmine pun beranjak dari sofa, melirik jam dinding sekilas dan sekarang sudah pukul dua belas lewat lima menit. Sudah sepuluh menit yang lalu Alaric meninggalkan mansion.
Kemana lagi pria itu kalau bukan pergi melacur?
Dan kini Jasmine memilih untuk naik ke kamarnya, mengganti pakaian dengan jaket kulit hitam, legging ketat dan sepatu boots. Menatap sekilas di cermin, wanita itu pun mengambil lipstick merah lalu di polesnya di bibirnya yang ranum.
Ia tersenyum tipis melihat wajah yang terpantul disana.
Sebelum mengendarai Ferrari hitamnya, Jasmine hendak menyambar ponsel tapi dia mengurungkan niat itu. Untuk apa ponsel? Toh tidak ada yang akan menghubunginya bukan?
Dengan kecepatan tinggi, wanita itu melaju pesat membelah jalan kota New York. Hei, dia juga salah satu pengendara yang handal. Dulu ketika geng The Billionaire Twins Club nya mengadakan balapan liar, Jasmine sering memenangkan permainan. Jadi bukan masalah besar saat dia menekan pedal gas sekuat yang dia bisa, meliuk-liuk dengan ahli.
Tak lama kemudian mobil pun bertengger cantik di sebuah club malam setelah melakukan drift yang menawan. Ah ini salah satu club milik Aaric Patlers, adik iparnya yang tak kalah brengsek itu. Dengan langkah anggun dan derap sepatu boots nya, Jasmine pun melangkah ke dalam club. Tubuhnya yang ramping tercetak dengan sangat indah di balik pakaian serba hitam yang dia kenakan. Memancarkan aura misterius hingga tak sedikit mata pria hidung belang yang menatapnya dengan kilat nakal.
Dan Jasmine sudah terbiasa dengan itu. Biasanya dia tak mempedulikannya, tapi kali ini, sebuah senyum miring, bukan masalah bukan? Biarkan pria-pria nakal itu merasa bahagia sesekali.
"Vodka please." Kata Jasmine setelah dirinya duduk di kursi bar yang tinggi.
"Sure." Sang bartender menatap dengan kilat mata nakal sebelum dirinya mempersiapkan minuman yang di pesan Jasmine.
Jasmine dapat melihat berbagai jenis manusia di dalam club ini. Berbagai masalah di dalam sini yang coba orang-orang sembunyikan dengan sebuah tawa ataupun bahasa tubuh. Sepasang manusia di ujung tampak sedang bercumbu dengan tak tau malu. Di ujung lain tampak kelompok pria mesum yang tengah menggoda para jalang sambil sesekali meremas bongkahan pantat mereka.
Menjijikkan.
Tapi suasana seperti ini dapat menyegarkan otaknya yang sering kali terbakar akhir-akhir ini.
"Selamat menikmati, Cantik." Kata si bartender sambil meletakkan sebotol vodka dan sebuah gelas.
Jasmine tak membutuhkan gelas. Dirinya ingin menenggak minuman itu dari botolnya langsung.
Sial.
Hidup ini begitu sial. Biarkan orang mengatainya bahwa dia wanita picik, egois dan ingin menang sendiri.
Dia tak peduli itu. Dia sadar semua itu benar. Dia ingin terbebas dari rasa sakit itu, tapi tidak bisa. Lebih tepatnya tak ingin. Dia begitu mencintai pria itu. Meskipun dengan cara yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAS VEGAS
Любовные романы[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Javier Louis Rayan adalah seorang titisan billionaire berusia dua puluh delapan tahun yang luar biasa tampan. Sisi keras dan pemberontak yang dimiliki Javie...