🕋◇ Episode 6 ◇🕌

13K 1.5K 92
                                    

Happy Reading Gaes (!)
_________________________
_______________________________

• ○ ● ■ ◇□◇ ■ ● ○ •

Hari baru berganti. Sore ini, Hurrin yang bagian piket menyapu ndalem, itu juga termasuk menyapu kamar Gus Yasin. Entah kenapa, Hurrin merasa kalau tidak seharusnya dia berada di ruangan ini. Ada yang salah. Segera Hurrin menyingkirkan pikirkan buruk tersebut. Buru-buru sekali Hurrin membersihkan kamar milik Gus Yasin.

Interior kamar terdiri dari barang-barang kayu yang indah. Kamar di lantai dua ini terbilang lebih besar dari kamar-kamar di lantai dua lainnya. Mungkin itulah sebabnya kamar ini dijadikan kamar Gus Yasin. Selebihnya, kamar di lantai dua adalah kamar tamu. Kamar Kyai Ilyas di bawah, bersebelahan kamar kosong lain yang ditempati keluarga dari Turki, Gus Ozy beserta istrinya dan kedua anak kembarnya. Hurrin selesai melakukan semua tugasnya, tinggal menata barang-barang di rak.

Brak!

Satu buah buku terjatuh dari rak meja. Bukan buku bacaan tapi sebuah buku tulis. Tidak sengaja terbuka, Hurrin juga tidak sengaja membaca isinya. Itu buku diary? Tunggu, orang seperti Gus Yasin juga masih sempat-sempatnya menulis buku diary seperti ini?

Tentang Istri Abi

Bagaimana aku harus memanggilmu? Umik? Ibu? Bunda? Ummah? Mama? Anne?

Aku tidak tahu.

Sejak lahir, bertemu saja denganmu tak pernah.

Orang tua seperti apa dirimu?
Bagaimana aku harus mengenalmu?
Baik? Penyayang? Penuh cinta-kasih? Lembut?

Aku tidak tahu.

Sejak lahir, bersua saja denganmu tak pernah.

Wanita seperti apa dirimu?
Hanya tahu fotomu, hanya tahu ceritamu, hanya tahu segalanya tentangmu dari orang lain.

Sekali saja, ajari aku arti cinta, arti kasih sayang, arti rasa pelukan seorang ibu.
Apa yang sedang kuminta?

Aku tidak tahu.

Abi sendiri tidak menyayangiku.

Aku terkadang ragu, apakah benar dia ayahku?

Kenapa aku sama sekali tidak mirip dengannya?

Kenapa keluargaku sendiri membicarakan lelaki lain, ada lelaki yang dicintai ibuku selain Abi?

Ini bodoh sekali, aku bahkan tidak tahu apapun.

Tak ada seorang pun yang mau menjelaskan itu.

Mereka keluargaku, tapi terasa bukan seperti keluargaku.

Hari perjodohanku sudah dekat, aku kenal sekali siapa Najwa itu. Siapa keluarga Najwa itu.

Aku tidak mencintainya, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya mencintai, tapi aku sadar, perasaan ini benci. Meskipun aku lama tinggal di Mesir, Abi harusnya tahu, aku tidak suka dijodohkan dengan Najwa.

Dan gadis itu, aku selalu memikirkannya.

Ya Allah, perasaan yang aku bahkan tidak tahu apa.

Sejengkel itukah aku saat dia menumpahkan kuah rendang ke bajuku?

Sampai aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku bahkan sama sekali tidak dekat dengannya!

𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang