🕋◇ Episode 8 ◇🕌

12K 1.4K 72
                                    

Hae gaes, MUNAJAT kembali update lagi. ☺👋
Setelah sekian lama hiatus karena kondisi Author amatir ini sedang jihad fisabillah (memperjuangkan kelulusan :"v ehheq! ehheq!)

Selamat menikmati kembali lanjutan kisah cinta Hurrin dan Gus Yasin yang makin uwu uwu! 🥰

Happy Reading Gaes (!)
_________________________
_______________________________

• ○ ● ■ ◇□◇ ■ ● ○ •

Sunyi dan senyap seolah menikam tiap sudut ruang tengah ndalem itu. Tidak ada suara lain kecuali detikan jam kayu yang tergantung di dinding sana. Semua terdiam, hanyut dalam persepsi masing-masing tentang apa yang telah diucapkan Gus Yasin barusan. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan lebih. Acara makan malam itu kacau sekali.

Semua kaget, termasuk Hurrin yang sekarang hanya bisa menunduk dalam-dalam. Entah dia masih punya muka atau tidak di depan Kyai Ilyas.

Hasanah menutup mulut dengan tangan kanannya. Sepatutnya, dia juga tidak bisa tertawa sekarang seperti yang pernah diucapkannya tempo hari ke Hurrin jika ketahuan ia juga ikut menyukai Gus Yasin layaknya santriwati lain. Persoalan ini berbeda, tidak sesederhana 'Hurrin yang nge-fans Gus Yasin', lantas Hasanah akan senang sekali mengolok-ngoloknya. Persoalan sekarang adalah Gus Yasin menyeret tangan Hurrin dan tiba-tiba ingin bertunangan dengannya di depan keluarga calon besan Kyai Ilyas.

Kyai Shihrazy, Abah Najwa yang orang tinggi besar Mesir itu menatap Kyai Ilyas penuh tanda tanya. Apa maksudnya semua ini? Sudah jelas mereka ke sini untuk menjalin hubungan dengan Kyai Ilyas, menentukan tanggal pertunangan putri mereka dengan putra Kyai Ilyas. Bagaimana bisa Gus Yasin yang sudah dianggapnya anak sendiri ingin mempermalukan keluarga Kyai Shihrazy dengan mengatakan hal demikian?

Najwa yang berdiri di belakang Abah-nya juga bingung. Apa maksud Kangmas Yasin-nya? Bukankah Najwa juga setuju-setuju saja menerima perjodohan dengannya itu, kenapa Kangmas Yasin tidak? Apa yang salah dari Najwa untuknya. Mereka juga tidak langsung menikah, akan ada waktu lebih mengenal pribadi satu sama lain dulu. Bukankah Najwa adalah gadis yang sudah dekat dengannya sepuluh tahun lebih belakangan? Siapa gadis muda itu? Kenapa Kangmas Yasin lebih memilihnya?

Gus Ozy bahkan kehilangan muka untuk mengeluarkan kata-kata. Gus Yasin berbeda dari Ning Ayla, dia jauh lebih keras kepala. Gus Ozy memikirkan apa yang ada di pikiran Ning Fatiyah dan suaminya tentang ini. Pasti mereka juga merasa sangat kebingungan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Suara ketukan langkah kaki membuyarkan keheningan ruangan.

PLAK!

Kyai Ilyas menampar Yasin persis seperti yang dilakukannya malam kemarin. Lebih keras. Putranya ini masih belum mengerti juga, betapa pentingnya perjodohan ini.

Semua orang lebih kaget melihat wajah Kyai Ilyas yang penuh amarah. Tak terkecuali Hurrin. Dia merasa menjadi sebab semua ini. Jika Gus Yasin hanya butuh alibi untuk mencari gadis lain sebagai tameng agar perjodohan ini batal, kenapa harus Hurrin? Dari sekian ribu santriwati di pondok ini, kenapa harus Hurrin yang diseret paksa tangannya oleh Gus Yasin menuju masalah ini? Lihatlah wajah keluarga calon besan Kyai Ilyas. Lihatlah wajah Najwa yang sedih itu, bibir mungil yang dari tadi menurun kedua sisinya. Ia jelas sedih atas perlakuan Gus Yasin malam ini. Hurrin lebih sedih lagi dari semua orang, karena dia lebih tidak tahu apa-apa.

"Pergi saja ke kamarmu! Dan jangan lakukan hal bodoh!"

Teriakan Kyai Ilyas mengagetkan semua orang. Gus Yasin hanya menatap nanar wajah Abi-nya. Semua ini benar-benar salah. Di mata siapapun, apa yang dilakukan Gus Yasin adalah salah besar.

𝐌𝐮𝐧𝐚𝐣𝐚𝐭 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang