Mataku menatap deretan bahan-bahan yang akan kugunakan sebagai obat alergi. Sebenarnya bahan yang kuperlukan hanya sedikit yaitu madu, es batu, dan daun peppermint. Untungnya aku mampu menemukan semua bahan-bahan ini secara lazim, ya kecuali untuk es batu sih.
Di jaman segini, tidak ada yang namanya es batu. Karena itu, aku memasukkan air ke dalam ember kayu kemudian membiarkan ember kayu tersebut berada di luar semalaman. Dan, ya … hasilnya memang membeku, tapi bukan kotak-kotak layaknya es batu hiks.
Daun peppermint kurebus agar menjadi teh, kemudian kuberikan sedikit madu agar rasanya tidak terlalu mengerikan. Sementara, sisa madu kubiarkan untuk dioleskan kepada kulit Jinpyeong nantinya. Dengan begini maka semua selesai dengan baik, semoga saja obat ini ampuh.
"Ibu Suri telah tiba!"
Nah, si mak lampir datang.
Dengan cepat aku langsung menundukkan badanku dan menyapanya dengan sopan, ya mau bagaimanapun dia adalah mertuaku sekaligus mantan Ratu dari kerajaan ini, karena itu, sudah menjadi kewajiban bagiku untuk menghormatinya. "Salam, Ibu Suri," ucapku.
"Apa kau sudah menyelesaikan obatmu?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan kepala. "Hm, kalau begitu sekarang bawa obatmu dan ikutlah bersamaku untuk menemui Yang Mulia," tambahnya.
Aku pun berjalan menuju dapur dan meraih nampan besar yang berisikan ragam obat-obatan untuk meredakan alergi pada Jinpyeong. Kalian bertanya kenapa reaksi orang-orang jaman segini pada ketakutan saat mendengar kata alergi?
Itu semua karena mereka masih belum mengetahui cara menanggulangi penyakit ini, kalau di dunia modern, alergi adalah penyakit yang sepele. Namun kalau di abad segini, sebuah alergi dapat menyebabkan kematian, dan yap, aku mendapatkan pengetahuan ini dari sekolah, karena itu rajin-rajinlah bersekolah.
Diriku berjalan keluar dari kediaman dan terus mengikuti kemana Ibu Suri membawa. Jujur, rupanya istana ini luas sekali, aku pikir istana ini tidak akan seluas itu, namun siapa sangka kalau masih ada banyak bagian dari istana ini yang bahkan belum pernah kukunjungi setelah satu bulan aku hidup di abad mula-mula.
Dan, akhirnya, tampaklah sebuah bangunan tinggi nan besar yang berdiri kokoh di atas batu. "Ini adalah kediaman utama dari istana ini, atau yang biasa kau kenal sebagai kamar tidur Raja, dan di sanalah Yang Mulia berada, kau masuklah lalu sembuhkan dia," ucap Ibu Suri.
Aku menganggukkan kepalaku kemudian berjalan menapaki puluhan tangga yang harus kulewati sebelum berhasil masuk ke dalam kediaman Jinpyeong. Setelah sampai di depan pintu kediaman tersebut, para pelayan yang betugas untuk membuka pintu akhirnya membukakan pintu untukku, dan aku pun melangkah masuk ke dalam.
Di dalam kamar tidur tersebut, tampak seorang pria yang sedang berbaring di atas ranjangnya. Di sampingnya, tampak sang permaisuri beserta keempat selir lainnya yang sedang menatap tajam ke arahku. Tak hanya itu, bahkan para pelayan di ruangan tersebut beserta tabib juga menatap tajam ke arahku.
Ada apa dengan mereka, cih.
Mencoba mengabaikan tatapan tersebut, aku pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut dan memasang tatapan datarku. Mataku memandang lurus ke arah Jinpyeong yang tengah berbaring di atas ranjangnya dengan ruam-ruam merah yang tampak jelas di kulitnya. Hah … gara-gara kecerobohanku dia jadi sakit seperti ini, maafkan aku Jinpyeong.
Aku pun menyuapinya teh peppermint dan mengoleskan es batu di bagian tubuhnya yang gatal, kemudian barulah diriku kembali mengoleskan madu di bagian tubuhnya yang memiliki ruam.
Cepatlah sembuh, meski kau menyebalkan karena terus menyuruh-nyuruhku, tapi aku baru tahu kalau di istana ini terdapat lebih banyak orang lagi yang lebih menyebalkan dari kau.
Tanganku mengusap lembut kepalanya, dan mata pria itu terbuka sedikit menatapku. Anehnya, saat ia membuka matanya sedikit, dia malah terkekeh pelan sembari meraih pergelangan tanganku. "Berani-beraninya kau masuk ke mimpiku," gumamnya, "apa ada yang menyuruhmu untuk datang ke mimpiku seperti ini?"
Wih, ini orang ngelindur atau gimana ya? Apa dia tak sadar kalau tindakannya saat ini berhasil membuat suasana panas di ruangan ini menjadi kian memanas.
Aku tersenyum getir menatap Jinpyeong, dan berbisik kepadanya, "Yang Mulia aku yakin kau sedang tidak sadar saat ini karena itu sebaiknya kau lepaskan tanganmu dariku sebelum aku menjadi sasaran para istrimu itu," timpalku kesal.
"Ahahaha, bahkan dalam mimpi pun kau masih tampak aneh. Lucu sekali kau ini."
Ugh, ini orang kok mancing emosiku ya. Ah sudahlah, tidak baik emosi kepada orang yang tengah sakit, apa lagi mengingat kalau penyebab dia sakit adalah gara-gara diriku, karena aku baik, jadi aku akan mengampunimu untuk saat ini wahai Yang Mulia.
"Sudah, tidurlah, dan lupakan apa yang kau lihat saat ini. Selamat tidur," ucapku sembari mengelus pelan pundaknya. Dan yap, kurasa aku tak dapat mengelus pundaknya terlalu lama karena tatapan mengerikan mereka semua.
"Kalau kau sudah selesai dengan urusanmu maka cepat pergi dari sini," ucap seorang wanita yang merupakan Ratu Maya.
Aku pencinta kedamaian kawan, jika kalian berharap kalau aku akan berteriak membalas perkataannya, maka salah besar. Aku tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti itu, nyawaku hanya satu, dan aku harus sayang nyawa. "Saya pamit undur diri terlebih dahulu, permisi," ucapku yang kemudian secepat mungkin keluar dari tempat ini.
Semakin cepat aku selesai dari masalah ini maka akan semakin baik.
Ya semoga saja obatnya ampuh.
Kalau sampai ga ampuh?
Maka matilah aku~
_________
HOLA GAES~
Ciee disini ada yang besok udah mau masuk sekolah kah?
Semangat yaa!
Oh iya btw, ternyata banyak yang pingin sequel cerita 'Romeo, Take Me!' ya, aku udah mulai mikir alur buat sequelnya nanti muehehe.
Ngomong-ngomong, diriku ga pernah pasang pict karakter cerita ini yaw. Kalau gitu diriku mulai dari fotonya Hae Won aja dulu yaw~
Hiya, besok mau siapa lagi?
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Tiger and King
Romance[Nox Series #1] 호랑이 [horang-i] animal Aku hanya membaca sebuah website mengenai mitos-mitos yang melegenda di sekitaran sini, dan sungguh tak kusangka kalau semuanya akan berakhir menjadi seperti ini. Diriku tiba-tiba berpindah ke kerajaan Silla di...