i l g o p

23K 4.7K 171
                                    

Hae Won POV

Astaga, kenapa dari sekian banyak orang, malah aku yang harus menjadi babu dari si raja ini. Apa dia kekuarangan dayang istana di bagian dapur sehingga makan pun perlu dimasakkan olehku? Ah, entahlah, aku tak dapat memahami pola pikir manusia yang satu ini.

Dengan persediaan yang bejibun seperti ini, akhirnya aku memasak Samgyetang. Sisa kuah sup tersebut kugunakan untuk memasak nasi agar nasi dapat menjadi lebih berasa. Hm, semoga saja enak, karena jujur dengan rempah-rempah yang kurang lengkap di dapur ini, entah apabila rasanya dapat menyerupai aslinya atau tidak.

Setelah menyajikan makanan tersebut kepada Jinpyeong. Aku duduk di seberang meja makannya, dan lagi-lagi … semua pelayan menatapku terkejut. Hahh … kesalahan macam apa lagi yang telah kuperbuat sampai mereka menatapku seperti itu, hiks. Pembelajaran etiket di jaman kerajaan ini benar-benar berlebihan.

Pasti situasi saat ini adalah situasi dimana seorang selir tidak diperbolehkan duduk semeja dengan raja. Dengan ogah-ogahan aku bangkit berdiri dan,

"Kenapa kau bangkit berdiri?"

Hah?

"Duduklah."

Lho, kalau aku boleh duduk kemudian kenapa mereka menatapku seperti itu? Secara ragu-ragu aku kembali duduk di kursi seberang Jinpyeong, dan ekspresi para pelayan tersebut kini tidak terlihat seperti orang kaget lagi. Mereka malah kembali menundukkan kepala mereka.

"Sup apa ini?"

"Ah, itu adalah Samgyetang, Yang Mulia," sahutku, "dan nasinya kubuat dengan menggunakan kuah dari sup tersebut sehingga nasinya tidak akan terasa hambar."

"Hm, sup ini enak. Lalu bagaimana dengan bahan-bahannya?" tanyanya lagi.

"Seekor ayam utuh, gingseng, jujube, jahe, dan bawang put—"

'Tuk

Oke, tiba-tiba Jinpyeong menjatuhkan sumpitnya dan wajah para pelayan yang berada di pintu dapur itu kini terlihat ketakutan. Sebentar-sebentar, ada apa disini? Kenapa mereka semua manunjukkanku ekspresi wajah seperti itu?

"Ugh …" Sontak aku langsung menatap ke arah Jinpyeong yang sedang menggaruk-garuk tengkuknya dan lengannya. Kulit wajah yang awalnya putih pucat kini telah berubah menjadi kemerahan disusul dengan bintik-bintik kecil yang mulai timbul.

Ah, dia alergi Bawang Putih.

Mampus aku!

Lagi pula kenapa tidak ada yang memberitahuku mengenai alerginya hiks, kalau begini aku jadi tak tahu apakah nyawaku dapat bertahan hingga besok atau tidak.

Ughh, bodoh amatlah, yang perlu kulakukan saat ini adalah menyelamatkan si raja, kalau sampai dia pingsan ditempat maka fiks aku akan mati.

"Bawa Yang Mulia ke tabib! Cepat!" teriak Kasim Han.

Aku membantu mereka mengangkat tubuh Jinpyeong dan meletakannya di punggung Kasim Han. Mereka langsung bergegas lari menuju tabib, dan sekarang aku disini sedang berpikir keras. Kalau diriku diam saja atas kasus ini maka jelas sekali kalau mereka akan menghukumku, dan karena ini jaman kerajaan, itu berarti mereka juga akan menghukum keluarga si Hae Won ini.

Arghh! Kenapa dunia ini begini sekali, hiks. Sudahlah, dibandingkan meratapi nasib, kurasa akan lebih baik kalau aku menggunakan waktuku dengan berpikir jalan keluar dari permasalahan ini. Kalau aku kabur sekarang maka keluarga Selir Hae Won ini akan berada dalam bahaya, kalau begitu satu-satunya cara adalah …

OBAT ALAMI!

________

"Apa kita ada madu?" tanyaku yang sekarang berada di dapur kediamanku.

"Ah, maaf Nyonya, tapi kalau untuk madu sendiri hanya tersedia di dapur utama kerajaan yang biasa dikhususkan untuk memasak makanan Yang Mulia raja dan Ratu," ucapnya.

Haduh, banyak sekali hal-hal yang tidak dapat kumiliki di tempat ini. "Mungkin kalau Nyonya ingin maka Nyonya bisa meminta sendiri pada dapur istana."

"Apa boleh?"

"Tentu saja, mau bagaimana pun Nyonya adalah Selir Yang Mulia," timpalnya.

Hahaha, benar katanya, tapi masalahnya nama selirku pasti sudah tercoreng saat ini karena dikira telah meracuni Yang Mulia. Hanya tinggal masalah wakti saja sampai berita ini menyebar keseluruh istana dan aku pasti akan menerima hukuman kej—

'Brak!

"Mana selir kelima!"

Nah kan. Baru juga dibilangin.

Mari tenang dulu, jika aku panik di saat-saat seperti ini maka hal tersebut akan membuatku terlihat rendah. Sebagai gadis yang memegang status bangsawan, aku tidak boleh sampai terlihat rendah di hadapan mereka.

"Saya disini, Ibu Suri," timpalku sembari berjalan menghampiri Ibu Suri atau yang biasa dalam bahasa modern disebut sebagai Ibu mertua walau dalam status sosial yang berbeda. Wajahnya tampak marah sekali padaku, dan aku dihadapannya hanya dapat menundukkan kepala.

Selama dia tidak menamparku mak—!

'Plak!

"Berani-beraninya seorang selir kelima sepertimu meracuni Yang Mulia! Apa kau sudah tidak sayang dengan status sosialmu hah?!" marahnya yang baru saja menampar pipiku dengan kencang.

Uh, kurasa mulai sekarang aku harus berhenti memprediksi hal-hal yang akan terjadi, masa tadi diriku sedang berpikir masalah tamparan eh dia malah benar-benar menamparku.

Tarik nafas ….

Buang ….

"Saya tidak tahu kalau Yang Mulia alergi terhadap bawang putih, Ibu Suri. Ini adalah resmi kesalahan saya, namun saya tahu cara mengatasi masalah ini," ucapku.

Dan, Sang Ibu Suri tampak tertarik dengan perkataanku. "Kau tahu bagaimana cara meredakan alerginya?"

"Tentu saja, Ibu Suri. Saya sedikit mengerti mengenai ilmu pengobatan, karena itu saya dapat memberikan Yang Mulia obat untuk menyembuhkan penyakitnya," sahutku.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau adalah gadis lancang yang sudah berani-beraninya meracuni Yang Mulia dengan makanan yang tak dapat ia makan, lalu sekarang katakan padaku bagaimana caraku untuk mempercayaimu?"

Ugh, haruskah aku melakukan ini. Hah … ya sudahlah, jika aku tidak melakukannya maka konsekuensi akan menjadi lebih besar. "Jika obat saya gagal, maka saya rela dihukum atas segala perbuatan yang telah saya lakukan," ucapku terpaksa.

"Hm, kuberi kau kesempatan. Besok, bawalah obatmu itu."

"Baik, Ibu Suri."

Setelah selesai dengan acara memarahiku, akhirnya sang Ibu Suri pergi dari kediamanku dengan tenang. Namun, kenapa malah jadi aku yang tidak tenang sekarang, hiks. Bodohnya diriku sampai berani menjamin ramuan obat tersebut akan berfungsi dengan baik di tubuh Jinpyeong.

Bagaimana kalau ternyata obat tradisional yang kupelajari dari resep turun-temurun keluargaku itu tidak ampuh di jaman ini? Bagaimana kalau ternyata bahan-bahan yang diperlukan tidak ada di istana?

Arghhh! Bodohnya aku!

Fyuh … sudahlah, tidak ada waktu untuk meratap. Sekarang aku harus segera membuatkan obat untuk Raja Jinpyeong dan menyelesaikannya hari ini juga.

SEMANGAT!

______

Maapkeun diriku updatenya agak telat hiks, habis marathon nonton Sweet Home tadi, seru bet walau sadis :")

Rekomendasi banget deh film-nya buat pecinta gore 🤣

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Tale Of The Tiger and KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang