d a s e o t

24.5K 5K 962
                                    

Tiba-tiba sebuah suara perempuan terdengar dari arah belakangku, dan aku langsung melipat tanganku sembari tersenyum ramah kepada pelayan tersebut. Sumpah demi apa, jantungku berdetak seperti habis lari marathon saat ini. Semoga saja imejku sebagai seorang selir yang elegan ini tidak akan hancur dikarenakan ketahuan menguping pembicaraan orang.

"Eum … aku datang kemari untuk memasak! Iya, benar, aku merasa bingung harus melakukan apa sehingga aku memutuskan untuk mencoba memasak, bagaimana? Apa aku boleh menggunakan dapurnya?" ujarku beralasan.

"Oh tentu saja Nyonya, dapur ini adalah milik Nyonya, jadi silakan Nyonya gunakan," sahut dayang tersebut sopan. Untung saja para dayang di istana ini semuanya baik-baik, aku tak dapat membayangkan kalau ternyata mendapatkan dayang yang tidak sopan dan semena-mena. Yah, kurasa ini adalah salah satu hal yang ku syukuri dari dunia baru ini.

Aku pun menggulung lenganku dan melangkah masuk ke dalam dapur tersebut. Semua peralatannya kuno, namun setidaknya bahan-bahan di sini lengkap meskipun tidak ada micin, cih. Tapi tak apa, selama ada garam dan gula maka aku sudah bisa membuat karya seni!

Jangan lupakan kalau diriku adalah anak dari seorang ibu rumah tangga yang gemar memasak dan membuat kue hohoho!

Melihat seluruh bahan-bahan di dapur ini, kurasa aku mampu membuat kue dan untuk makanannya aku akan membuat … ah, tidak ada nasi. Duh, mau nangis deh rasanya, tapi bukannya seharusnya di jaman ini sudah ada nasi ya? Nasi kan sudah ditemukan dari 300 tahun sebelum masehi, lalu kenapa aku tak menemukan nasi di sini?

"Hei, apa kita tidak memiliki beras?" tanyaku.

"Ah, istana tentu memilikinya." Yes! Akhirnya aku dapat makan nasi. "Tapi, karena Nyonya adalah selir kelima, jadinya kami tidak kebagian jatah beras dari kekaisaran, rata-rata beras yang diberikan untuk para selir telah habis diambil oleh selir-selir lainnya."

Ah, kasus ini lagi.

Oh Tuhan, kenapa aku diperlakukan secara tidak adil di istana ini. Bersabarlah Hae Won, bisa saja ada orang lain yang lebih kurang beruntung dibandingkan dirimu di dalam keluarga kerajaan ini. "Apa di istana ada selir keenam?" tanyaku.

"Tidak ada, Nyonya."

Ugh, kurasa dunia ini memang membenciku.

=====

Dan, beginilah bagaimana aku akhirnya membuat makanan seadanya tanpa ada nasi, hiks. Padahal awalnya aku berniat membuat bibimbap karena sudah tidak lama memakan makanan itu, tapi yap! Semua rencana indahku hancur berantakan dan aku hanya mampu membuat mandu berisikan sayuran dikarenakan tidak adanya daging di dapur ini.

Pantas saja selama ini aku lebih sering makan sayur dan ikan dibandingkan daging-daging lainnya, cih.

"Kau sedang memasak apa? Wangi sekali?"

Dan, entah badai darimana, tiba-tiba si pria ini datang ke dapur milikku. Seketika para dayang yang sedari tadi kusuruh untuk menonton diriku memasak langsung membungkukkan badan mereka sembari menyapa pria yang memiliki gelar 'Raja' itu.

Aku heran, seingatku para dayang berkata kalau Jinpyeong ini adalah raja yang dingin, fokus pada kerjaannya terhadap Kerajaan Silla, dan dia bahkan enggan membuang-buang waktunya untuk memperhatikan orang lain. Lantas, apa yang sedang dia lakukan di sini hah?!

Dia berjalan menghampiriku kemudian berdiri tepat di belakangku punggungku. Matanya menatap lurus ke arah sepuluh biji mandu berisi sayuran yang telah kubuat barusan. Sementara, aku di sini menatap tajam para pelayan istana yang tampak seperti memberikan kami berdua ruang untuk menjadi pusat perhatian.

"Kau membuatnya sendiri?" tanya pria itu.

Ya iyalah, pakai nanya segala lagi, dikira aku membuat mandu ramai-ramai gitu? Yang ada sobek tuh kulit pangsit. "Iya, Yang Mulia, saya membuatnya sendiri." Hah, demi kesejahteraan bersama, aku terpaksa harus menjinak di depan si raja ini, kalau aku terlalu bar-bar yang ada kepalaku akan digantung di pagar istana besok pagi.

Tale Of The Tiger and KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang