"Tangkap dia!"
Uh, ada ribut-ribut macam apa lagi di pagi hari seperti ini. Dengan ogah-ogahan aku terpaksa menyingkap selimutku kemudian menyipit menatap ke arah pintu kamar. Sebentar, beri aku waktu lima menit untuk mengumpulka kembali jiwaku yang berceceran.
Namun, belum pas lima menit aku diam sembari mengumpulkan jiwaku, tahu-tahu pintu kamarku telah digeser oleh seseorang yang berteriak, "TANGKAP SELIR JAHAT ITU!" Yap, begitu katanya ….
Eh, sebentar ….
Apa katanya tadi? Menangkap selir jahat? Siapa selir jahat di sini? Ah, banyak sih, ada empat, tapi kenapa dari empat selir jahat itu mereka malah datang ke ruanganku, hm … tolong berikan aku waktu untuk berpikir sebentar, otakku lemot.
Aku dapat melihat banyak prajurit yang berjalan masuk ke dalam ruang aku sembari menodongkan pedangnya ke arahku. Sementara aku di sini mendongak menatap mereka semua dan bertanya, "Kenapa kalian masuk ke dalam kamarku? Apa keperluan kalian?"
"Nyonya telah meracu—"
Belum sempat prajurit tersebut menjawab, tiba-tiba suara bantingan pintu kembali terdengar sehingga membuatku langsung menoleh ke arah sang pelaku yang sudah berani-beraninya membanting pintu kamarku. "Cepat tangkap dia dan masukkan ke dalam penjara bawah tanah yang dikhususkan untuk para pengkhianat!"
Pengkhianat? Apa mereka gila?
"Apa salahku?" tanyaku yang akhirnya kini telah mendapatkan kembali kesadaranku.
"Dasar wanita jalang!" teriak Ibu Suri yang entah sejak kapan telah berada di dalam ruanganku juga. "Kau yang telah berjanji kalau obatmu itu akan membuat Baek Jeong-ku sembuh, tapi apa hasilnya? Pagi ini dia malah muntah-muntah bukannya semakin sehat!"
Aku sontak mengerutkan dahiku saat mendengar hal tersebut. "Tunggu sebentar—"
"Tunggu apa lagi hah?! Jalang ini benar-benar gila kok memang! Kalian! Cepat penjarakan dia di penjara bawah tanah, jangan biarkan siapapun mengunjunginya, dan berikan dia makanan hambar, jangan pernah berikan dia makanan dan minuman enak! Apa kalian mengerti?"
Astaga, kesialan macam apa lagi yang kualami saat ini.
Pada akhirnya, para prajurit tersebut menyeretku masuk ke dalam penjara yang bahkan nyaris tidak memiliki pencahayaan sama sekali jika seandainya tidak ada sebuah ventilasi kecil untuk sirkulasi udara. Ya, setidaknya masih ada jendela sehingga aku dapat bernafas.
Hah, aku tak menyangka kalau pagi hariku dapat berubah menjadi seperti ini hanya dalam beberapa menit saja. Sekarang aku harus mengasah otakku untuk mencari cara keluar dari penjara ini karena jangan kalian pikir kalau aku akan sudi menghabiskan sisa waktuku untuk mendekam di tempat mengerikan seperti ini.
Tetapi kok aneh sekali ya, kenapa obatnya bisa sampai tidak ampuh? Padahal selama ini jika diriku maupun keluargaku selalu mengkonsumsi obat tersebut apabila alergi, tetapi efeknya berhasil kok, lalu kenapa yang ini tidak, ya. Kok Jinpyeong malah munt—
Sebentar ….
Muntah?!
Itu artinya kan ….
_______
Author POV
Di kamar raja, tampak seorang tabib beserta pelayan-pelayannya yang sedang memeriksa kondisi Baek Jeong. Pria tersebut berkeringat sangat banyak, bahkan tabib sampai membuka pakaian pria tersebut agar keringatnya dapat diseka. Tak hanya keringat, Baek Jeong juga beberapa kali muntah.
Hingga seiring dengan berjalannya waktu dan bergantinya hari, suhu tubuh Baek Jeong perlahan mulai menurun dibandingkan dengan suhu tubuhnya yang kemarin. Dia membuka sedikit matanya dan menatap ke arah sang tabib beserta para pelayannya yang tengah menatap khawatir dirinya. "Apa yang terjadi? Kenapa kamarku ramai sekali?" tanyanya.
"Yang Mulia telah sepenuhnya sadar?" tanya Tabib tersebut.
Namun bukannya menjawab, Baek Jeong malah langsung bangkit dari posisi tidurnya, dan duduk menatap tajam semua orang di ruangannya. Tak lama kemudian, datanglah sang Ibu Suri beserta Ratu Maya yang hendak memeriksa kondisi Baek Jeong, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Baek Jeong yang kini jauh lebih sehat.
"Astaga, apa kau sudah sehat?" ucap Ibu Suri yang langsung berlari menghampiri Baek Jeong. Sementara itu, Baek Jeong tampak tidak menunjukkan reaksi apa-apa terhadap tindakan sang Ibu Suri, pria itu tetap fokus menatap orang-orang di ruangannya.
Ratu Maya senang melihat suaminya yang telah sehat. Senyumnya merekah lebar dan ia hendak berjalan menghampiri Baek Jeong sebelum pria itu berkata,
"Dimana Hae Won?"
Senyuman luntur seketika. Wajah senangnya kini telah berubah menjadi wajah kesal dan benci. "Kenapa Yang Mulia mencarinya? Apa Yang Mulia telah lupa kalau gadis itulah yang telah membuat Yang Mulia menjadi sakit parah seperti ini?" sahutnya dengan nada sinis.
"Aku tidak bertanya padamu, diamlah."
Dalam sekejap dahi wanita tersebut berkerut kesal. Dia mengepalkan tangannya dan berusaha sebisa mungkin untuk meredam emosinya yang membuncah.
"Selain itu, siapa yang telah menyembuhkanku?" tanya Baek Jeong. "Aku harus memujinya karena telah menyembuhkan alergiku, dan kurasa aku juga harus berbincang dengannya karena secara ajaib dia telah membuat obat untuk mengatasi penyakit ini," timpalnya.
Sang tabib langsung menundukkan kepalanya dan hendak menjawab nama Hae Won sebagai sosok yang telah menyembuhkan Baek Jeong. Namun tiba-tiba Ibu Suri memotong ucapannya.
"Ratu Maya yang telah menyembuhkanmu, karena itu berterima kasihlah padanya," timpal wanita paruh baya tersebut dengan nada bicara angkuhnya.
______
Aloha gaes~
Sesuai janji kemaren, banyak yang minta pictnya Jinpyeong alias Kim Baek Jeong, jadi hari ini akan kuberi untuk kalian~ //eakk
Owokwokwokwok!Btw gaes, aku minta rekomendasi lagu yang sedih + melow buat di dengerin pas mendung gitu dong, bahasa apa aja ga apa kok, yang penting melow. Stok lagu sedihku menipis 😭
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Tiger and King
Romance[Nox Series #1] 호랑이 [horang-i] animal Aku hanya membaca sebuah website mengenai mitos-mitos yang melegenda di sekitaran sini, dan sungguh tak kusangka kalau semuanya akan berakhir menjadi seperti ini. Diriku tiba-tiba berpindah ke kerajaan Silla di...