y e o l d u l

24.7K 4.9K 599
                                    

"Selamat pagi, Nyonya."

Suara tersebut samar-samar terdengar di telingaku. Aku melenguh pelan dan membuka mataku menatap para dayang yang entah kenapa bisa berada di sini, seharusnya kan aku sedang tidur di penjara, kenapa tiba-tiba aku bisa berada di kamarku sendiri?

"Ah, aku masih mimpi rupanya, tidur lagi lah."

"Ini bukan mimpi, Nyonya."

Oke, abaikan ucapanku tadi. Aku langsung membuka mataku lebar-lebar dan menatap lurus ke arah langit-langit kamar. Setelah itu, kuedarkan pandangan mataku menatap sekeliling ruangan ini, dan benar saja. Ini kamarku sendiri. "Apa kau yakin aku tidak sedang bermimpi saat ini? Aku kan seharusnya berada di penjara," heranku.

"Ah, itu kemarin Yang Mu-"

"Itu kemarin, Nyonya dibebaskan tiba-tiba, jadi kami langsung membawa Nyonya kembali kemari agar Nyonya dapat beristirahat dengan nyaman di ranjang," potong dayang lainnya. Aku mengernyit heran menatap mereka, sesuatu tampak sedang disembunyikan dariku saat ini.

Yap, bodoh amatlah. Selama aku sudah keluar dari penjara maka itu artinya bagus, dengan begini aku dapat kembali memakan makanan normal, bukannya malah nasi basi yang dicampur dengan air, rasanya buruk sekali ugh.

Setelah memakan sarapan dan mandi selama nyaris satu jam, sekarang aku pergi keluar dari kediamanmu untuk mencari udara segar. Jujur saja, terlalu lama tinggal di dalam penjara bawah tanah membuatku merasa seperti makhluk purba yang jarang melihat matahari, dan karena aku adalah orang yang hiperaktif, jadi aku perlu melakukan aktifitas saat ini.

Mari berolahraga!

Cuaca segar, langit cerah, matahari bersinar terang, dan suasana pun terasa damai. Bukankah ini benar-benar tempat yang sempurna untuk senam SKJ? Ya ... walau tidak ada lagu pengiring sih, tapi setidaknya suasananya pas.

Dan karena orang-orang di jaman ini tidak mengerti apa itu senam SKJ, maka aku akan mengajak beberapa dayangku kemudian mengajak mereka senam bersama. Senam sendirian? Oh tidak, maaf, tapi aku tidak ingin dianggap sebagai orang gila karena joget-joget ga jelas di pagi hari.

Hmm ... siapa yang bisa kuajak senam bersama ya. Kurasa aku cukup dekat dengan para dayang di kediaman ini mengingat bagaimana diriku yang selama ini nyaris pernah keluar dari wilayah kediamanku, dan selalu menghabiskan waktu untuk berbincang dengan para dayang.

Kurasa aku akan mengajak semua dayang kediamanku! Semakin ramai maka semakin baik! Mari mulai dengan dayang yang mengurus dapur.

Aku pun berjalan menuju dapur kediamanku dengan tujuan ingin mengajak para dayang untuk senam bersama. Langkah kakiku mendekat ke arah pintu, namun tak lama kemudian, sebuah hal seolah-olah menahan langkah kakiku dan membuatnya tak dapat bergerak barang sedikit pun.

"Astaga, bukankah kemarin Yang Mulia dan Nyonya terlihat sangat romantis!"

Hah? Romantis? Aku dengan Baek Jeong?

"Betul-betul, demi apa saat aku melihat Nyonya yang sedang pingsan, jujur aku kerasa sangat khawatir. Namun, saat aku melihat ekspresi Yang Mulia saat menggendong Nyonya, dia terlihat sangat khawatir dengan kondisi Nyonya kita! Aku benar-benar berpikir kalau Nyonya dapat menggantikan posisi permaisuri tak lama lagi!"

Apa ini? Kenapa sedari tadi mereka mengucapkan kalimat aneh yang bahkan tak dapat kuterima dengan baik menggunakan nalarku. Bagaimana bisa aku digendong oleh Baek Jeong padahal jelas-jelas tadi para dayang berkata kalau mereka lah yang membawaku kemari. Ugh, aku perlu menanyakan masalah ini pada mereka.

"Hei apa yang kal-Umphhh!" Belum selesai aku mengucapakan kalimatku dan masuk ke dapur. Tiba-tiba rambutku terasa seperti di tarik kebelakang oleh seseorang yang bahkan tidak kuketahu siapa. Namun saat dia menghempaskanku ke tempat yang tidak ada orang sama sekali, itu membuatku dapat melihat wajahnya.

Dia adalah permaisuri.

"Dasar wanita jalang, kau berani merebut suamiku, hm," ujarnya, "dayangmu bilang apa tadi? Menggantikan posisi permaisuri? Kau? Aku tidak akan membiarkanmu merebut posisi ini dasar jalang, posisi ini kuraih dengan sudah payah, bahkan sampai sekarang pun Baek Jeong masih enggan menyentuhku ... tapi bisa-bisanya kau? Gadis sepertimu?"

Ini orang ada masalah hidup apa sih denganku. Yang tidak mau menyentuh dia adalah Baek Jeong, yang tidak menyukai dia adalah Baek Jeong, tapi kenapa pelampiasannya malah padaku yang bahkan ogah dekat-dekat dengan pria itu. "Maaf Yang Mulia, kurasa kau salah orang," ujarku malas.

"Kau buta?" sarkasnya, "tidak kau dengar berita yang bahkan mulai beredar di luar istana?" Aku menggelengkan kepalaku, dan dia malah mendecih kesal. "'Yang Mulia Jinpyeong akhirnya mau menyentuh seorang wanita dalam hidupnya, tapi itu bukanlah permaisuri melainkan seorang selir, apakah tak lama lagi pengisi posisi permaisuri akan diganti?' begitulah berita yang menyebar saat ini."

Wow, aku tak paham bagaimana orang-orang itu bisa menyimpulkan berita seperti ini. "Ya itu terserah Yang Mulia ingin percaya atau tidaknya dengan berita tersebut, namun kalau boleh saya sarankan, jangan suka termakan oleh berita palsu, mereka bertebaran dimana-mana," ujarku.

"Kau bilang berita palsu? Apa kau tak tahu kalau kemarin semua orang di istana ini tahu kalau Baek Jeong menggendongmu keluar dari penjara bawah tanah?!"

"Apa maksudnya? Bukankah Yang Mulia sakit?"

"Kau bahkan tidak sadar? Kemarin Baek Jeong menggendongmu keluar dari penjara bawah tanah meskipun penyakitnya belum benar-benar pulih. Dan lebih parahnya lagi, apa yang kalian berdua lakukan selama semalaman?"

DEMI APA?! APA YANG KULAKUKAN SEMALAM? AKU HANYA TIDUR DAN BERMIMPI BERTEMU DENGAN ILUSI BAEK JEO-Ah, dia bukan ilusi ternyata.

"Masih ingin melawan?" tanyanya.

Oke, sekarang waktunya berpikir keras. Jangan dikira kalau aku akan sudi diperlakukan seperti ini, aku harus melakukan sesuatu. Oh, aku tahu. "Permisi, Yang Mulia Permaisuri," panggilku, "Yang Mulia telah sadar dari penyakitnya yang berarti dia sembuh, tetapi Ibu Suri malah memenjarakan saya, bukankah justru seharusnya saya yang protes disini?"

Pada saat itu juga dia terdiam dan tak mampu menjawab pertanyaanku. Cih, sangat mudah tertebak. Wajahnya tampak kesal dan dahinya iru berkerut kencang. Dia mengacungkan jari telunjuknya ke wajahku lalu berkata, "Aku tidak akan memaafkanmu!" Dan kemudian dia pergi.

Haduh, lagipula siapa yang meminta maaf padamu hah? Permaisuri kok ga punya akhlak kayak begini sih, seandainya aku rakyat biasa dan bukan selir, mungkin aku akan menyebarkan rumor mengenai keburukan sifat permaisuri di kalangan rakyat agar dia menjadi buah bibir.

Tapi sayangnya aku selir kelima, hiks.

Ya sudahlah, nikmati saja hidup dan kurangi musuh. Aku lelah hidup penuh drama seperti ini. Oh iya ....

"Dayang-dayangku semua! Selamat pagi! Ayo kita berkumpul!"

Ohohoho, mari kita senam!

=====

Mi apa, punten telat gais diriku ketiduran 🙃

Updatean kedua untuk hari ini wokwokwok. Nanti kapan-kapan aku bakal adain double update lagi.

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tale Of The Tiger and KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang