Setelah menyuruh Akaashi untuk beristirahat, Bokuto berbalik lalu mengambil beberapa plastik untuk wadah yang nantinya akan digunakan untuk menampung serpihan botol kaca pecah.
Bokuto mengambil serpihan kaca satu persatu, tak terasa tangannya juga sedikit tergores. Sedikit darah keluar dari salah satu jari Bokuto.
Akaashi masih berbaring terdiam di tempat tidurnya, perlahan mata Akaashi beralih menatap Bokuto yang sedang membersihkan pecahan kaca.
Sebenarnya bukan hanya botol yang jatuh, surat yang ada di tangan Akaashi juga terjatuh di lantai. Bokuto hanya fokus membersihkan serpihan kaca yang berserakan, entah kenapa melihat perilaku Akaashi tadi Bokuto jadi agak ragu untuk menyentuh surat itu.
Beberapa menit berlalu Akaashi sudah tenang dan tertidur.
***
Akaashi POV
Keesokan harinya Akaashi bangun dari tidurnya agak siang, tapi tak seperti biasa hari ini ada rasa tak enak yang menimpa tubuhnya.Kepalanya sedikit pusing dan tubuhnya merasa kedinginan, saat membuka mata Akaashi langsung melihat keadaan sekitar.
Surat Osamu masih ada di bawah lantai, sisanya benda-benda yang lain terlihat tersusun rapih.
'Ah iya dia kemarin yang beresin.' Batin Akaashi.
Akaashi perlahan beranjak dari kasurnya lalu berjalan beberapa langkah, niatnya mengambil surat yang tergeletak di bawah lantai. Surat itu diambil lalu diletakan di sebelah figura foto Osamu.
Bukan hanya kepalanya yang pusing sekarang Akaashi merasa badannya lemas, tenggorokannya juga kering tapi ingin mengambil air Akaashi tak punya tenaga.
Tiba-tiba semua pandangan Akaashi kabur dan mulai gelap.
***
"Keiji." Panggil seseorang.
Akaashi membuka matanya lemas, tubuhnya sekarang terbaring di kasur, di atas dahi Akaashi ada sebuah kain lembab hangat.
Akaashi lalu melihat keadaan sekitar, terlihat ada Bokuto disana sedang menatap Akaashi. Raut wajahnya menunjukkan bahwa Bokuto sangat khawatir dengan keadaan Akaashi.
"Syukurlah kamu udah sadar." Ucap Bokuto, matanya masih lekat menatap Akaashi.
"Aku kenapa?" Tanya Akaashi.
Bokuto mengambil kain yang ada di dahi Akaashi kemudian kain itu direndam air hangat kembali, diperas lalu dikembalikan lagi ke dahi Akaashi.
"Tadi aku liat kamu pingsan jadi kubawa kesini, badan kamu panas loh, kamu pasti kecapean. Lain kali jangan dipaksain." Ucap Bokuto seraya mengambil bingkisan yang ada di meja.
"Ini aku beliin bubur mank Ukai, dimakan dulu ya, kalau lagi sakit perut kamu jangan sampe kosong." Tambah Bokuto lagi.
Akaashi terdiam sejenak menatap Bokuto yang asik menyiapkan bubur untuknya, "Iya." Jawab Akaashi pelan.
Akaashi memposisikan dirinya sedikit agak naik, perlahan Bokuto menyuapi Akaashi.
"Ini buburnya ga diaduk kaya yang biasa kamu makan." Ucap Bokuto seraya memberikan sesendok bubur pada Akaashi.
Akaashi menerima dan memakannya.
Sedang asiknya makan bubur seketika mata Akaashi salah fokus pada plester yang ada di jari Bokuto. Pada saat itu juga Akaashi mengigat kejadian kemarin.
"Jari kamu gapapa?" Tanya Akaashi.
Bokuto sedikit melihat jarinya yang dipakaikan plester pink dengan sedikit motif, "Iya gapapa cuman kegores dikit."
Akaashi mengangguk, beberapa menit kemudian Akaashi akhirnya berhasil menghabiskan buburnya.
Setelah itu Bokuto memberinya segelas air putih dan obat, "Nih diminum dulu biar agak enakan, masih kerasa pusing ya?" Tanya Bokuto seraya menyerahkan obat pada Akaashi.
Akaashi menerima obat yang diberikan Bokuto, "Lumayan." Jawab Akaashi.
Setelah meminum obat Akaashi kembali Berbaring lagi, Bokuto segera memberikan Akaashi selimut tebal untuk menjaga suhu tubuhnya.
"Kamu ga mau pulang?" Tanya Akaashi.
Tangan Bokuto tadinya ingin mengusap rambut Akaashi namun berhenti seketika, "Udah kamu istirahat dulu aja."
Akaashi masih diam, tak lama mata Akaashi perlahan mulai menutup. Pemandangan terakhir yang Akaashi liat adalah Bokuto, manik emas milik Bokuto yang memancar kehangatan.
***
Malam hari Akaashi kembali terbangun dari tidurnya, yang tadi pagi Akaashi merasa kedinginan sekarang malah kepanasan. Mungkin karna efek AC yang dimatikan, tubuh Akaashi juga sedikit berkeringat.
Sosok yang pertama kali dilihat Akaashi adalah Bokuto yang terlelap di sebelah kasurnya.
Hanya kepala dan lengan Bokuto yang ada di atas kasur, tubuhnya masih terduduk di kursi.
Akaashi menatap Bokuto sebentar, rambutnya kini turun dan juga terdengar sedikit dengkuran halus yang keluar darinya.
Tangan Akaashi perlahan mengusap pelan rambut Bokuto, mata Akaashi masih lekat memandang Bokuto yang tertidur.
"Ah.. Kangen Keiji." Bokuto tiba-tiba mengigau.
Saat itu juga dalam wajah Akaashi terukir senyuman tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go || BokuAka
FanfictionKisah lanjutan - I always love you - BokuAka WARN : NSFW 🔞 - ⚠️ OOC - [END] Menceritakan perjuangan Bokuto yang ingin kembali mendapat kepercayaan dan hati Akaashi. Sedangkan Akaashi sendiri masih kehilangan dan mencari sosok kebera...