Terikat masa lalu

1.5K 181 46
                                    

-Maaf ya baru up sekarang, kemarin sempet tida enak badan 🤧 sama ada beberapa urusan 👩‍💻

-

-

-

Esok pagi, Bokuto masih terlelap di tidurnya dan mengeluarkan beberapa dengkuran halus, mimpinya kerasa indah sampai tubuhpun malas untuk bangun.

"Bokuto san." Panggilan seseorang membuat Bokuto bangun.

Bokuto sedikit menatap ke sumber suara pembangun, meski pandangannya kabur sedikit lantaran baru bangun,  "Keiji.." Ucap Bokuto pelan sambil mengusap matanya.

"Aku ada masak mie mau makan ga?" Tanya Akaashi.

'MAU." Jawab Bokuto lantang.

"Yaudah kutunggu di meja makan." Jawab Akaashi yang kemudian langsung pergi.

'Tadi aku ga salah denger kan, dia sekarang mulai mau makan yang lain selain onigiri hambar itu.' Batin Bokuto, entah kenapa Bokuto merasa senang saat ini, sepertinya mulai ada kemajuan.

Bokuto langsung beranjak lalu menyusul Akaashi. Mereka berdua makan berhadapan, Akaashi dengan mie goreng sedangkan Bokuto dengan mie kuahnya.

Selama makan Bokuto terlihat sangat lahap dan buru-buru, Akaashi yang melihatnya sedikit menggelengkan kepala.

"Pelan-pelan Bokuto san." -Akaashi

Bokuto sontak menatap sekilas Akaashi dengan mulut penuhnya, mata Bokuto kini berfokus pada mie goreng milik Akaashi.

"Keiji mau basonya dong, boleh ga?" Tanya Bokuto.

Akaashi langsung menusuk satu baso dengan garpu lalu memberikan garpu itu pada Bokuto.

Bokuto yang seharusnya mengambil garpu malah menggengam pergelangan tangan Akaashi seraya menuntun tangan itu menyuapinya.

"Enak." Ucap Bokuto sambil tersenyum lebar.

Akaashi membalasnya dengan senyum kecil juga. Bokuto yang melihat itu tak bisa berheti merasa kesengangan, 'AKHIRNYA BISA LIAT KEIJI SEMYUM LAGI MANISNYA.' Batin Bokuto.

Pergelangan tangan Akaashi yang masih digenggam Bokuto perlahan ditarik membuat jarak pandang diantara mereka menipis.

Pancaran kaget manik zambrud dan pacaran kasih sayang manik emas bertemu membuat keadaan sekitar menjadi terdengar suara dentuman berdetaknya jantung.

"Keiji aku mau dapetin basonya lagi boleh?" Tanya Bokuto sambil menatap Akaashi serius.

Akaashi merasa sedikit gundah karna melihat tatapan Bokuto, "Iya." Jawab Akaashi pelan.

Akaashi tadinya sempat berpikir dulu sebentar, yang menjadi objek memang baso tapi entah kenapa Akaashi berpikir bukan baso yang dimaksud Bokuto.

Melainkan diri Akaashi sendiri, seperti meminta izin untuk mendapatkan dirinya kembali.

***

Beberapa hari berlalu, perkembangan dalam diri Akaashi semakin membaik. Akaashi sekarang lebih memperhatikan keadaan pada dirinya dan sekitar.

Kembali seperti dulu Akaashi yang suka bersih-bersih, Akaashi yang mau memasak dan memakan apapun, dan juga Akaashi yang bisa mengatur pekerjaannya.

Tentunya hari-hari itu ditemani oleh Bokuto, Bokuto senantiasa menemani dan mendukung Akaashi.

Tak hanya itu sekarang Akaashi juga mulai mau pergi keluar meski hanya membeli beberapa bahan makanan, biasanya Bokuto yang belikan.

Akaashi pergi keluar sendiri ke pusat kota untuk membeli bahan makanan, di daerah Akaashi tak ada supermarket, mungkin warungan ada tapi tak selengkap supermarket.

Beberapa plastik belanjaan dijinjing Akaashi, Akaashi pulang pergi menggunakkan bis. Selagi Akaashi menunggu bis di halte ponselnya berdering menandakan ada seseorang yang memanggil, Akaashi segera mengangkat panggilan tersebut.

"Keiji kamu dimana, aku ke rumah kamu tapi kamunya ga ada." Ucap seseorang di seberang telepon.

"Bokuto san aku abis belanja tadi sekarang mau pulang lagi nungguin bis dulu." Jawab Akaashi.

"Apa naik bis? Kenapa kamu ga bilang kalo mau pergi beli sesuatu kan aku bisa anterin, bentar aku kesana." -Bokuto

"Gausah Bokuto sa-" panggilan terhenti karna diputus satu pihak.

Akaashi menatap jalanan dengan tatapan datar. 'Jadi keinget sesuatu.' Batin Akaashi.

Tak lama Bokuto datang dengan motornya menggunakan jaket dan syal merah, cuaca hari itu lumayan cukup dingin.

Akaashi segera beranjak dari duduknya lalu menghampiri Bokuto. Bokuto kerab membantu Akaashi membawa plastik jinjingannya, sebelum naik Bokuto terlebih dahulu menatap Akaashi.

Wajah dan bibir Akaashi yang pucat sebagai penanda bahwa sekarang ia kedinginan, meski memakai baju panjang mungkin suhu ini tak nyaman bagi Akaashi.

Dengan inisiatifnya Bokuto melepas syal merah di lehernya lalu dipakaikan ke Akaashi. Akaashi sedikit menyentuh syal itu, syal merah yang lembut dengan terciummya aroma Bokuto.

Bokuto tersenyum pada Akaashi, "Dipake ya biar kamu ga kedinginan.'

Di satu sisi jantung Akaashi berdetak sedikit kencang menatap Bokuto, tapi saat ini bukan Bokuto yang berada dalam pikiran Akaashi.

'Samu.'

Saat itu Akaashi merasa senang melihat adanya sosok Osamu dalam diri Bokuto.

Mereka berdua lalu pulang bersama, Akaashi mengeratkan pegangannya pada pinggang Bokuto dan menundukkan kepalanya sedikit di belakang punggung Bokuto.

Dalam perjalanan Akaashi kerab menguatkan pegangannya pada Bokuto.

Bokuto memang senang terlihat dari adanya semburat merah mudah di wajahnya.

Tapi Akaashi tidak, Akaashi sedikit mengeluarkan air matanya.

'Samu.. jangan pergi.' Batin Akaashi.

Don't Go || BokuAkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang