Jungkook menderapkan langkah meniti lantai pualam dengan dua jinjingan di kedua tangannya. Mula-mula langkahnya terlihat santai lantas berubah menjadi gerakan cepat setelahnya—bisa dibilang hampir berlari kala belah pintu lift yang ditujunya membuka dan perlahan bergerak menutup kembali. Karena gerakan cepat itu jinjingan cup coffee yang dibawanya pun sedikit terguncang, tapi tak sampai tumpah.
"Terima kasih." Jungkook membungkuk sopan pada seseorang yang telah berbaik hati menahan pintu lift tetap terbuka untuknya. Kemudian tersenyum ramah ketika netranya bersirobok dan mengenali sosok tersebut. Lantas memasuki lift dan menyematkan dirinya bersisian bersama Jackson yang juga mengumbar senyum sama ramahnya.
"Lantai berapa?" kata Jackson selagi jemarinya bergerak menekan tombol bertuliskan angka tiga. Berusaha menawarkan bantuan saat melihat kedua tangan Jungkook dipenuhi jinjingan yang totalnya ada delapan cup yang baru di belinya di kafetaria.
"Aku juga ingin kelantai tiga," jawab Jungkook.
Detik selanjutnya, keheningan menyelimuti sekeliling. Hanya gema halus pergerakan lift yang dapat terdengar. Jackson sibuk dengan ponselnya dan Jungkook sibuk dengan lamunannya. Rasanya canggung sekali. Kendati demikian bibir tak sanggup berucap tuk sekedar mengurai sepi. Jungkook itu bukan tipe yng pandai berbasa basi saat dirinya terjebak berduan bersama seseorang yang belum masuk dalam lingkup orang yang ia kenal, dalam artian belum akrab. Sedang Jackson tampak asik sendiri tanpa memperdulikan atmosfer kecanggungan yang ada.
Ting
Bunyi dentingan beriring belah pintu membuka memberi sedikit celah tuk keluar dari area kecanggungan tadi. Meniti langkah turun dari lift lantas kembali saling membungkuk rendah sebagai bentuk perpisahan. Namun lucunya, mereka ternyata malah pergi ke arah yang sama dan berakhir masuk dalam zona kecanggungan sekali lagi.
"Kalian lagi latihan yah?"
Setelah beberapa lama saling terdiam Jackson akhirnya membuka suara sesaat ia melihat Jimin berbalut pakain training baru saja keluar dari practice room yang berada sekitar lima puluh meter di depannya.
"Iya." jawab Jungkook. "Ingin bertemu Yoongi hyung?" imbuhnya menatap tanya ke arah Jackson. Pasalnya terakhir kali Jungkook bertemu pria ini yaitu saat Jackson sedang bersama Yoongi.
Jackson menggeleng. "Aku ingin bertemu manajer kalian, manajer Sejin," katanya beriring langkah yang terhenti. "Aku duluan yah," tunjuknya pada sebuah pintu ruangan yang tepat berada di sisinya.
Jungkook mengangguk lalu kembali membungkuk rendah penuh keramahan untuk merealisasikan perpisahan yang sesungguhnya. Kemudian melanjutkan langkahnya menghampiri Jimin yang juga tengah berjalan ke arahnya.
"Gumawo, Jungkook-ah," ucap Jimin manis, memperlihatkan matanya yang menyipit sesaat jinjingan cup coffee tadi berpindah tangan ke dirinya. Kemudian meneruskan langkah beriringan menuju ruang latihan dimana Taehyung, Seokjin dan Hoseok telah menunggu kedatangan Jungkook, dengan kata lain menunggu coffee pesanan mereka.
"Akhirnya datang juga," seru Hoseok kala pintu terbuka. Lalu Menerima cup coffee yang diberikan Jimin, yang kemudian disebarkan merata ke tangan pemiliknya masing-masing.
Lima menit setelahnya Namjoon datang dan ikut nimbrung bersama ketiga maknae line yang lagi leyeh-leyeh di lantai. Mengistirahatkan tubuh sebelum mereka kembali berlenggak lenggok seksi nantinya.
Tersisa satu member lagi agar formasi menjadi lengkap dan latihan hari ini dapat dimulai, namun bermenit-menit berlalu Yoongi tak kunjung juga menampilkan kulit bihunnya. Seperti biasa, pria itu masih setia mendekam di balik pintu bertuliskan genius lab itu. Seokjin selaku seoulmate Yoongi yang paling mengerti pun sudah coba menghubungi, tapi hasilnya nihil, tidak ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny With Bangtan (COMPLETED)
FanfictionTULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengelilingi hidupnya, secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang secara online yang justru merubah hidupnya. Lantas memilih melarikan diri ke n...