Setenang apapun sesuatu yang dipendam, tetap saja itu terasa menyesakkan. Terlampau hebat mungkin bila terus-terusan disimpan sendirian. Karena nyatanya Gina tidaklah sehebat itu untuk menyimpan masalahnya seorang diri.
Ia perlu berbagi. Dan Eunjo ada untuk menampungnya. Seorang teman.
Hari itu setelah Eunjo menemukannya terisak-isak di jalan pasca diputuskan Yoongi, Gina merasa sudah seharusnya ia memberitahu Eunjo soal alasan pertengkaran mereka kemarin. Ia tidak ingin lagi bertengkar dengan gadis itu. Egois juga rasanya bila ia menuntut larangan tapi tak memberi kepastian. Alhasil Gina akhirnya memilih menceritakan siapa sosok Jackson itu dan mengapa kalimat demi dirimu itu selalu ia lontarkan untuk Eunjo dengar.
Sulit dipercaya mungkin, tapi pada akhirnya Eunjo mengerti.
Hingga tatkla keduanya tengah berbelanja sambil mendorong troli melewati baris-baris rak display barang, Eunjo rasanya tak mampu mengenyahkan getir kekhawatiran atas apa yang ia ketahui. Refleks tangannya terulur menahan pergerakan troli yang Gina dorong.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya menarik perhatian Gina dari sebotol minuman bersoda yang sedang gadis itu periksa tanggal kadaluwarsanya.
Pun Gina menoleh tanpa bersuara. Alisnya terangkat heran dengan kening mengkerut mempertanyakan maksud kalimat Eunjo itu.
Sontak Eunjo menggiring Gina pada sesuatu yang ada di depan mereka. Sebuah banner minuman dengan Jackson sebagai modelnya.
"Kau sudah tau kan dia akan kembali tak lama lagi?"
Hal yang membuat Gina bisa merasa aman sejauh ini pasca insiden penculikan waktu itu, yeah karena sosok Jackson yang sedang berada di Jepang. Yang kepergiannya terasa janggal karena bersamaan dengan waktu insiden penculikan hari itu. Dan tak lama lagi pria itu akan kembali.
Untuk sejenak Gina bagai tenggelam dalam aksinya memandangi poster tadi. Ada kilatan emosi yang sekilas tampak di matanya. Sebelum kemudian berubah muram selagi ia mengangguk samar tuk merespon perkataan Eunjo barusan.
"Jadi apa yang akan kau lakukan? tanya Eunjo hati-hati.
Gina hanya mengendikkan bahu tak acuh. "Entahlah," katanya sambil berlalu mendorong troli.
Barangkali banyaknya Eunjo tau mengenai sosok gadis itu. Sosok yang selalu berusaha terlihat kuat padahal nyatanya begitu rentah dan rapuh. Hingga bergeming di tempat, Eunjo menyorot senduh punggung sosok yang membelakanginya itu.
Sedang Gina yang merasa tak mendengar celotehan Eunjo lagi beberapa saat setelah ia melangkah akhirnya menoleh.
"Hey, apa yang kau lakukan di situ?"
Eunjo menarik sudut bibirnya tipis. Berusaha menutupi kekhwatiranya akan keadaan Gina. Sebelum kemudian berlari menghampiri. Melingkarkan lengannya manja hingga mereka saling bergandengan dalam dekapan padding masing-masing.
"Gina-ya," lirih Eunjo memanggil. Eunjo sebenarnya peka bahwasanya Gina tampak enggan tuk membicarakan perihal Jackson. Dan bisa dibilang terakhir kali gadis itu membicarakn Jackson—hanya saat ia menceritakannya pada Eunjo waktu itu. Namun gelonggok perasaan cemas yang Eunjo rasakan nyatanya tak bisa ia tepik begitu saja.
"Kau tidak boleh pergi sendiri-sendirian lagi." Jadilah Eunjo berucap seperti itu.
Dan seperti yang Eunjo duga, Gina hanya mengangguk singkat selagi mereka terus melangkah bersama sekeranjang troli yang didorong menuju kasir.
"Gina-ya," panggil Eunjo lagi. Kini sedikit ada nada antusiasme dari suaranya. Ia melirik Gina. "Aku bisa mengantar jemputmu saat kau bekerja."
Sedikitnya Gina menyungging kekehan karena itu "Alasan. Bilang saja mau ketemu mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny With Bangtan (COMPLETED)
Fiksi PenggemarTULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengelilingi hidupnya, secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang secara online yang justru merubah hidupnya. Lantas memilih melarikan diri ke n...