52

116 19 0
                                    

Ada sesuatu dalam diri Gina yang meledak-ledak saat ini. Kakinya terburu-buru melangkah pada satu ambang pintu bertulis VIP A dan langsung membukanya tepat ketika ia mencapainya. Disibaknya pintu itu dengan sedikit hentakan tak sabar. Lalu setelahnya, ia mematung oleh ledakan perasaan manakala kedua bola mata itu bersirobok dengan sang pemilik yang berada di balik pintu. Dengan tiang infus yang didorong sekembalinya dari toilet, Jungkook terlihat sama mematungnya dengan Gina, terkejut akan kemunculan mendadak Gina di ambang pintu ruang rawatnya. Lantas didorong oleh perasaan tercabik yang sejak tadi meledak-ledak dalam dirinya, juga   kondisi Jungkook yang dilihatnya sekarang, Gina akhirnya melepas diri dan berlari memeluk Jungkook.

"Noona...," lirih Jungkook, kaget bercampur bingung akan apa yang terjadi. Kendati begitu, Jungkook tetap diam tanpa sedikitpun berusaha membebaskan diri dari dekapan Gina yang merangkul pinggangnya.

Sesaat segala sesuatunya terasa lebih pelik untuk Gina. Fakta bahwa Jungkook adalah orang yang selalu menyelamatkannya, bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal, dan apa yang telah Gina lakukan sebagai balasan, benar-benar membuat perasaan Gina jumpalitan. Dadanya bergejolak. Membuncah dengan getar-getar yang membuat pemasok oksigennya kesusahan. Gina terengah dengan perasaan enggan ketika melepas pelukannya.

"Neo kwaenchanha?" Segera ia beralih menilik keadaan Jungkook dengan prosesif. Matanya bergerilya hingga menemukan balutan perban di kaki  pria itu, sadar sejak tadi Jungkook ternyata berdiri dengan kaki kiri menjinjit.

"Ah, ini bukan apa-apa, hanya terluka sedikit," kata Jungkook canggung saat Gina bergeming memandangi balutan kakinya di bagian tumit.

"Sedikit?" Gina sudah memandang Jungkook lagi. Suara dan rautnya kompak memberikan ketidaksetujuan. "Sedikit katamu? Enam jahitan kau bilang sedikit?"

Astaga, benar-benar. Gina sampai menggeleng untuk kerendahan hati Jungkook ini.

Sok kuat. Tukang pamer. Dasar! batin Gina saat Jungkook hanya mengendikkan bahu.

"Lalu apa yang mau kau lakukan? Kenapa kau berjalan-jalan seperti ini? Astaga, seharusnya kau tidak menggunakan kakimu dulu! Sini, biar kubantu."

"Aku baru dari kamar kecil---"

Jungkook masih setengah menjelaskan ketika Gina tiba-tiba meraih lengannya tuk digiring. Jungkook tersinggung hingga ia enggan beranjak dan malah menepis pegangan Gina darinya.

"Tunggu. Lalu apa yang kau lakukan di sini?" balas Jungkook bahkan lebih garang dari omelan Gina sebelumnya. Kesinisannya itu tersirat tuk menyindir.

Gina terlalu paham maksud di balik kalimat itu. Tentu. Ia yang meminta untuk tidak pernah lagi saling bertemu, tapi ia juga yang membuat hal itu terjadi. Entah apa yang akan Jungkook pikirkan tentang ini, tentang dirinya, tapi untuk saat ini, terserahlah, Gina tak peduli. Ia kesal melihat bagaimana tidak berhati-hatinya Jungkook hingga membiarkan dirinya terluka seperti ini.

"Tentu saja aku mengkhawatirkanmu bodoh!" Jadilah Gina menyahut tak kalah sengit.

Kening Jungkook berkerut skeptis, tampak berusaha mempertahankan diri di tengah keriangan hatinya yang tiba-tiba melonjak akibat kalimat Gina barusan.

Jadi Gina mengkhawatirkannya?

Astaga, sungguh, hampir saja. Buru-buru ia berdehem guna menghalau senyumannya. Sekali lagi menilik sangsi dengan raut sinis mencela.

"Guende wae? Bukankah kau tidak menyukaiku? Sangking tidak sukanya kau bahkan meminta agar kita tak pernah saling bertemu dan saling peduli lagi, lalu?" (Tapi kenapa?)

Kena kau!

Gina tak berkutik. Sulit menemukan jawaban atas perbuatannya sendiri. Ia hanya menggigit-gigit bibirnya sambil bergumam, "Aku... Aku..."

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang