Setelah kepulangan Eustasio dari mansionnya, Axel dan Cecillia menyuruh Aleena untuk beristirahat. Aleena pun masuk ke kamar miliknya yang sudah sejak lama ia tinggalkan. Ia merebahkan diri di ranjang empuk queen size miliknya itu dan tak lama setelahnya Aleena mulai memejamkan matanya menjemput alam mimpi.
Aleena mulai mengerjapkan matanya pada pukul setengah 7 malam, dia pun berangkat dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karena sebentar lagi makan malam akan tiba. Kurang lebih setengah jam Aleena di kamar mandi, ia pun ke walk in closet miliknya untuk memakai pakaian. Setelah selesai, ia pun turun ke bawah tepatnya ke ruang makan, dan menemukan keluarganya yang sudah berkumpul di sana menunggu kehadirannya.
Aleena mengambil kursi di sebelah Cecillia dan duduk disana. Selama kegiatan itu, tidak ada yang berbicara, hanya ada dentingan piring dan sendok yang terdengar. Mereka semua fokus menghabiskan makan malamnya dengan tenang. Axel memang mengajari anak - anaknya untuk tidak membuat keributan saat sedang makan, karena itu bukan suatu hal yang sopan. Tetapi, bukan berarti keadaan benar - benar sepi, pasti ada saja candaan yang mereka lontarkan sembari menghabiskan makan malamnya. Keluarga mereka tidak sekaku itu.
Namun, entah kenapa malam ini, Cesya lebih banyak diam dan tidak ikut bercanda ria seperti biasanya. Setelah selesai menghabiskan makanannya pun ia langsung kembali masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aleena tahu adiknya itu masih kesal dengan kejadian tadi siang. Cecillia dan Axel pun hanya diam tak mencegah kepergian Cesya, mereka menggeleng pelan melihat kelakuan anak kedua mereka yang masih seperti anak kecil di usianya yang sudah menginjak 22 tahun itu.
Setelah mereka menyelesaikan makan malam, para pelayan datang membereskan ruang makan. Ketiga adik Aleena yang lain, ikut menyusul pergi ke kamar mereka masing - masing setelah mengucapkan selamat malam kepada daddy dan mommynya. Aleena pun demikian, namun dia bukan langsung ke kamarnya tetapi ke kamar Cesya, untuk menemui dan membicarakan perilaku adiknya itu pada Eustasio tadi siang.
Tok tok
"Bolehkah aku masuk?" Tanya Aleena setelah ia mengetuk pintu kamar Cesya
"Masuk saja, tidak dikunci" Balas Cesya dari dalam kamar
Aleena pun membuka pintu dan langsung menuju ke ranjang tempat Cesya berada. Adiknya itu menyandarkan kepala ke kepala ranjang sambil memejamkan mata mendengarkan musik yang berasal dari earphone yang tengah terpasang di kedua telinganya.
"Apa aku menganggumu?" Tanya Aleena, tetapi tidak mendapatkan respon apapun dari Cesya.
"Baiklah aku minta maaf jika sudah menganggumu. Aku kesini hanya ingin mengatakan tentang kejadian tadi siang" Sambung Aleena yang membuat Cesya mau tak mau membuka kedua matanya dan menekan tombol pause pada musik yang ia dengar.
"Jika kau hanya ingin mengatakan hal itu, lebih baik kau keluar saja, aku tak ingin membahasnya" Balas Cesya dingin sementara Aleena yang mendengarnya pun hanya diam memaklumi sikap adiknya yang satu ini.
"Kenapa kau begitu membencinya Ces? Eustasio sudah benar - benar menyesali semua perbuatan yang pernah ia lakukan di masa lalu"
"Aku yakin kau sudah tahu alasan kenapa aku begitu membencinya. Dan Demi Tuhan kak! Apa yang pria itu lakukan sehingga dengan mudahnya kau bisa memaafkannya?!" Balas Cesya yang sudah memposisikan duduknya dengan benar.
"Aku tahu perlakuan Eustasio waktu itu sangat keterlaluan, tapi semua sudah berlalu Ces. Bukankah tidak baik jika kita memendam rasa permusuhan lebih lama pada orang lain hm?"
"Aku bukan dirimu atau Dad dan Mom yang dengan mudahnya termakan rayuan laki - laki itu. Aku bahkan masih ingat betul wajahmu yang menangisi pria brengsek itu" Balas Cesya tak kalah sinis
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Go?
RomanceAleena Bradley Ainsley mencintai Eustasio Davide Anderson, teman semasa sekolahnya dulu yang awalnya seorang Atlet Basket terkenal se-Britania Raya. Namun, karena keinginan Daddynya, ia harus beralih memimpin perusahaan. Ia sudah memendam perasaann...