Di dalam ruangan besar itu, terdapat seorang pria tampan, berhidung mancung, berkulit putih mulus dengan stelan kerjanya sedang berdiri menghadap ke arah kaca yang membatasi ruang kerjanya dengan gemerlapnya kota California dari lantai 17. Ia melepaskan jasnya hingga hanya menyisakan kemeja putih yang ia gulung lengannya sampai siku sehingga menunjukkan otot - otot kekar yang pastinya ia dapatkan selama berlatih dan berolahraga cukup lama. Dia adalah Fernon William, CEO dari William Corp.
Tak lama ponselnya yang terletak di meja kerjanya berbunyi tanda ada seseorang yang menelepon. Saat dia melihat siapa si penelepon, air mukanya yang tadi serius berubah menjadi sangat sumringah seolah habis mendapatkan lotre puluhan juta dollar, meskipun sebenarnya dia bisa mendapatkan uang tersebut dengan mudah. Tanpa berpikir lama ia segera mengangkat panggilan itu.
"Halo. Apa kabarmu? Kenapa baru sekarang meneleponku"
Seseorang dari seberang sana terkekeh mendengar pertanyaan tersebut dan sedetik kemudian menjawabnya. Mereka berbincang cukup lama, sampai memasuki topik yang sudah jauh - jauh hari mereka rencanakan
"Aku sudah melakukan apa yang kau suruh, dan sepertinya hampir berhasil. Kita hanya menunggu waktu yang tepat untuk keberhasilan rencana kita ini" Balas Fernon saat si penelepon menanyakan sesuatu padanya
Si penelepon menanggapinya dengan serius dan mulai memberikan instruksi untuk apa yang akan Fernon lakukan selanjutnya
"Ya, aku yakin Leena tidak mengetahui rencana kita, kau tenang saja. Sekarang fokuslah disana, dan aku akan melakukan apa yang harus kulakukan disini" Jawab Fernon
"Baiklah, aku tutup teleponnya. Sampai nanti"
***
"Iya mom, minggu depan aku akan kembali ke Inggris. Aku akan bekerja di perusahaan Dad yang berada di sana mom" Jawab Aleena pada momnya. Kini mereka sedang melakukan video call, berhubung ini hari Sabtu, jadi disinilah dia sekarang. Di apartementnya sedang bermalas - malasan di atas kasurnya yang empuk. Sebenarnya Axel, Dadnya memiliki penthouse di Amerika, tetapi karena kekeraskepalaan Aleena yang mengatakan kalau tinggal di penthouse seorang diri sangat berlebihan makanya ia berhasil meyakinkan Daddynya untuk mengizinkannya tinggal di apartment saja, lagi pula letak penthouse yang Daddynya maksud cukup jauh dari tempat dia bekerja.
"Benarkah?! Wah itu bagus. Kau tau mommy, daddy dan keempat adikmu sudah sangat merindukanmu Al" Ucap mom dari seberang sana terdengar antusias. Ia senang putri pertamanya yang selama 6 tahun ini jauh di negeri orang, kini akan kembali berkumpul bersama dengannya. Aleena tersenyum membayangkan kebahagiaan yang terpancar dari wajah ibunya itu, tentu saja ia tahu bahkan dirinya pun juga sangat merindukan keluarganya.
"Kalau begitu kenapa tidak besok saja? Lama sekali harus menunggu sampai minggu depan" lanjut momnya
"Masih ada beberapa hal yang harus aku urus disini mom. Meskipun perusahaan itu milik daddy, tapi tetap saja aku tak bisa melepaskan tanggung jawabku begitu saja kan?" Jawab Aleena
"Mom tenang saja, waktu satu minggu itu sangat sebentar mom, kupastikan sebentar lagi mommy dapat melihat putri cantikmu ini, aku janji" sambung Aleena tertawa mencoba meyakinkan ibunya untuk sabar menunggunya, karena ia memang tak bisa begitu saja pergi dari sini jika beberapa urusan pekerjaannya masih belum terselesaikan. Ibunya pun mengangguk mengiyakan, ia paham posisi yang Aleena pegang bukan posisi yang sepele, meskipun itu perusahaan ayahnya sendiri, tapi bukankah dengan begitu membuktikan kalau putrinya adalah orang yang disiplin dan bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay or Go?
RomanceAleena Bradley Ainsley mencintai Eustasio Davide Anderson, teman semasa sekolahnya dulu yang awalnya seorang Atlet Basket terkenal se-Britania Raya. Namun, karena keinginan Daddynya, ia harus beralih memimpin perusahaan. Ia sudah memendam perasaann...