Ini hari ketiga Anin berada di Rumah Sakit, tubuh yang beberapa hari lalu terasa lemas dan tak berdaya, kini sudah mulai membaik, entah zat apa yang bisa membuat gadis itu cepat untuk pulih, mungkin tinggal beberapa hari lagi Anin akan dipulangkan dari Rumah Sakit.
Di ruangan berbau obat itu tampak seorang gadis tengah melihat hamparan pemandangan kota dari atas, ia tampak sedang memikirkan sesuatu yang sedari malam selalu menempel di pikirannya.
Ia juga tampak gelisah dan juga dilema, harusnya mentari pagi ini disapa dengan senyuman yang sama hangat dengan sinanrnya, tetapi malah disambut dengan pikiran yang meluap.
"Huhh." Terdengar hembusan nafas kasar dari tubuh gadis itu, wanita paruh baya yang sedari tadi tampak memperhatikannya dari kejauhan, kini mulai mendekat.
Ia melihat gadis itu tampak sangat bimbang, belum pernah ia melihatnya seperti itu, ia mencoba untuk menanyakan apa yang ia rasakan.
"Masih sakit nak?" Ucap wanita paruh baya itu yang biasa di panggil Mama oleh gadis itu.
Seperti berbicara kepada tembok yang tak pernah ada jawabnya, seperti itulah sikap Anin kepada mamanya, bukannya ia tidak sopan, melainkan ia terlalu fokus terhadap imajinasinya.
"Yakin ga mau cerita sama mama?" Tanya mama Anin sekali lagi, berharap Anin akan membuyarkan lamunannya itu dan bercerita kepada mamanya.
Dan real, gadis itu ternyata mampu membuyarkan semua lamunannya yang sedari tadi menguasai isi pikirannya, ia mencoba untuk membicarakan ini kepada mamanya.
"Mama pernah ga?, kepikiran sama ucapan orang?"
"Ya sering sih, tapi maksud kamu cewek atau cowok?"
"Emm, cowok ma."
"Emang kamu kepikiran apa sih Nin, kayak mikirin negara aja."
"Jadi gini ma, kemarin Bayu itu.."
"Owalah gitu ta?, emangnya kamu ada rasa ga sama dia?"
"Anin juga gatau ma, tapi kalau dia ga ada itu rasanya hari Anin jadi muram."
"Em, kamu pernah engga ngerasa deg- deg an gitu kalau dia lagi sama kamu?"
"Pernah si, malah hampir setiap ketemu kayak berdegup kenceng gitu."
"Sudah jelas kamu jatuh cinta sama Bayu, cie anak mama udah jatuh cinta aja nih, kalo kamu sama Bayu, mama restuin banget deh."
"Ish apaan sih ma, Anin itu gasuka sama Bayu, malahan Anin gaada rasa sama dia."
"Masa sih?, bukannya kamu rela sakit demi Bayu?, tuh yang kemarin mama masih inget lo, kamu udah sampe rumah, ehh balik lagi buat ngasih Bayu handuk sama jaket."
Anin memang cuek terhadap orang yang tidak begitu dekat dengannya. Namun, ia sangat terbuka jika bersama orang yang dia kenal, contoh mamanya.
Anin masih terdiam sejenak, ia mulai mencerna semua ucapan mamanya, mama Anin yang melihat itu tersenyum singkat dan kemudian mengusap rambut putrinya.
"Coba kamu buka hati buat Bayu, gaada salahnya toh?"
"Gatau ah ma, Anin pusing, Anin mau keluar dulu." Ucap gadis itu seraya meninggalkan mamanya sendiri di dalam ruangan, mamanya yang melihat itu tampak tersenyum tipis.
"Suatu hari kamu bakal bahagia sama pilihan kamu Nin." Ucapnya tersenyum.
Jarak per jarak Anin tempuh dengan langkah kakinya, ia tampak pergi ke kantin Rumah Sakit untuk membeli teh hangat, kini ia juga tampak melangkahkan kakinya ke sebuah taman di belakang Rumah Sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My idol Volunteer
Teen Fictionkehilangan yang melarutkan bahagiaku. kehilangan yang menghilangkan senyumku atau semua orang. -unknown ••• Bayu, cowok tampan yang digemari oleh beberapa komunitas di sekolah. Permasalahan keluarga membuatnya menjadi anak tukang pemberi harapan pal...