Dilain tempat tetapi masih dengan suasana yang bahagia, Bayu sangat senang karena orang tuannya masih ingat padanya, harusnya orang tua memang mengutamakan keluarga bukan?
Sayangnya keberuntungan tidak berpihak kepada Bayu, meski orang tua Bayu masih utuh, tetapi mereka tak utuh jika tanpa harta, menurut mereka kekayaan dan harta adalah prioritasnya.
Bayangkan saja, rumah sebesar dan semewah kediaman keluarga Pramudhito hanya terisi Bayu dan para asistennya saja, kesepian dan kurang kasih sayang merupakan sudut tergelap dari Bayu, keaadan inilah yang membuat Bayu tidak suka berada di rumah, bahkan Bayu seringkali menginap seenaknya di rumah Aldi ataupun Angga.
"Assalamuaalaikum." ucap Bayu sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikum salam, eh anak mama sudah pulang."
"Mama sama papa dari mana aja?"
"Itu Bay, papa sama mama lagi ada urusan bisnis di luar kota."
"Kok ga bilang Bayu?, papa tau ga Bayu nungguin papa sama mama sampai pagi, kalian udah ga sayang Bayu lagi?"
"Bukan begitu sayang, mama sama papa ini sayang banget sama kamu, tapi kamu juga harus inget, kita semua bisa memiliki semua ini berkat harta nak, jadi mama sama papa fokus kerja dulu biar penghasilan semakin meningkat."
"Kenapa sih dipikiran mama itu selalu aja, harta tahta kerja, inget ma, pa, kasih Bayu waktu buat ngumpul bareng sama kalian, emang kalian pernah ga sih sedikit saja mikirin Bayu?"
"Bayu!, yang sopan ya kamu sama mama kamu, kalau tidak ada kami, kamu ga bakalan punya segalanya."
"Terserah papa, Bayu mau keatas dulu." Ucap Bayu yang sudah mulai marah dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
"Sudah pa jangan marah gitu, tenang aja nanti dia pasti bisa ngertiin kita." Ucap mama Bayu sambil diangguki suaminya.
Semakin lama Bayu semakin muak dengan semuannya, termasuk keluargannya. Tetapi, Bayu hanya bisa memendam saja, ia tidak ingin menambah masalah dalam keluargannya, dia juga tidak ingin dicap anak yang tidak tahu diuntung.
Saat ini Bayu hanya termenung dengan tubuh tergeletak di kasur dan mata menatap langit- langit kamarnya, sesekali ia mengembangkan senyuman, entah apa yang di pikirkan Bayu saat ini.
"Pasti enak ya jadi Anin, kayaknya keluargannya harmonis banget."
Bayu tidak tahu jika nasibnya lebih beruntung daripada Anin, tampak dari luar, Anin memanglah terlahir dari keluarga yang harmonis, faktanya sih memang begitu, tetapi fakta itu seperti ditolak mentah oleh seseorang yang bisa mengubah segala keceriaan Anin menjadi kutukan.
Malam itu Bayu ingin sekali tertidur pulas seperti biasanya, tetapi kali ini pikirannya sedang tidak bersahabat, pikiran Bayu sekarang selalu terpenuhi oleh sosok tadi, mungkin hampir tidak ada celah untuk keluar dari semua imajinasi Bayu saat ini.
"Nih emang gue aja yang halu apa gimana ya, ck pusing gue, mana gabisa tidur, apa gue telpon Anin ya?" Ucap Bayu sambil berjalan ke arah meja untuk mengambil ponselnya.
Awalnya dia ragu untuk menelpon Anin, tetapi Bayu akhirnya mengumpulkan seribu niat, setidaknya Bayu ingin memastikan Anin tidak apa- apa, memang Bayu membenci Anin, tapi Bayu tidak tega jika terjadi apa- apa kepada Anin maupun cewek lain.
••••
Sosok gadis dengan rambut terurai dan wajah yang lesu seakan memanggil rembulan untuk datang menyinari wajahnya saja, terlihat gadis itu sedang pulas dengan kegiatan tidurnya saat ini, cantik dan lucu, mungkin itu yang bisa dikatakan kaum adam saat melihat Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My idol Volunteer
Novela Juvenilkehilangan yang melarutkan bahagiaku. kehilangan yang menghilangkan senyumku atau semua orang. -unknown ••• Bayu, cowok tampan yang digemari oleh beberapa komunitas di sekolah. Permasalahan keluarga membuatnya menjadi anak tukang pemberi harapan pal...