Bab 3

58 8 0
                                    

Halo-halo!
Yuk vote sebelum baca.
Happy reading!

-----------

Sarah bisa menghela nafas lega saat masa-masa ospeknya telah usai beberapa jam lalu. Tiga hari menjadi peserta ospek membuatnya harus menahan kekesalan akibat kelakuan kating yang terkadang suka seenak jidat. Mana ada yang katanya senioritas tidak di berlakukan? Rasanya Sarah ingin mengutuk mereka. Memang tidak semua tapi beberapa dari mereka tetap saja ada yang menyebalkan.

Seluruh otot tubuh Sarah sudah meronta-ronta meminta untuk di istirahatkan. Ia ingin cepat pulang dan memeluk guling kesayangannya.

"Lo balik sama siapa Sar?" Tanya Opi.

"Gak tahu nih mama gue lagi gak di rumah soalnya. Jojo pasti main kerumah David," jawab Sarah dengan wajah lelah.

"Mau bareng gue gak?" Tawar Sabil.

"Lo balik sama siapa emang?"

"Gue balik sama kak Arman dia bawa mobil."

"Gue gak mau jadi obat nyamuk, Sa. Gue naik ojol aja deh," ujar Sarah tak enak hati menerima tawaran Sabil atau lebih tepatnya ia tak ingin terjebak di situasi canggung di antara Sabil dan kak Arman pacar Sabil selama hampir satu tahun ini.

"Dinar sama Opi balik sama siapa emang?"

"Kita balik di jembut gebetan lah," jawab Dinar dan Opi bersama.

"Mangkanya, Sar. Punya pacar biar ada yang antar jemput." Sarah menatap sebal Dinar dan Opi yang terang-terangan mengejeknya.

"Dasar temen gak tahu adab," ucap Sarah melotot.

"Udah pesan ojol belum lo, Sar?" Tanya Dinar.

"Belum, gue masih mau duduk dulu kaki gue pegel banget gila. Gak ada akhlaknya emang itu kating suruh lari sepuluh putaran mana lapangannya udah kek komplek perumahan luasnya," ucap Sarah masih menyimpan kedongkolan.

"Iya, badan gue juga pegel-pegel syukur aja ini hari terakhir kalau besok masih gak sanggup gue," kata Sabil menggelengkan kepalanya.

"Hari terakhir sekaligus penyiksaan yang gak tanggung-tanggung," ucap Opi mantap hingga membuat yang lain menyetujuinya.

"Gue duluan kalau gitu kak Arman udah nunggu." Sabil berpamitan lalu melangkah pergi.

Tak lama Sabil pergi Dinar dan Opi pun turut meninggalkan Sarah yang masih duduk memijat kakinya yang terasa ingin patah.

"Emang kurang ajar banget tuh kating gak kira-kira kalau siksa anak orang. Mama, kaki Sarah rasanya kek mau patah," keluh Sarah dengan wajah lelah.

Merasa terlalu lama berdiam diri Sarah pun berdiri dari duduknya dan berjalan keluar area kampus. Sarah sudah akan memesan ojol tapi naas kuotanya habis dan ia lupa mengisinya tadi malam.

"Bodoh banget sih lo, Sar. Bisa-bisanya lo kehabisan kuota mana pulsa juga gak ada mati aja lo, Sar."

Sarah mengutuk dirinya sendiri kala kesialan menimpanya di saat yang tidak tepat. Mau tidak mau Sarah harus berjalan sampai ke halte untuk naik bus.

"Tahu gitu tadi gue pinjem hp dulu buat mesen ojol."

Sarah baru saja keluar gerbang kampus dan akan berjalan menuju halte. Dengan kaki yang ia hentak-hentakkan, Sarah berjalan sambil terus menggerutu meratapi nasibnya yang sungguh sial hari ini.

Tinnn!

"Mama!!!" Teriak Sarah terkejut saat seseorang mengklaksonnya.

Sarah memegang dadanya terkejut, ia bahkan sampai sulit bernapas karena terkejut. Sarah sudah ingin mengomel pada orang yang mengklaksonnya sembarang.

MY PERFECT BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang