Yuki-zora

472 26 0
                                    

Musim dingin sudah tiba. Angin mulai bertiup kencang hari ini. Seorang gadis berdiri di depan gerbang sekolah. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku mantel yang melapisi seragamnya. Embusan angin menerpa wajahnya, membuat ia menaikkan sedikit syal yang melilit di lehernya untuk menutupi hidungnya. Hawa dingin seperti ini membuat gadis itu membayangkan secangkir teh hangat dan semangkuk ramen di rumah. Betapa menyenangkannya meringkuk dalam selimut tebalnya di kamar...

“Maaf membuatmu menunggu lama, Yumeko.”

Sebuah suara membuyarkan lamunan Yumeko akan kehangatan selimutnya. Ia harus sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap wajah lelaki bernama Yasuo yang berdiri di sampingnya sekarang. Mereka mengenakan syal yang sama —ibu Yumeko yang merajutnya untuk mereka berdua, tapi entah mengapa syal itu tampak lebih baik melingkar di leher lelaki ini daripada di leher gadis seperti Yumeko.

“Tidak masalah.” Yumeko terkekeh. “Ada lagi?”

Tanpa perlu saling menjelaskan panjang lebar, mereka berdua sama-sama mengerti apa maksud ada lagi yang diucapkan Yumeko. Tidak ada jawaban selain pernyataan cinta. Setidaknya dalam seminggu akan ada dua gadis yang menyatakan cintanya pada Yasuo. Entah itu teman sekelas, adikkelas, bahkan kakak kelas.

“Ya,” jawab Yasuo sambil menggerakkan bahunya dengan malas.

Tanpa ada komando, mereka berdua melangkahkan kaki seirama menjauhi gerbang sekolah.

“Lalu, apa jawabanmu?” tanya Yumeko ingin tahu.

Yasuo menatap gadis yang berjalan di sisinya dengan tatapan apa-kau-yakin-menanyakan-hal-itu-padaku. “Tentu saja aku menolaknya.”

Tentu saja. Yumeko memutar bola matanya dengan kesal. Lagi-lagi penolakan. “Sebenarnya apa yang salah denganmu? Aku lihat, mereka gadis-gadis baik dan cantik.”

Yasuo mengembuskan napasnya yang berwarna putih. “Entahlah— aku hanya tidak ingin terjebak dalam hubungan karena terpaksa.”

“Apa tidak ada satu pun di antara gadis-gadis itu yang menarik perhatianmu?”

“Tidak ada,” ujar Yasuo sambil menggelengkan kepalanya. “Bagaimana denganmu, Yumeko? Aku lihat, kau juga tidak dekat dengan lelaki mana pun.”

Secara tiba-tiba Yumeko menghentikan langkahnya. Yasuo yang sedikit terkejut ikut berhenti dua langkah di depan Yumeko. Lelaki itu menoleh dan mendapati dirinya sedang ditatap dengan tatapan kau-kira-ini-gara-gara-siapa.

“Tidak ada lelaki yang mendekatiku karena kau selalu menempel di dekatku seperti lumut pada batu.”

Yasuo terkekeh. “Lalu kenapa? Aku tidak keberatan. Bukankah kita selalu bersama sejak masih kecil?”

“Tentu saja kau tidak keberatan.” Yumeko mendesah kesal. Gumpalan karbondioksida putih membumbung di udara.  “Gadis-gadis itu tetap akan mengerubungimu seperti semut melihat gula.”

Yasuo kembali terkekeh mendengar Yumeko menggunakan peribahasa dalam kalimatnya.

“Dan yang kau tidak tahu, Yoshida Yasuo-san, beberapa di antara gadis-gadis itu  meminta izin padaku sebelum menyatakan perasaannya padamu. Mereka ingin memastikan bahwa hubungan kita tidak lebih dari sahabat.”

Sekejap mata Yasuo melebar karena mendengar fakta yang baru ia ketahui itu. Lelaki itu melangkah lebar meninggalkan Yumeko yang akhirnya kebingungan mengimbangi langkahnya. Entah mengapa Yasuo merasa ingin segera keluar dari percakapan ini.

“Sebenarnya, gadis seperti apa yang kau inginkan menjadi kekasihmu?”

Yasuo mendecak kesal karena mendengar Yumeko masih membicarakan hal yang sama. “Bisakah kita menghentikan pembicaraan ini dan segera pulang? Aku sudah hampir membeku sekarang.”

Frame of Love (Kumpulan Cerpen) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang