AADJ - 7. Pulang Bareng?

53 7 1
                                    

"Iya hati-hati ya kalian. Rin, titip salam sama nyokap bokap lo ya" Ucap Jihan sambil mengepalkan tangannya, memukul pelan pada kepalan tangan karina.

Jihan mengamati kepergian Dara dan Karina melangkakahkan kaki keluar dari gerbang sekolah. Sementara dia dan Chacha masih berdiri tanpa ada obrolan yang lebih penting.

"Eh Han, gue juga mau balik dulu. Ada janji sama Satria"Ucap Chacha tiba-tiba.

Selalu seperti itu, Chacha bahkan sering berjumpa dengan Satria Brawijaya sang ketua OSIS. Entah membahas perihal apa.

"Gercep amat lo sama bang Satria?!" Heran Jihan.

Chacha yang mendengarnya seketika menepuk pelan jidat Jihan. "Gercep mata lo! Gue cuma ngebahas anu..." Chacha mengatakan secara ragu. Bimbang harus mengatakannya apa harus menyimpan sendiri.

"Anu..?" Tanya Jihan tidak mengerti.

"Itu, cuma ngebahas, pdkt an. Dia cuma tanya-tanya gitu perihal pdkt an sama cewek. " Jelas Chacha.

"Aelah, nasib. Dah kek mak-mak biro jodoh lo Cha!" Ucap Jihan sambil terkekeh.

"Tapi gini-gini, gue dapat komisi yang lumayan."bangga Chacha.

"Dibayar berapa lo kerja kek gitu,Cha? "

"Ah, udahlah. Lo kalo iri, mending putusin si Defan aja. Terus entar lo jadian sama bang Sat." Tawar Chacha tanpa dosa.

"Enak aja lo kalo ngomong." Ucap Jihan sambil mendorong kepala Chacha dengan pelan.

"Lagian ya, bang Sat tu. Dia keren, kaya, putih, tinggi, ketua OSIS, keluarga seorang Brawijaya pengusaha parfum. Hello! Lo buka deh mata lo Han. Apa sih kurangnya Bang Sat? "

"Bang Satria Cha, demen banget lo bilang dia bangsat!"

Chacha malah menunjukkan deretan gigi putih dan tersenyum tanpa dosa.

"Abis, enak aja gitu. Bang Sat, Bang Satria maksud gue. "
"Yaudahlah Han, gue balik dulu."

Jihan hanya mengangguk singkat. Jihan menatap tas punggung berwarna army yang di kenakan oleh Chacha. Tanpa sadar, bayangan Chacha telah menghilang begitu saja.

Jihan mengecek jam tangan berwarna putih di tangan kirinya,menunjukkan pukul setengah tiga.Terhitung setelah bel pulang berlangsung,yak terasa sudah setengah jam Jihan belum pamit pulang menuju rumahnya. Ia mengedarkan pandangannya menyapu seluruh penjuru sekolah tercinta yang kini hanya ada beberapa siswa yang berlalu-lalang.

Jihan mendudukkan dirinya di bangku kosong di dekat taman sambil menunggu Defan, pacar Jihan. Defan mengatakan bahwa dia akan ada latihan basket untuk acara event dengan sekolah lain yang akan berlangsung beberapa minggu kedepan.

Sudah sekitar 20 menit Jihan menunggu Defan, namun yang ditunggu tak kunjung datang. Sejenak, perasaan bosan telah menghampiri Jihan. Ia memilih untuk menyusul Defan di lapangan basket.

*****

"Defan!" Panggil Jihan.

Jihan telah berada di lapangan basket, tepat dimana kini Defan berada. Ia mengamati Defan yang baru saja mencetak poin untuk tim nya.

Mendengar namanya di panggil, Defan tak enggan untuk menghampiri sang pemilik suara. Ia melangkahkan kaki dengan nafas ngos-ngosan dan keringat yang membanjiri pelipis cowo tersebut.

"Han, kamu pulang dulu ya. Nanti kalo kamu nunggu keknya lama,soalnya nanti pak Hendri mau kesini. Ngasih arahan buat event dua minggu kedepan." Terang Defan.

ANTARA ALAN DAN JIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang