AADJ - 18. Clasmeet

51 5 1
                                    

Jihan menatap dirinya di depan cermin yang kini tengah mengenakan seragam jersey. Ya tentu saja, sekolahnya kini akan mengadakan classmeet. Jihan berpenampilan sangat cantik. Rambutnya ia ikat ekor kuda, dan sisa-sisa anakan rambut turun di belakang leher.

Jihan hanya membawa satu buku tulis serta alat tulis. Juga tak melupakan untuk membawa perlengkapan make up simple, seperti sabun cuci muka, parfum, dan tissue.

Waktu masih menunjukkan pukul 6, yang berarti masih tersisa waktu untuk ia sarapan. Jihan melangkah di ruang makan bersama mamanya.

Luna meneliti pakaian yang Jihan kenakan. "Kok pake jersey, sayang?"

Jihan tersenyum kecil, "ada event ma, di sekolah Jihan. Jadi pake jersey."

Luna manggut-manggut, "sini duduk, sarapan dulu." Perintah mamanya yang langsung di setuju Jihan.

Jihan mengeser kursi lalu dengan cepat mendudukinya.

"Kalau seandainya kamu dirumah sendiri, kamu berani nggak sayang?" tanya Luna lembut di sela-sela kunyahannya.

"Emangnya mama mau kemana?"

"Mau ke Singapura,"

"Mama ada urusan apa?"

"Mama mungkin cuma 3 hari sayang,"

Jihan diam tak menjawab, menunggu mamanya melanjutkan ucapannya.

Luna ragu untuk mengungkapkan nya "mama ada urusan sama papa kamu, nggak bisa di tunda."

Jihan memasang muka setenang mungkin, "perusahaan papa lagi turun ya ma?" terka Jihan.

Sontak Luna menggeleng pelan. Ia tak harus menjelaskan secara detail semuanya ini.

"Gimana? Kamu keberatan?" tanya Luna sekali lagi.

"Kalau emang penting banget, Jihan nggak papa ma, Jihan bisa suruh temen Jihan ke sini. Chacha, Karina, Dara pasti nggak keberatan." Setelah mengucapkan itu Jihan tersenyum, ya pada kemungkinannya ketiga temannya belum tentu mau.

Bisa di lihat Chacha yang setiap hari sibuk mengurusi urusan yang katanya penting, selanjutnya Karina yang notabenenya anak mama sudah kemungkinan dilarang untuk menginap di rumah teman. Tak lain dengan Dara, entah Jihan juga tidak tahu. Dara terkadang juga ada kesibukan lain.

"Kemungkinan mama akan berangkat nanti malam," ucap Luna.

Tin..tinn

Luna tersentak, ketika klakson motor mengema di telinganya. "Siapa sayang?"

"Alan mungkin ma," sahut Jihan enteng.

Luna sedikit curiga, "Kamu pacaran sama Alan?"

Jihan berdiri lalu mengendong tas punggung miliknya, "Enggak ma, Jihan berangkat dulu." ucapnya kemudian menyalimi mamanya.

Luna meneliti penampilan putri semata wayangnya ini, sedikit aneh. "Sepatu kamu mana?"

Jihan tersenyum kecil, "Dibawa Alan, Jihan lupa." setelah mengatakan itu Luna mengangguk. Lalu mengikuti putrinya keluar rumah.

"Tante," sapa Alan kemudian turun dari motornya.

"Alan, jaga Jihan ya." titah Luna yang langsung di angguki oleh Alan.

"Baik tante." Kemudian tatapan Alan beralih ke Jihan. "Nih sepatu lo," sahutnya sambil menyodorkan sepatu berwarna hitam.

"Thank Lan," Lalu Jihan memakainya.

Alan menyalimi Luna dengan penuh rasa sopan. Kemudian menaiki motornya lalu menancap gas.

***
Jihan turun dari motor Alan, lalu menyerahkan helm padanya. "Nih,"

ANTARA ALAN DAN JIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang