Dimarahi

102 3 0
                                    

"Kenapa kamu kaget begitu, Mas?" tanya Pengacaraku dengan kening yang mengernyit.

Aku menghela napas kasar karena aku tahu kedepannya pasti aku akan mengalami hal yang tidak mengenakan. Mungkin aku akan dimarahi oleh Managerku sendiri karena telah ceroboh dalam berkendara.

"Ah, tidak apa-apa, Pak," sahutku lirih.

Kedua tanganku saat ini sedang saling meremas karena pikiranku kini tertuju kembali kepada para korban. Aku takut terjadi hal yang tidak-tidak kepada mereka berdua.

Aku tidak mau salah satu korban yang aku tabrak meninggal dunia.

Semoga semuanya baik-baik saja.

Dan untuk perihal Pak Huda yang sudah menghubungi Pak Heru, biarlah, toh itu wajar terjadi, karena managerku selalu menekankan jika ada sesuatu hal yang terjadi padaku, pasti dia harus segera dihubungi.

***

Saat ini aku dan pengacaraku sudah berada di Rumah Sakit Citra Medika. Langkah kami berdua berjalan dengan mantap ke arah kamar yang ditunjukkan oleh managerku lewat pesan singkat di aplikasi hijau berlogo telepon.

Penanganan kedua korban di ruang Instalasi Gawat Darurat telah selesai dilaksanakan beberapa puluh menit yang lalu, dan kini kedua korban sudah berada di sebuah ruang kamar VIP yang managerku pesan untuk mereka berdua.

Plakk!

Pipi kiriku langsung ditampar sekuat tenaga oleh managerku sesaat setelah aku tiba di ruang kamar VIP ini.

"Bisa-bisanya kamu melakukan hal seceroboh ini, Gat?" ucap managerku marah.

Aku hanya bisa menundukkan wajahku dalam-dalam sambil melihat ke arah lantai yang sedang aku pijak saat ini.

"Sudah tahu kalau kamu itu adalah satu-satunya bintang yang masih bertahan di agensi milik Ayahmu yang hampir bangkrut itu, tapi kamu malah dengan cerobohnya menyetir mobil secara ugal-ugalan,"

"Maafkan aku, Paman," cicitku sambil menatap sekilas ke arah managerku yang tidak lain adalah adik dari ayahku sendiri.

Sudah beberapa tahun terakhir, agensi yang dimiliki oleh Ayahku memang ditinggalkan oleh para bintang yang dulunya bernaung di agensi kami karena mereka mendapatkan tawaran yang lebih menggiurkan dari management lain.

Selain itu ada rumor aneh juga yang beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga membuat mereka takut untuk bergabung bersama dengan agensi kami.

Ditambah lagi agensi milik ayahku jarang sekali mendapatkan undangan casting dari proyek iklan atau drama ataupun film sehingga meskipun ada bintang baru yang bersedia bergabung dengan kami sangat sulit baginya untuk mendapatkan jobs.

Lain halnya denganku yang memang sudah naik daun lewat sosial media. Awalnya dari Lovstagram, lalu merambah ke WuTube, dan akhirnya aku mulai dilirik oleh banyak rumah produksi atau label musik yang ingin aku masuk ke proyek sinetron atau single yang ingin mereka luncurkan.

Melihat dari banyaknya penggemar fanatikku membuat mereka tergiur untuk memperkerjakanku agar mereka juga meraup keuntungan yang banyak.

"Jangan kamu ulangi lagi sikap cerobohmu hari ini! Jika kamu tidak mau agensi milik Ayahmu tenggelam dan bangkrut seketika,"

"Baik, Paman," anggukku lemah.

"Arghhhh," terdengar suara Pamanku yang sedang mengerang karena merasa frustasi dengan keadaan saat ini.

"Kamu di sini aja! Jangan kemana-mana! Paman akan selesaikan masalahmu hari ini, dan Paman tidak akan membiarkannya bocor ke media," ucap managerku.

"Pak Huda, tolong kamu urus surat perjanjian dengan para korban yang menekankan bahwa mereka tidak akan menuntut Jagad! Aku mau menemui para reporter dulu yang pastinya saat ini sudah mengendus tentang peristiwa ini," sambungnya.

"Baik, Pak Heru," angguk pengacaraku.

Kamu Istriku Bukan AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang