"Jika dia memang benar appaku, lalu di mana eommaku? Oh ayolah, kenapa jadi serumit ini.Orang itu memanggil papa dengan hyung, artinya orang itu dan papa sangat dekat.
Bagaimana caraku bisa menemukan fakta tentang diriku sendiri?" Monolog Renjun dalam kamarnya."Injun-ah....Ayo turun, sudah waktunya makan malam." Ucap Jisoo pada Renjun."Baik ma." Jawab Renjun.
___________________________________
"Anak-anak, hari ini mama sama papa ingin pergi ke kantor sebentar.Kalian di rumah jaga diri baik-baik ya.Jam sembilan kalian sudah harus tidur.Jangan sampai masih ada yang belum tidur." Ucap Jisoo pada ketiga anaknya."Oh iya, hari ini Mark juga mau pergi.Ada urusan kantor yang belum selesai." Ucap Mark."Baiklah, kau hati-hati di jalan ya.Jangan ngebut.Haechan sama Injun juga mau pergi?" Tanya Jisoo."Haechan ada tugas sekolah ma.Jadi nggak ada jadwal keluar." Jawab Haechan.
"Kalau Injun?" Tanya Taeyong pada Renjun."Injun di rumah aja pah.Lagi pengen istirahat dulu." Jawab Renjun."Ya udah, kalau gitu, Haechan sama Injun di rumah baik-baik ya.Jangan biarin orang yang dikenal masuk ke rumah.Kalau ada apa-apa langsung telpon mama, abang Mark atau papa.Mengerti?" Tanya Taeyong pada kedua putra bungsunya."Iya pah." Jawab Renhyuck bersamaan.
____________________________________
"Bagaimana caranya aku memecahkan masalah ini? Apa aku sebaiknya mencari petunjuk di kamar papa dan mama? Benar aku harus ke sana." Monolog Renjun.
Dengan langkah kaki mengendap-endap, Renjun memasuki kamar Taeyong dan Jisoo.Ditelusurinya semua laci yang ada dalam kamar tersebut.Nihil, ia tidak dapat menemukan petunjuk apapun.Pemuda itu memutuskan untuk duduk di sofa samping ranjang.Matanya terus menelusuri benda-benda yang ada dalam kamar.
"Box bayi? Apa itu milikku?" Ucap Renjun mendekati benda yang kini menjadi tujuannya.Dibukanya dengan pelan box tersebut.Sebuah kain yang berwarna biru muda pucat mendominasi isi box itu.Tangannya mencoba untuk meraih sesuatu."Tunggu apa ini?" Ucap Renjun ketika menemukan selembar kertas yang terlihat usang.
Tolong maafkan aku karena memberikan bayi ini pada kalian.Aku tidak bermaksud untuk membuangnya, aku terpaksa karena suruhan seseorang.Aku mohon rawat dan jagalah bayi ini dengan baik.Aku yakin ia akan menjadi anak yang baik.Aku turut berduka cita atas kepergian anak kalian.Aku mohon sekali lagi kepada kalian.Rawat dan jagalah bayi ini dengan baik, anggap saja bayi ini adalah anak kalian yang lahir beberapa jam yang lalu.Aku memiliki permohonan satu lagi, tolong berikan nama Renjun pada bayi ini.Ibunya yang menginginkannya.Terima kasih atas kebaikan kalian, aku harap keluarga kalian akan selalu bahagia.
"Jadi selama ini.....papa mama bukanlah....." Renjun tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Suara guntur terdengar begitu keras seakan mewakili perasaan Renjun saat ini.Perasaannya sudah tidak bisa diartikan lagi.Renjun merasa sendirian sekarang.Orang yang selama ini selalu berada di dekatnya, ternyata adalah orang lain.Yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengan Renjun.
Setelah mengetahui beberapa fakta tentang dirinya, Renjun memutuskan untuk keluar kamar orang tuanya, dan kembali berjalan menuju kamarnya sendiri.
Sesampainya di kamar, Renjun tidak tahu harus melakukan apa.Ia merenung sebentar memikirkan fakta yang baru ia temui.Dengan pikiran yang kacau, Renjun memutuskan untuk berjalan pergi meninggalkan rumah yang selama ini telah menyaksikan pertumbuhannya sejak kecil.Rumah yang menjadi saksi betapa bahagianya Renjun hidup bersama keluarga ini.
Renjun tidak tahu kemana ia harus pergi.Namun, langkah kakinya tetaplah berjalan seolah memiliki tujuan.Hari semakin gelap.Kini ia benar-benar sendirian.Ia pergi tanpa membawa barang, bahkan ia tidak membawa uang sepeserpun.Renjun merasa, semua yang ia miliki, termasuk pakaian yang ia kenakan bukanlah miliknya.Ia hanyalah bayi yang ditinggalkan oleh orang tuanya.Renjun hanyalah orang lain dalam keluarga itu.Orang asing yang datang dan memasuki kehidupan keluarga itu.
Gemercik air mulai terdengar jelas di telinga Renjun.Hujan perlahan mengguyur tubuh Renjun.Pemuda itu hanya bisa menangis dalam diam.Ia merasa sudah tidak ada arah tujuan melangkah.Ia juga tidak memiliki tempat untuk pulang.Kakinya terasa sudah lemas setelah berjalan jauh dari rumah yang selama ini menjadi tempat pulang untuknya.Pelukan dan kasih sayang mama, papa, serta para kakaknyalah artian pulang yang sebenarnya bagi Renjun.Namun, kini semua itu sirna setelah fakta yang menyakitkan muncul.
Perlahan pandangan Renjun mulai memudar.Pusing di kepalanya semakin terasa.Tak berselang lama, tubuh mungil milik pemuda itu terjatuh ke tanah.
"Pah ma..." Lirik Renjun sebelum benar-benar menutup matanya.
____________________________________
Taesoo House"Tumben sepi mas, apa mereka udah tidur ya?" Tanya Jisoo."Biar aku cek kamar anak-anak dulu." Jawab Taeyong sambil melangkahkan kakinya menuju kamar Haechan terlebih dahulu.
Ia tersenyum ketika melihat putra keduanya sudah tertidur nyenyak di atas kasur.Kini kakinya melangkah menuju kamar si bungsu.Gelap dan berantakan, itulah kata yang bisa menggambarkan keadaan kamar pemuda bernama Lee Renjun saat ini.
Dengan perasaan yang bisa dibilang tidak baik, Taeyong cepat-cepat menyalakan Lampu kamar milik putranya.Ia kalap ketika tidak menemukan Renjun putra kecilnya dalam kamar itu.
"SEGERA CARI ANAK SAYA SEKARANG JUGA.CARI SAMPAI KETEMU.JANGAN BERHENTI KALAU BELUM KETEMU.MENGERTI?" Ucap Taeyong tegas pada anak buahnya."Pah ada apa? Kamu nyuruh mereka buat cari siapa? Anak-anak kita ada di kamar kan? Mereka udah tidur kan pah? Jangan diem aja pah.Jawab aku.MAS TAEYONG!" Teriak Jisoo yang berhasil membangunkan Haechan dari tidurnya.
"Injun.....Tenang sayang.Semua baik-baik aja ya.Tenang." Ucap Taeyong sambil memeluk sang istri."Mah pah....Ada apa?" Tanya Haechan bingung ketika mendapati kedua orang tuanya sedang menangis.
"Haechan....hiks.....hiks.....Injun kemana?" Lirik Jisoo di sela-sela tangisannya."Injun di kamarnya mah." Jawab Haechan polos."Nggak ada Echan....Dia nggak ada di kamarnya....hiks...hiks...Dia ninggalin mama." Ucap Jisoo dengan suara seraknya.Haechan merasa tubuhnya tidak bisa bergerak.Ia tahu perasaan orang tuanya saat ini.Perasaannya juga sama, mereka semua belum siap jika Renjun kecil mereka meninggalkan rumah ini.Meninggalkan semua kenangan yang mereka lewati bersama.Haechan sudah mengetahui fakta tentang Renjun.Kasih sayangnya pada Renjun tidaklah berubah.Ia sangat menyayangi adik kecilnya itu.Ia tidak pernah memikirkan darimana Renjun kecilnya berasal, yang terpenting bagi Haechan adalah Renjun tetap akan selalu menjadi adik Lee Haechan.
Handphone Taeyong tiba-tiba berdering.Tertulis nama Jaehyun di layar.Ia mencoba untuk menetralkan nafasnya.
📱📱📱📱📱
"Halo hyung?"
"Hai Jae, ada apa? Apa ada sesuatu yang penting?"
"Ah tidak hyung.Aku hanya ingin menghubungi Injun, tapi daritadi ponselnya tidak bisa dihubungi.Apa dia baik-baik saja hyung?"Hening~~~~
"Hyung?"
"Ah Jae...Maaf aku tidak fokus tadi."
"Tidak apa-apa hyung.Bagaimana Injun, apa dia baik-baik saja?"
"Injun....Dia tidak ada di rumah Jae."
"Maksud hyung???"
"Injun hilang."
"Hyung.....Kau tidak sedang becandakan?"
"Bagaimana aku bisa bercanda tentang hilangnya putraku Jung Jaehyun!"
"Hyung tenanglah.Aku akan membantu mencarinya.Aku akan ke Korea sekarang juga.Kita pasti bisa menemukannya.Percaya itu hyung."
"Terima kasih Jae.Hati-hati di jalan."
Baik hyung.""Tenang ya sayang, kita akan cari sama-sama.Jaehyun sebentar lagi juga akan ke Korea.Dia akan membantu kita mencari Injun." Ucap Taeyong pada Jisoo sambil mengusap lembut surai miliki wanita di dalam pelukannya itu.
____________________________________
"Dia hilang mas......hiks....hiks...."
❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄
Thank you yang udah baca cerita ini😊
Jangan lupa vote and commennt ya
KAMU SEDANG MEMBACA
First Snow [END]
Fanfiction[Finish] Cerita ini hanya fiktif belaka. "Injun-a, kemarilah.... "Jadi selama ini...... Kapercayaan sulit untuk didapat, namun mudah untuk dirusak. Bukan bxb.