Kau benar-benar nekat menantang Tuan Jongin seperti itu ", Heenim bergumam setengah menggerutu.
Dari tadi lelaki gemulai itu memang sibuk menggerutu karena harus memulai dari awal mendandani Jennie. Apalagi ketika tatapannya terarah pada gaun hijau Jennie yang sekarang teronggok seperti sampah di lantai, Heenim akan mendesah secara dramatis, lalu menggerutu lagi dengan kata-kata tidak jelas.
Untunglah Heenim membawa gaun cadangan. Gaun itu cukup bagus meskipun tidak semewah dan seindah gaun hijau yang sudah dirobek oleh Jongin. Warnanya merah marun dan berpotongan sederhana, membungkus tubuh Jennie dengan sempurna.
"Nah sudah selesai", Heenim meletakkan kuas bibir di meja dan menatap bayangan Jennie di cermin, "Lumayan cantik, meskipun tidak semewah tadi."
Jennie tanpa dapat ditahan melirik ke gaun hijau di lantai itu dan menghembuskan napas sedih. Tetapi bagaimanapun juga, dibalik kekecewaannya ada kepuasan karena setidaknya dia bisa menunjukkan kalau dia bisa melawan Jongin.
Betapa mengerikannya lelaki itu kalau marah, Jennie mengernyit. Sejak usahanya yang terakhir kali untuk melarikan diri, penjagaan atas dirinya diperketat. Ada dua orang laki-laki berjas hitam dan berbadan kekar yang berjaga di depan pintunya.
Malam ini adalah pertama kalinya Jennie diberi kelonggaran, untuk turun, keluar dari kamar ini. Kalau Jennie cukup waspada, mungkin dia bisa melarikan diri dari rumah ini.
"Nah, pakai sepatu ini", Heenim meletakkan sepatu emas yang cantik di karpet, "Lalu aku akan mengantarmu turun, Tuan Jongin menunggu di bawah, karena pesta sudah dimulai".
Ketika Jennie menuruni tangga, seketika itu juga hatinya terasa kecut. Semua orang yang hadir di pesta ini berpakaian spektakuler, semuanya pasti gaun rancangan terbaru dari desainer terkenal.
Para laki-laki berjas tampak berkumpul dan mengobrol di satu sudut dekat perapian, dan para perempuan tampak berkelompok dengan sahabat-sahabatnya menyebar di semua sisi ballroom itu.
Sebuah meja sajian besar di sudut menyajikan berbagai jenis makanan mewah. Bartender di satu sudut sibuk melayani permintaan tamu dan para pelayan berpakaian hitam putih hilir mudik, menawarkan nampan-nampan hidangan dan sampanye yang mengalir tak ada habisnya.
Ketika Jennie menuruni tangga, semua pandangan tertuju padanya, hingga dia merasakan tangannya berkeringat. Jennie mencari-cari Jongin, tetapi lelaki itu sepertinya tidak ada.
Dengan gugup, merasa terasing di keramaian, Jennie berdiri diam, di sudut dekat jendela, memilih untuk mengamati daripada membaur.
Dia mengernyit ketika menyadari bahwa di setiap akses pintu keluar, semuanya berdiri dua atau tiga orang pengawal Jongin dengan jas hitam yang serupa dan tampak selalu waspada. Jennie harus melewati mereka kalau ingin keluar dari tempat ini.
"Itu kekasih Jongin yang terbaru?", sebuah suara sinis terdengar, rupanya pemilik suara sengaja supaya Jennie mendengarnya.
Jennie menoleh dan mendapati segerombolan perempuan perempuan cantik tengah berbisik-bisik dan menatapnya dengan tatapan benci. Salah seorang perempuan, yang paling cantik dengan gaun hitamnya yang sangat seksi terang-terangan mengamati Jennie dengan pandangan meremehkan dari atas ke bawah,
"Aku mendengar Jongin mengajaknya tinggal bersama. Bayangkan! Tidak ada satupun perempuan yang pernah diajak Jongin tinggal bersama. . . .Kupikir dia perempuan yang sangat cantik! Ternyata dia biasa saja, mungkin Jongin sedang mabuk saat membawanya tinggal bersama"
"Aku pikir juga begitu", perempuan di kelompok itu, yang bergaun merah muda menyahut dengan suara yang tak kalah sinis "Mengingat sejarah kekasih-kekasih Jongin selalu luar biasa cantiknya... Tapi lihat dia, dia tampak tak cocok berada di sini, dia pasti bukan perempuan berkelas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JenKai {SWTD Adult Series}
RomanceTerlalu sensitif, sayang? Kau membutuhkan pelampiasan dengan segera bukan?," Tangan Jongin bergerak ke pusat gairah Jennie. "Tidak!," Jennie mencoba berteriak dan mencengkeram lengan Jongin, "Jangan! Kau tidak boleh melakukannya!" "Ini satu-satunya...