Jongin masuk ke kamar perawatan Jennie tengah malam. Saat itu Jennie sudah tertidur pulas. Dengan langkah pelan tak bersuara, Jongin berjalan menuju tepi tempat tidur dan berdiri dekat di sana mengawasi Jennie...
Begitu damai perempuan ini terpejam dalam lelapnya, seolah tak menyadari bahwa sekarang bahaya yang amat besar sedang mengintainya.
Jongin sedikit membungkuk, lalu menyentuh pelan pipi Jennie. Perempuan itu mengerang pelan lalu mengubah posisi tidurnya, tetapi tidak terbangun. Jongin mengambil resiko dengan menunduk dan mengecup bibir Jennie, merasakan manisnya bibir itu. Sampai kemudian dia larut dalam gairahnya yang tertahan dan melumat bibir Jennie.
Jennie merasakan gelenyar panas di seluruh tubuhnya, dan dia menggeliat, ada gairah menjalar dari bibirnya yang terasa nikmat dilumat seseorang. Dengan lemah Jennie mengerjap setengah tidur dan membuka mata.
Lelaki itu, yang sedang membungkuk di atas tubuhnya dan melumat bibirnya, adalah Kim Jongin.
Jongin sedang melumat bibir Jennie, kemudian dia berhenti dan menatap mata Jennie, menyadari bahwa Jennie sudah terbangun. Dengan lembut Jongin menelusurkan tangannya di pipi Jennie, lalu bibirnya mengikuti gerakan jemarinya.
Jennie memejamkan matanya, ini pasti mimpi. Kim Jongin di dunia nyata tidak mungkin berbuat selembut ini, lelaki itu pasti akan langsung memaksanya, memperkosanya, dan memperlakukannya dengan kasar .
Ini pasti mimpi, karena sebelum tidur Jennie berbaring dengan gelisah, mencoba menghapus memori bercintanya dengan Jongin yang seolah-olah selalu muncul dalam benaknya. Dan karena ini mimpi, tak ada salahnya untuk menikmati.
Jennie setengah tersenyum, lalu menyentuh pipi Jongin dengan lembut. Dalam sekejap tubuh Jongin langsung kaku seperti terkejut merasakan sentuhan lembut jemari Jennie di pipinya.
Jennie langsung menarik tangannya panik, apakah Jongin dalam mimpinya ini akan berubah lagi menjadi Jongin dalam dunia nyata yang jahat?
Ternyata tidak, Jongin dalam dunia mimpi ini sangat lembut dan penuh kebaikan. Lelaki itu mengambil jari Jennie dan meletakkannya di pipinya.
"Sentuh aku di manapun kau suka, jangan berhenti..." bisik Jongin penuh gairah.
Jennie tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ini benar-benar mimpi yang sangat menyenangkan.
Di bawah tatapan tajam Jongin, Jennie menyusurkan jemarinya di wajah Jongin, mengagumi setiap kesempurnaan yang terpatri di sana. Ketika jemarinya hampir menyentuh bibir Jongin, lelaki itu meraih tangannya, dan mengecupnya lembut, satu persatu jemarinya.
Jongin menggulingkan tubuhnya ke samping Jennie, ranjang rumah sakit yang kecil itu membuat tubuh mereka bersentuhan rapat. Tangan Jongin menggenggam jemari Jennie, lalu menyentuhkan jemarinya ke kejantanannya yang sudah sangat siap,
"Sentuh aku Sayang", bisiknya parau. Wajah Jennie memerah merasakan kekerasan yang panas di telapak tangannya, dengan lembut Jongin membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celananya,
"Rasakanlah tubuhku yang amat sangat mendambamu"
Jennie meremas kejantanan itu dan Jongin mengerang. Perasaan bahwa Jongin benar-benar bergairah atas sentuhannya membuat Jennie merasa senang.
Oh ya ampun, ini adalah mimpi erotis terbaik yang pernah dia alami. Jemari Jennie bereksplorasi di tubuh Jongin, dan lelaki itu membiarkannya sebebas-bebasnya. akhirnya, ketika bibir Jennie dengan penuh ingin tahu mencecap kejantanan itu, Jongin mengangkat kepala Jennie dengan tatapan tajam berkabut yang penuh gairah.
"Giliranku" geramnya serak.
Jennie dibaringkan dengan Jongin berbaring miring menghadapnya, lelaki itu mengecup dahinya, pelipisnya, ujung hidungnya, pipinya, bibirnya dengan kecupan-kecupan kecil yang lembut. Lalu bibir itu berhenti di bibir Jennie, mencicipinya sedikit-sedikit di tiap ujungnya, meniupkan kehangatan yang basah di sana. Membuat Jennie membuka bibirnya dengan penuh perasaan mendamba.
KAMU SEDANG MEMBACA
JenKai {SWTD Adult Series}
RomanceTerlalu sensitif, sayang? Kau membutuhkan pelampiasan dengan segera bukan?," Tangan Jongin bergerak ke pusat gairah Jennie. "Tidak!," Jennie mencoba berteriak dan mencengkeram lengan Jongin, "Jangan! Kau tidak boleh melakukannya!" "Ini satu-satunya...