Perjalanan itu terasa menyiksa dan Jennie dilempar begitu saja dengan kasar oleh bodyguard Jongin ke bagasi dan dikunci dari luar.
Jennie berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhirnya dia kelelahan dan kehabisan oksigen. Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang makin menipis, Jennie terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, akan dibawa kemanakah dirinya ?
Lama sekali Jennie menunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti. Suara pintu mobil dibanting. Dan syukurlah, ada gerakan membuka bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur. Ah ya Tuhan, semoga semudah itu.
Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.
"Jennie. . . " itu suara Jongin dan lelaki itu memanggil namanya. Wajah Jennie langsung pucat pasi. Lelaki itu sejak awal sudah mengetahui penyamarannya!
"Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak," Ada seberkas senyum di suara Jongin.
Kurang ajar. Lelaki itu pasti dari tadi sudah menertawakan kebodohannya!,
"Kau ada di rumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat banyak, jadi kau harus turun dengan sikap penurut dan tenang. Demi dirimu sendiri, karena para pengawalku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh" ucap Jongin.
Rumah Jongin!. Jennie memejamkan matanya frustrasi. Dari informasi yang dia dapatkan, rumah Jongin yang terletak di atas tanah begitu luas di kawasan elite pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Jongin.
Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Jongin. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Jongin.
"Bagaimana ninie? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik,dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan kusekap di gudang," suara Jongin di luar menyadarkan Jennie dari lamunannya.
"Kenapa kau membawaku kemari?," gumam Jennie penuh keberanian. Terdengar suara Jongin terkekeh di luar sana,
"Menurutmu kenapa ninie? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?" Suara Jongin terdengar dekat,
"Kau sudah bermain api," bisiknya, "Sekarang saatnya kau untuk terbakar."
Pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Jennie belum siap meronta. Lagipula, percuma meronta. Di belakang Jongin yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa bodyguard dengan tubuh kekar bertampang seperti batu.
Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Jennie tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau dia berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka. Jongin mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk,
"Silahkan tuan puteri, biarkan aku membantumu keluar," gumamnya mengejek.
Jennie menatap tangan itu lalu menggeram marah. Kurang ajar sekali iblis yang satu ini! Dengan marah, ditepiskannya tangan Jongin dan dia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat di ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa puluh kilo.
KAMU SEDANG MEMBACA
JenKai {SWTD Adult Series}
RomanceTerlalu sensitif, sayang? Kau membutuhkan pelampiasan dengan segera bukan?," Tangan Jongin bergerak ke pusat gairah Jennie. "Tidak!," Jennie mencoba berteriak dan mencengkeram lengan Jongin, "Jangan! Kau tidak boleh melakukannya!" "Ini satu-satunya...