Chap4

10.2K 237 5
                                    



Jennie masih termangu di ranjang, lalu kilasan rasa sakit di antara pahanya menyadarkannya. Noda darah itu tampak mencolok di seprai putih itu, tampak menertawakannya.

Sungguh ironis, keperawanannya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya. Tubuhnya gemetar, dipenuhi oleh rasa campur aduk yang menyesakkan ketika dia mencoba berdiri.

Noda merah di ranjang itu sangat mengganggunya, hingga dengan kasar dia merenggut seprai itu dan membantingnya ke lantai. Napas Jennie terengah-engah dan entah kenapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.

Ingatannya melayang kepada ayah dan ibunya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan, dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap di sini, dalam cengkeraman musuh besarnya.

Kini dia terpuruk di sini, dalam cengkeraman Jongin ,dan yang sangat menyakitkan dia tidak berdaya menghadapi lelaki itu. Jennie mengusap air matanya tiba-tiba. Tidak! Dia sudah cukup menangis, dia harus melawan, dengan segala cara!.

Dengan pelan Jennie melangkah ke kamar mandi, dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Jongin di tubuhnya. Lelaki itu boleh saja menodainya, tetapi bukan berarti lelaki itu memilikinya. Jennie wanita bebas, wanita bebas yang bertekad untuk menghancurkan Jongin. Tunggu saja, dia hanya belum punya kesempatan.

Jennie hanya duduk di kursi putih itu putus asa sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa setiap sudut di kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya untuk melarikan diri.

Putus asa, Jennie duduk sambil memeluk lututnya, Kalau begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini? Sedangkan keluar dari kamar ini saja dia tidak mampu. Matanya melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu satu satunya jalan.

Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Jongin, dan juga seorang lelaki bertampang dingin bernama Lucas, yang selalu ada di sebelah Jongin setiap ada kesempatan. Lelaki bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantarkan makanannya. Pikiran Jennie berputar. . . memang rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu. . . .

Seperti sudah diatur, pintu kamar itu terbuka, dan Jennie langsung terduduk tegak waspada, menanti siapapun yang akan masuk. Lucas muncul di sana membawa nampan makanan, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasa. Dan Jennie langsung sengaja memasang wajah kesakitan,

"Aku minta tolong….," rintihnya sesakit mungkin.

Lucas mengernyit dan mendekat, "Ada apa nona?'

"Aku… aku mau muntah… tolong aku," Jennie meremas perutnya, berusaha semeyakinkan mungkin. Dan sepertinya Lucas tidak curiga, lelaki itu mendekat, dan menatap Jennie,

"Kau mau dibantu ke kamar mandi?" Jennie mengangguk lemah.

Dengan tangan kuatnya, Lucas membantu Jennie berdiri dan memapah tubuh Jennie yang lunglai ke kamar mandi. Ketika Lucas membuka pintu kamar mandi, Jennie berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Lucas langsung bergegas membawanya ke kamar mandi.

Di wastafel, Jennie menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah hebat,
" Handuk. . . tolong. . . .," gumam Jennie lemah, melirik ke arah lemari handuk yang ada di ujung ruangan kamar mandi.

Masih tanpa curiga, Lucas melangkah ke arah lemari handuk. Saat itulah dengan secepat kilat Jennie melompat dan berlari ke arah pintu keluar kamar mandi.

Lucas menyadari kalau dia ditipu ketika melihat kelebatan langkah cepat Jennie. Dia berusaha mengejar tapi terlambat, Jennie yang melompat gesit sudah keluar dari kamar mandi dan membanting pintunya dari luar, lalu menguncinya rapat-rapat.

JenKai {SWTD Adult Series}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang