A²💜

3K 84 1
                                    

Halo semua, makasih yang udah mau baca, semoga suka, dan jangan lupa pencet bintang di pojok kiri.

Happy reading.

***

Semakin pekatnya malam, semakin pula dentuman musik kian menggelegar meramaikan setiap sudut ruangan. Kepulan asap meraja rela, banyak orang berpesta pora meneguk obat penenang jiwa dan penyegar dahaga di depan meja barista. Ada juga yang menari ria di bawah gemerlapnya lampu disko menikmati hinggar-binggar dunia yang ekspetasinya tak serumit realita.

Club malam. Salah satu tempat terampuh untuk pelampiasan amarah, dendam, kecewa, terluka serta antek antek penyebab keluh lainya.

"BAS, HABIS NIH. ISI LAGI DONG!" teriakan sewot nan melengking di depan meja bartender.

"Yang bener, lo udah minum berapa banyak Anetha!" seloroh Bastian lalu menghampirinya setelah melayani yang lain.

"Just three, nggak usah lebai." monolognya merotasikan mata bosan. Anetha Prajnaparamitha, kerap di panggil Aneth ataupun Neth. Si tukang balap dan pemabuk, sulit di atur, liar dan penuh teka teki.

"Bener bener. Lo ada masalah apa sih?" laki laki berperawakan tinggi tegap itu heran, lalu sepersekian detik berikutnya ia menuruti perkataan gadis itu. Apa lagi kalau bukan menuangkan cairan bening yang begitu panas saat mengalir di tenggorokan. Bastian heran, gadis itu menang tak waras atau masalahnya membeludak? Atau mungkin terlalu banyak beban sampai harus di lampiaskan di tempat ini lagi? Memang, selama ini jika ada masalah Aneth akan minum ditempat yang sama. Namun dengan porsinya tak sebesar belakangan ini.

"Masalah? Emang gua punya masalah apa ya? Lupa gua."

"Sinting." ejek Bastian berlalu melayani pelanggan lain.

"Lu kali yang sinting." elak Aneth meneguk kembali wine yang di tuangkan Bastian.

"Emang pelarian lu cuma ini doang? Yang lain lah. Lebih variasi dikit." kali ini bartender lain menyahut.

"Mmm... Pelarian ya? Sekarang sih alkohol, mungkin besok balap motor, balap mobil juga, belum buka jasa bunuh orang sih, mau daftar?" Arda, bartender yang menimpal barusan di buat tercengang. Bisa-bisanya Anetha menawarkan hal mengerikan padanya.

"Ogah." gadis itu tertawa puas setelah Arda ia buat mati kutu. Aneh saja, entah apa alasannya. Ia benar-benar merasakan kepuasan tersendiri jika mengkonsumsi alkohol.

"Bas, makin nyleneh noh. Bantu telfon orang deh. Kasian tu cewek." setelah mengiyakan ucapan Arda, bastian kembali menghampiri Aneth versi setengah sadar. Otak bartender muda itu harus segera ia gunakan berfikir setelah sekian lama beristirahat, kalau sampai ia tak menelfon seseorang untuk membawa Aneth pergi, mungkin akan ada hal konyol yang di lakukan gadis itu. Bastian merogoh handphone di saku jeansnya,  menscroll kontak di handphone dan, tersambung.

"Halo kak Bas. tumben telfon, ada masalah apa?" jawap seseorang dari seberang yang menerima telfon dari nya.

"Ra, lo harus ke sini secepatnya, Neth kacau." pungkasnya to the point.

"O'oke gua ke sana sekarang." Diara menjawap gugup, mematikan sambungan telfon secara sepihak dan dengan cepat menuju tempat yang bastian Sherlock setelah selesai menelponnya. Dengan cepat Diara sampai, di mana lagi kalau bukan Bar. Ini bukan kali pertama seorang Diara melisha ke tempat seperti ini, memang di luar kelihatan sepi dan terpencil, tapi di dalamnya lebih dari ekspetasi.

Semakin Diara masuk semakin besar suara gema musik di seluruh penjuru ruangan. Kembali ke problem awal, ia harus menemukan sahabatnya sekarang. Kalau tidak, akan ada masalah besar yang terjadi.

THAKSA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang