"Patah hati terbesar seorang anak adalah perpisahan kedua orang tuanya."
-Ragael Hadrian Adhitama-Flashback on
Bastian yang baru saja ingin masuk ke dalam rumahnya pun mengernyitkan dahinya bingung ketika melihat sebuah kotak berwarna hitam yang berada di atas kursi. Dengan rasa penasaran ia segera mendekati kursi itu.
Dan terlihat kotak itu tidak ada nama pengirimnya. Tidak peduli akan hal itu, Bastian segera membuka kotaknya dan seketika rahang Bastian mengeras ketika melihat foto-foto itu. Dengan tangan yang bergemetar Bastian memegang foto itu dan menatapnya dengan lekat. Siapa tahu dia salah lihat.
Namun, pikiran itu salah. Ternyata, apa yang ia lihat benar sekali. Dina yang berpelukan dengan Satya di dalam hotel. Dan, apa ini? Dina hanya menggunakan tanktop? Apa yang keduanya lakukan? Bermain api di belakang dirinya?
Seketika emosi langsung memenuhi diri Bastian. Ia membuka pintu dengan kasar dan melihat istrinya yang sedang menonton tv.
Dina yang awalnya sedang asik menonton pun terkejut karena suara pintu yang dibuka dengan kasar. Ia langsung berdiri dan menatap suaminya dengan bingung. Ada apa dengan Bastian?
Tanpa diduga Bastian melemparkan kotak berwarna hitam tadi tepat ke wajah Dina.
Brak
Foto itu berhamburan ke lantai dan terpampang jelas wajah dirinya dan Satya yang sedang berpelukan. Dina beralih menatap suaminya yang menatapnya dengan tajam.
"Kak, aku bisa jelasin yang sebenarnya," ucap Dina mendekati Bastian, namun pria itu berjalan mundur dan mengangkat tangannya tanda untuk menolak Dina menyentuh dirinya.
"Kita cerai."
Ucapan Bastian membuat Dina membelalakkan matanya tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya tidak mau. "Enggak, kamu salah paham."
Dengan sekali hentakan vas bunga yang berada di atas meja itu terhempas ke lantai. Dina menutup telinganya dengan takut. Sekarang suaminya sedang murka.
Prang
Suara pecahan kaca menggema keras dalam ruangan yang besar. Tampak dua laki-laki yang saling pandang menatap satu sama lain. Apa ada badai yang menerpa isi rumahnya?
Dengan cepat keduanya menuruni tangga dan melihat kedua orang tuanya yang sedang beradu mulut.
"Kamu selingkuh sama Satya?"
"Apa yang kamu lihat itu salah paham, Kak," bantah Dina yang merupakan mama kandung dari Rafa dan Raga.
Bastian tertawa mendengar istrinya yang mengelak dan tidak mau jujur. Bahkan, dirinya tidak menyadari kehadiran si kembar yang sudah menatap mereka dengan sendu. "Berdua di dalam hotel lalu berpelukan dalam keadaan kamu yang hanya menggunakan tanktop. Dimana letak salah paham saya?"
Dina terdiam dengan air mata yang mengalir deras. Ia ingin menjelaskan hal yang sebenarnya, namun kejadian itu kembali berputar dalam ingatannya. "Kamu salah paham," balas Dina dengan pelan persis seperti berbisik.
"Keputusan saya sudah bulat. Kita cerai dan hak asuh akan jatuh ke tangan saya."
"ENGGAK, RAGA SAMA RAFA IKUT SAMA AKU," bantah Dina menatap suaminya dengan nyalang. Bagaimana mungkin dirinya akan dipisahkan oleh si kembar?
"DIAM KAMU DINA."
"RAGA SAMA RAFA HARUS IKUT AKU."
Bastian yang hendak melangkah ke dalam kamar pun menoleh ke arah tangga dan melihat kedua putranya yang menatap dirinya sendu.
Raga berjalan mendekati Bastian dan memeluk pria itu dengan erat. "Jangan cerai. Raga, mohon, Pa," pinta Raga.
Bastian memejamkan matanya sejenak ketika merasakan rasa sakit yang menancap hatinya. Suara Raga begitu memilukan. "Ini jalan terbaik, boy. Kamu mau ikut mama atau papa, hm?"
"Rafa ikut sama mama, ya, kita berobat di Singapur," ajak Dina mendekati putra pertamanya. "Kamu mau, kan, nak?" tanya Dina sekali lagi.
Rafa hanya diam lalu melirik ke arah Bastian yang masih setia dalam pelukan Raga, adik kembarnya. Melihat itu ada rasa sedikit iri pada diri Rafa. Helaan nafas keluar dari mulutnya , ia menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan Dina.
"Oke, Raga sama saya dan Rafa sama kamu. Tapi ingat, Dina. Saya hanya memberi waktu kamu bersama Rafa selama lima tahun. Setelah masa itu habis, Rafa harus pulang ke Indonesia." Keputusan dari Bastian tidak bisa diganggu gugat. Hal itu membuat Dina menganggukkan kepalanya pasrah. Lagi pula, ini adalah resiko yang harus ia dapatkan.
Mungkin, saat ini Dina belum siap menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dirinya butuh waktu untuk menyembuhkan trauma itu.
****
Tampak dalam sebuah ruangan berwarna putih terlihat seorang pria yang menatap tajam surat kabar di tangannya.
Semua berita sekarang dipenuhi nama dirinya. Hal itu semakin membuat ia pusing.
Adhitama's Group
Sedang berada diambang kebangkrutan. Setelah dikabarkan sang istri selingkuh dengan rekan perusahaannya, Bastian Adhitama menolak untuk membuka suara. Dan lebih mengejutkan lagi Bastian dan sang istri memutuskan untuk bercerai.
Sebuah ide tiba-tiba muncul dalam pikiran Bastian. Pria itu tersenyum miring memikirkan rencana busuknya. Balas dendam sedikit tidak masalah, kan?
Lagi pula, karena pria itu dirinya hampir bangkrut dan sekarang keluarganya sudah hancur. Keharmonisan yang selalu ia nantikan setiap pulang pun sudah sirna. Semua ini hanya karena dia, Satya Brutomo.
Dengan cepat Bastian menelpon sekretarisnya, Dion.
"Halo, kenapa, pak?"
"Cari tentang kehidupan Bayu Purwono, lima menit."
Tut tut tut
Bastian tersenyum smirk. Rencananya pasti akan berhasil.
Ting
Satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Pesan dari Dion. Dengan cepat Bastian membuka ponselnya dan ia tersenyum puas ketika mendapati kartu as seorang Bayu Purwono, supir pribadi keluarga Satya.
Flashback off
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddles Of Boy [COMPLETED]
Novela Juvenil⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: "Hanya menjalankan se...