"Mencintaimu adalah salah satu kebahagiaan yang pernah aku temukan. Meski akhirnya kita tak bisa bersatu, tapi cinta ini selamanya milik dirimu."
-Rafael Hadrian Adhitama-Entah mengapa pagi ini matahari tidak menampakkan wujudnya. Natha terbangun kala merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya. Matanya sedikit menyipit ketika tidak merasakan silau seperti biasanya. Setelah sadar sepenuhnya, Natha bangkit dari posisinya dan berjalan mendekati pintu balkon.
"Masih pagi udah hujan aja," ucap Natha menatap hujan yang tidak terlalu deras.
Saat melihat jam di dinding. Setengah tujuh. Dengan cepat Natha segera mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sepuluh menit telah berlalu, Natha sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Dan, lagi-lagi perasaan resah itu kembali datang. Sebenarnya ada apa, sih?
"Kok, gue ngerasa ada sesuatu yang terjadi, ya?" tanya Natha menatap pantulan dirinya di cermin.
Mungkin, hanya perasaan nya saja.
Natha menatap kalung yang berada di lehernya. Seketika bayangan kejadian tadi malam kembali terlintas dalam benaknya. Sudahlah, Natha tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan.
Dengan cepat ia meraih tas sekolahnya dan kunci mobil yang berada di samping tempat tidur. Saat ingin menutup pintu, Natha dikejutkan dengan kehadiran Kevan yang menatap dirinya dengan cemas.
"Kenapa lo?" tanya Natha menatap sepupunya aneh.
Kevan terdiam untuk beberapa saat lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Ia bingung harus berbicara dari mana. Kabar ini sangatlah tidak baik. "Lo jangan sedih, ya," ucap Kevan memegang pundak Natha dan menatap gadis itu dengan lekat.
Natha sedikit berdecak karena merasakan berat di pundaknya. "Kenapa, sih, ngomong aja," balas Natha dengan ketus lalu menyingkirkan tangan Kevan dari pundaknya. Tangan laki-laki itu sangat besar.
"Ah, gue gak bisa, gue duluan," elak Kevan lalu berlari menuruni tangga. Sedangkan Natha menatap laki-laki itu dengan cengo.
"Dasar gila," gumam Natha lalu ikut turun ke bawah.
"Sini, Nat, sarapan dulu," ajak Mira melambaikan tangannya.
"Eh, aku sarapan di sekolah aja, tan, udah mau telat," tolak Natha sambil tersenyum. "Aku pergi dulu, ya, tan," pamit Natha lalu mencium kedua pipi Mira dan berlari keluar dari rumah.
"Tingkahnya mirip kakak," ucap Mira menatap punggung Natha yang perlahan menghilang.
****
Jalanan kota Jakarta pagi ini sangat licin. Mungkin, karena hujan sejak malam tadi yang belum reda sampai sekarang. Lagu dari Alan Walker mengalun dalam kesunyian mobil Natha. Gadis itu berulang kali untuk menepis rasa resah yang ada di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddles Of Boy [COMPLETED]
أدب المراهقين⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: "Hanya menjalankan se...