******
Derita Malam
Malam ini kisahnya kembali hadir saat rembulan tak ingin menari. Seperti malam yang dulu, saat aku dengan tubuh penuh luka, menjerit tanpa suara. Tubuh mungilku menggigil tiada Tara dari dinginnya embun malam.
Perih pun sudah dianggap teman, pahit jika dirasa dan sakit saat diingat. Dimana aku dibunuh tetapi tak pernah tewas. Menahannya setiap malam, 5 sampai 10 cambuk tak pernah lekang dari tubuh. Memohon juga percuma, mereka memiliki telinga tetapi tetapi tidak dengan hati. Walau darah telah meluncur bebas dari penjuru badan, walau mata tak lagi bebas berpendar, mereka tetap tak melihatnya.
Mereka yang bertopeng anggun dalam lingkungan masyarakat, nyatanya adalah monster yang ganas. Mereka yang berkelakuan seperti malaikat, kini berubah menjadi iblis jahat. Sudah cukup tubuh ini menahan, kuatpun hanya menjadi percuma. Ragaku hancur, dan jiwa kini mulai menghilang.
Sekar Senja ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika karya: Aksara dari Meja Memori
PoetryKenangan yang menjadi penanda sebuah kisah, yang terekam di ingatan ataupun di hati manusia. Sebagian mereka merekamnya dengan kamera, sebagian lagi merekamnya dengan tulisan. Start: 06 Desember 2020 Finish: 01 Januari 2020