Cerita ini sudah tersedia dalam bentuk Ebook di Playstore.
Hanya karena kata - kata yang pernah diucapkan oleh Kalula di acara perpisahan sekolah, membuat Brian membenci wanita itu.
Namun ternyata niat untuk membalas dendamnya berubah menjadi obsesi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pembaca yang baik pasti tahu siapa yang berhak mendapat reward ya? Masa aku yang capek mikir, yang dapat uang penjual ebook bajakan. 🤔🤔🤔🤔
Jika ingin membaca gratis, bacalah selagi on going.
Terima kasih atas perhatiannya. 🤗
Abaikan typo. Revisian ada di versi ebooknya.
Selamat membaca. . . . . .
"Oh iya kamu pasti penasaran denganku kan? Ini aku Brian si babi gendut teman SMA mu dulu!"
Ucapan Brian membuat Kalula mundur beberapa langkah sambil membelalakkan matanya.
Kalula memindai tubuh Brian dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia tidak percaya dengan perubahan drastis seorang Brian. Lemak di tubuh pria itu telah hilang dan menjadi tubuh berorot yang sangat proporsional. Penampilannya kini membuat kaum hawa berpikiran nakal. Seperti Kalula yang sedang membayangkan jika dibalik kemeja yang dikenakan pria itu ada pahatan roti sobek yang menggoda untuk di belai. Karena Brian berhasil menyingkirkan lemak di tubuhnya, kini ia terlihat sangat jauh berbeda, sehingga wajar jika Kalula tidak mengenalinya.
Brian dapat melihat sekilas kekaguman terpancar dari mata Kalula. Dengan penuh percaya diri, Brian merasa yakin jika Kalula sama seperti wanita - wanita di luar sana yang akan dengan sukarela menyerahkan diri untuk menghangatkan ranjangnya.
Brian menunjukkan raut wajah menggoda membuat Kalula semakin yakin jika ia harus segera meninggalkan apartemen pria itu.
"Jika kamu tidak berniat untuk membahas kerjasama denganku, sebaiknya aku pulang saja," Kalula melangkah menuju ke arah pintu.
"Oh, ayolah Lula! Seharusnya kamu paham. Kerjasama bisnis bisa disepakati di mana saja termasuk di atas ranjang," ucap Brian sambil tersenyum miring dan menaikkan sebelah alisnya.
"Sejak kapan si babi gendut menjadi seorang fucek boy!" sindir Kalula kesal. Ia benar - benar merasa telah dilecehkan.
"Bukankah itu suatu hal yang wajar bagi pria tampan sepertiku?" tanya Brian sambil menunjuk dirinya sendiri.
Kalula spontanitas tertawa geli melihat Brian yang sekarang terlalu percaya diri.
Tawa Kalula membuat Brian terpana. Ternyata wanita itu bisa tertawa dengan kelucuannya. Sekarang tinggal membuat perasaannya wanita itu menjadi nyaman dan terjatuh ke dalam perangkapnya.
"Aku tahu perusahaan ayahmu sedang kritis, bagaimana jika kita membuat kesepakatan bisnis yang saling menguntungkan?"
Ucapan Brian membuat Kalula kembali merasa waspada. Sudah menjadi hal yang lumrah jika ada 'pertukaran' sepadan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan. Sebagai wanita dewasa, Kalula juga mengetahui hal tersebut. Namun hingga detik ini ia selalu berhasil meraih tujuannya karena kerja keras dan profesionalitas.
"Maaf, sepertinya aku tidak tertarik untuk bekerjasama denganmu. Jika kamu tidak ingin membeli saham perusahaan ayahku, aku akan mencari pembeli lain. Permisi!" pamit Kalula.
Kalula melangkah menuju pintu dan tertegun saat kenop pintu itu terkunci.
"Tolong bukakan pintunya!" ucap Kalula dengan nada tegas. Dengan enggan, Brian melangkah ke arah pintu. Ia membuka kunci sambil berbisik di dekat telinga Kalula. "Kuharap kamu mau mempertimbangkan penawaranku. Aku akan membeli dengan harga 100℅ jika malam ini kamu bersedia menghabiskan malam bersamaku!"
Hangat nafas yang berhembus di leher jenjang Kalula, membuat wanita itu merinding. Benar - benar sebuah tawaran yang menggiurkan. Hanya dengan menemani pria itu, maka semua masalah yang tengah membelit perusahaan ayahnya akan beres dalam sekejap.
"Tidak, terima kasih!" tolak Kalula yang segera melangkah keluar dari apartemen Brian.
Brian menatap tubuh sintal Kalula yang semakin menjauhinya. "Kamu masih tetap saja angkuh," gumam Brian. "Tunggu saja, Nona. Kupastikan kali ini kamu tidak akan pernah menolak penawaranku."
Brian segera meraih ponselnya untuk memberitahu asistennya. "Buat semua rekan bisnis kita menolak tawaran, Kalula!"
*******
Kalula tiba di rumah sakit dan melihat sang ibu menyambutnya dengan wajah kuyu. "Bagaimana dengan negosiasinya?"
Kalula menghela napasnya. Saat ini perasaannya sedang dilanda dilema, namun ia tidak ingin menceritakan apa yang baru saja ia alami tersebut kepada sang ibu.
"Bu, bagaimana jika kita lepaskan saja perusahaan itu. Aku akan giat bekerja untuk membiayai hidup kalian. Kurasa selama aku masih dibutuhkan untuk menjadi model, kita masih bisa hidup dengan layak."
"Bagaimana kamu bisa setega itu pada ayahmu. Ayahmu sudah berjuang sekuat tenaga demi mendirikan dan membesarkan perusahaan itu," teriak sang ibu yang kemudian duduk di sofa dan menangis terisak.
Kalula mendekati ibunya dan memeluk wanita paruh baya tersebut. Dibelainya punggung sang ibu dengan penuh kasih dan segenap perasaan yang ia miliki.
"Ibu tenang ya, supaya ayah segera pulih pasca operasi. Ya, Bu!" pinta Kalula sambil berusaha menahan tangisannya. Sebagai seorang anak, ia kini merasa begitu tidak berarti bagi kedua orang tuanya.
"Coba seandainya kamu mau menuruti permintaan ayahmu untuk kuliah bisnis daripada menjadi model. Pasti kamu bisa membantu ayahmu mengelola perusahaan!"
Kalula segera mengendurkan pelukannya. Ia paling sensitif jika sang ibu mengungkit - ungkit tentang keputusannya untuk menjadi seorang model.
"Kalau begitu, kali ini tolong turuti permintaan Ibu!"
"Apa yang harus kulakukan, Ibu?" tanya Kalula yang tiba - tiba saja dilanda rasa khawatir.
"Kamu harus mau Ibu jodohkan dengan putra salah satu rekan bisnis ayahmu!"
******
Kalula menjatuhkan dirinya di sofa. Tubuh dan jiwanya terasa lelah. Banyak rekan bisnis ayahnya yang menolak untuk membeli kembali saham perusahaan ayahnya. Satu - satunya cara adalah dengan menerima perjodohan yang telah di atur oleh ibunya.
Melihat profil lelaki yang hendak dijidohkan dengannya tersebut, membuat Kalula merasa muak. Sehingga ia meminta waktu kepada sang ibu akan mengusahakan keutuhan perusahaan dengan cara lain. Sayangnya hingga detik ini, ia tidak kunjung mendapat rekan bisnis yang kompeten untuk mengatasi masalah perusahaan ayahnya.
Tawaran pemotretan yang biasanya mengalir tanpa henti, mendadak macet. Bahkan ada beberapa jadwal pemotretan yang dibatalkan sepihak. Yang lebih mengherankan, mereka bersedia merelakan down payment yang telah ditransfer je rekening Kalula, sehingga ia tidak perlu membayar penalti atas pembatalan kontrak.
"Ini suatu kesialan atau kebetulan, sih?" Kalula mencoba merunut kembali musibah tanpa henti yang ia alami.
"Pasti ada dalang di balik semua ini, tapi siapa? Siapa yang bisa membantuku mencari tikus curut yang telah memporak porandakan hidup keluargaku?"
Kalula menggigit bibir bawahnya sambil berpikir keras. Jika ia ingin berhasil dalam misinya, harus ada dukungan dari seseorang yang memiliki pengaruh besar. Dan ingatannya tertuju pada seorang Brian.
"Setidaknya aku menjatuhkan harga diriku pada pria menawan daripada lelaki jelek pilihan ibu," gumam Kalula.
Tbc
Terima kasih kepada Readers setia yang sudah membeli ebookku. Semoga rejeki Anda semua dilancarkan oleh Allah SWT.
Untuk Readersku yang lain, aku lebih menghargai Anda tidak membeli karyaku, asalkan tidak membeli atau menjual kembali versi bajakannya.
Dengan membeli bajakannya, berarti Anda memupuk jiwa - jiwa penjahat di bumi Indonesia. tercinta.