"setelah kami amati, kemungkinan Ratu mengalami gangguan yang mengarah pada kondisi psikologisnya. Kami belum mengkaji lebih dalam, jadi belum bisa menentukan diagnosa lain. Karena itu kami sarankan agar pasien dikonsultasikan ke dokter yang lebih ahli dalam bidangnya supaya cepat-cepat mendapat penanganan yang sesuai."
Setelah terdiam selama beberapa saat, Julius menarik nafas dalam-dalam. Berusaha untuk menelan sesak yang memenuhi dada agar tidak terbawa suasana hati untuk yang kesekian kali.
"memangnya..Ratu kenapa lagi, dokter?"
"jadi begini, Pak. Saat ini kami harus tempatkan Ratu di ruangan khusus untuk satu orang karena kondisi emosionalnya tidak stabil sejak kemarin pagi. Demi menjaga privasi, juga kenyamanan Ratu dan pasien lainnya, jadi sementara kami pindahkan." jelas dokter yang menangani Leo sejak kemarin. "seperti yang saya katakan tadi, gejala-gejala yang ditunjukkan mengarah pada gangguan psikologis, Pak. Jadi lebih baik kita kolaborasi dengan psikiater juga untuk lebih jelasnya."
"separah itu..?"
Dokter yang ditanya menjawab dengan anggukan serta senyum tipis yang syarat akan rasa empati. "selama tiga hari ini kami sudah melakukan banyak prosedur tindakan untuk penanganan abortusnya. Sekarang fokusnya pada proses pemulihan. Kalo Pak Julius setuju, pasien bisa langsung dikonsul ke psikiater. Tapi kalo Bapak mau menolak juga tidak masalah. Semua keputusan kami serahkan sama pihak keluarga gimana baiknya."
Laki-laki itu berpikir panjang, berusaha mencari solusi secepat mungkin akan langkah apa yang harus ia ambil kedepannya. Setelah memutuskan, ia kembali menatap dokter yang duduk dihadapannya.
"tolong bantu Ratu untuk cepat sembuh dengan cara apapun."
Dokter tersenyum sekali lagi, lalu mengambil sebuah formulir yang ada diatas meja untuk menulis sesuatu. Tak lama ia menyerahkan kertas tersebut untuk ditanda tangani oleh penanggung jawab pasien.
"ini ada informed concent, Bapak bisa tanda tangan disini untuk persetujuan tindakan selanjutnya ya."
💫💫💫💫💫
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫💫💫💫💫
"halo, selamat siang."
Ditempatnya, Leo sedang duduk bersila diatas tempat tidur. Kontan menoleh kearah sumber suara yang baru saja melewati gendang telinganya itu. Ia mendadak beku sambil menatap seorang pria tinggi yang tengah berjalan kearahnya, hampir menjerit andai saja tidak buru-buru sadar ada perawat yang juga datang disaat bersamaan.
"suster!"
Leo ketakutan, memegangi lengan perawat yang sudah berdiri disampingnya dengan erat. Sementara itu, dua pihak medis yang baru saja tiba saling melempar pandang. Seolah berbicara melalui sorot mata bahwa beginilah kondisi pasien yang akan ditangani.
