Seharian Ella dan saudari tirinya berada di rumah lady Dorothea. Memilih bolos sibuk memikirkan bejana hingga larut malam. Sampai sampai rela membawa satu ransel penuh berisikan makanan. Kalau bisa sekalian membawa tenda dan tungku, membuat kemah kecil di dalam rumah. Ella membantu mencari diranah internet. Masuk ke situs situs terpercaya yang tidak berguna membicarakan anak dari raja Troya. Diculik oleh dewa Zeus untuk dijadikan pelayan. Yang tugasnya hanya satu: menuangkan anggur ke cawan dewa keparat itu. Dasar dewa sialan, semena mena karena dirinya dewa. Ucap Ella dalam hati.
Masih gigih ia menjelajah lagi. Kali ini mencoba menghubungkan seni dan sejarah. Tetapi fokusnya tertuju pada patung burung elang bertengger disamping pria bertopi perang berjongkok. Dikira wanita, sampai pergi, baru dikenali sebagai pria. Katanya manusia fana, berwajah cantik karena diperbolehkan bersanding dengan makhluk kekal. Wow, zaman itu sudah ada gay ternyata. Bahkan zaman barok, michelangelo dan da vinci pun katanya gay.
Ella membaca lagi. Asik menjelajah tiba tiba terbesit rasa penasaran tak terbendung. Ia membuka halaman baru, mengetik kata kunci. Ingin tahu apakah sejak dahulu kala tempat seluruh kisah na'as dan gairah bergelenyar bersumber memiliki kisah lesbian. Kali saja ada dewi menyukai sesama dewi. Kemungkinan yang tidak bisa di coret begitu saja.
Sayang mata Zaniela cukup awas. Menutup laptop menjepit jemari Ella. Tertawa kering memandang rendah saudari tirinya itu. "Aku tidak yakin Ganymede ada hubungannya dengan penyimpangan orientasi seksual."
"Mengapa tidak? Lagi pula... serius Zan... kau terlau larut memikirkan bejana konyol ini. Untuk apa? Kau bahkan bukan akeolog."
"Tentu saja karena ramalan. Dan ini penting untuk ku karena menyangkut diri mu!" Spontan Zaniela menutup mulut. "M-maksud ku... keselamatan ku..."
Mata Ella menyipit. Menuduh gadis didepannya yang kini menyembunyikan kedua tangannya dibalik bokong. "Aku kenapa?"
Zaniela memilih bungkam.
"Katakan saja aku kenapa."
Masih tetap bungkam.
Mulai jengkel Ella menghampiri Zaniela. Menyudutkan gadis itu hingga dinding menahan. "Katakan atau ku sundut."
Kiranya Zaniela tetap bungkam. Alih alih gadis itu mengangkat tangan menyerah. "Kau akan mati!" Lalu menepak tangan Ella yang sudah mengepal didepan dada menodong cincin.
Semudah itu? Mulut Ella menganga. Berubah menjadi seringai. Berubah menjadi tawa. Tiba tiba terdiam. Ia teringat akan ucapan Zaniela beberapa hari lalu. Gadis itu selamanya akan tetap hidup bertolak belakang dengan dirinya. Memilukan dada yang kini terasa sesak. Ella melepas cincin pemberian Veronic, melemparnya kesembarang arah. Menunjukkan air wajah muram mengundang iba. Memeluk saudari tirinya erat berbalas hal yang sama. "Kalaupun aku mati sekarang aku ingin mati dalam pelukan mu. Merasakan kulit dingin mu untuk yang terakhir kalinya. Sampai napas ku tak mampu ditarik lagi."
"Aku tak ingin merasakan kehilangan lagi Ella. Ku mohon jangan berbicara seperti itu."
"Kau berbicara seakan aku akan mati dalam waktu dekat saja. Aku tersinggung oke."
Zaniela melepaskan pelukan Ella, menahan pilu yang jelas terpancar dari mata kelabunya. "Memang seperti itu yang di ramalkan. Kau akan... oh... aku bahkan tak sanggup mengatakannya..."
Apa yang harus ia lakukan? Apa yang harus ia lakukan? Ella menatap mata Zaniela mulai berkaca. "Zan, lihat aku." Sambil menangkup wajah gadis itu. "Hanya ramalan. Oracle itu tidak mengucapkan seperti apa aku mati atau kapan aku mati."
"Masalahnya ini oracle Ella! Mereka tidak pernah meleset! Tidakkah kau bisa merasakan bagaimana sakitnya aku?!"
"Lalu aku harus bagaimana?! Aku hanya manusia fana yang jatuh cinta pada vampir tanpa aku sadari!" Miris rasanya menelan kenyataan bahwa ia tidak berguna. Sebagai saudari saja ia tidak mampu mengusir gundah di hati Zaniela, apalagi bila ia menjadi kekasih gadis itu? Ia hanyalah pajangan semata yang bila dihadapkan masalah pelik seperti ini akan mati sebelum berperang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepsister turn goes wrong [Mature]
Azione*Note : Buku ke 5 O Yen [search : mencret9x] "Let's wrestle. With my lips and your lips. Sealed." Hampir dua abad lalu Evalda Valentine hanyalah gadis normal biasa. Namun apa daya bila dewi kesialan berkata lain? Ia harus menukar waktu untuk kehidup...