Sesuai perkataan Dana mereka menurut pergi ke sekolah. Diantar oleh Ben yang mengendarai bugatti galibier berwarna hitam. Pria itu tersenyum masam melambaikan tangan, menumbuhkan rasa curiga Ella. Apa ada yang ia lewatkan? Ia menatap Zaniela lekat lekat. Tetapi gadis itu tampak santai seakan tidak menyembunyikan apa apa. Jadi Ella beranggapan bahwa Ben baru saja dimaki oracle bossy itu.
"Well." Zaniela menarik napas dalam dalam. Menghembuskannya menyatakan dirinya sudah siap. "Mari percayakan semua ini kepada penglihatan oracle."
"Pasrah sekali."
"Terkadang pasrah adalah pilihan terbaik."
Mereka masuk melewati pintu utama. Mendapat pandangan tak sedap dimeriahkan murmur membicarakan ke-na'as-an mereka. Membuat Ella tertawa riang gembira melontarkan lelucon akan kejadian tersebut. Malah mengundang iba yang menggelengkan kepala Zaniela. Kerja bagus bocah... sekarang para penonton mengira isi kepala Ella terganggu atau bahkan lengser dari tempat. Mungkin lebih parah lagi sampai ditanya apakah ia kabur dari rumah sakit jiwa atau mendadak sakit jiwa.
"Bisa kalian memberi jalan? Aku yakin kita semua ada kelas." Zaniela menyeret Ella paksa. Menyusuri lorong lalu berbelok nyaris menubruk Matt. Oh! Satu lagi penghalang.
Laki laki itu melambaikan kedua tangan heboh. Panik sendiri menyeret mereka masuk ke ruang kelas meski bel belum berbunyi. Melayangkan banyak pertanyaan dalam satu waktu. Tanpa jeda memperburuk suasana hati Zaniela yang mulai kandas perlahan.
"Satu satu Matt! Satu satu!" Seru Zaniela akhirnya.
"Oh! Ya! Satu satu! Benar rumah kalian dibabat orang gila?"
Zaniela mengangguk.
"Ella jadi sinting?"
"Dari dulu ia sudah sinting. Kau temannya kan?"
"Aku masih waras sialan."
Baguslah. Kalau bisa berteriak berarti otak Ella berfungsi dengan baik.
"Di mana kalian tinggal sekarang?"
Astagah... pertanyaan laki laki ini tak akan pernah habis bila diladeni. Menggoda tangan Zaniela yang sudah mengepal kencang siap melayangkan pukulan pelan. "Bagaimana kalau kita sudahi saja?"
Beruntung belum sempat Matt menjawab bel berbunyi tanda pelajaran wajib dimulai. Memberikan cela untuk Zaniela menyeret Ella, duduk di pojok belakang. Memisahkan diri dari orang orang yang menatapinya sebelum professor masuk membawakan materi.
"Mengapa kau bertingkah layaknya otak mu rusak?" Bisik Zaniela merapatkan jarak.
"Oracle itu kan yang bilang kita harus bertingkah seakan tidak tahu apa apa?"
"Bukan seperti itu juga dasar gila!"
"Dari pada kau mempermasalahkan tingkah ku lebih baik kau waspada. Gadis ungu sepertinya absen."
Entah harus senang atau jengkel. Ucapan Ella benar mereka harus waspada. Bisa jadi Veronic akan membabat gedung sekolah juga. Pra duga tak bersalah mengingat bagaimana gadis itu memporak poranda rumah Ella hingga sedemikian rupa. Bila Veronic waras mungkin Zaniela akan menyarankan gadis itu memahat kayu menggunkan gergaji mesinnya. Membuat pikacu misalnya? Atau patrick star? Sesungguhnya semua dalang ini berawal dari Van Hunter keparat. Jika harus dimusnahkan maka pria itu yang pantas mendapat urutan pertama. Gosh! Mengapa dewa Anubis tidak menjalankan tugasnya dengan baik?! Pria itu tidak hanya membahayakan keselamatan umat vampir tetapi juga manusia!
Professor muncul membawa gerobak yang menopang tv lengkap besama tumpukan piringan dvd. Menyuruh mereka melotot menatap layar hingga bel pelajaran usai, sama sekali tidak memberikan materi. Berkah kedua di hari ini. Yang juga berkah paling membosankan bagi Zaniela. Baginya, film mutilasi bukankah hal luar biasa. Ia sudah pernah melihat jeroan hewan sampai manusia sampai yang menyerupai manusia berceceran terlepas dari tempat seharusnya berada. Malah sudah melihat juga yang dijadikan eksperimen oleh penyihir sinting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepsister turn goes wrong [Mature]
Ação*Note : Buku ke 5 O Yen [search : mencret9x] "Let's wrestle. With my lips and your lips. Sealed." Hampir dua abad lalu Evalda Valentine hanyalah gadis normal biasa. Namun apa daya bila dewi kesialan berkata lain? Ia harus menukar waktu untuk kehidup...