Sesampainya di tempat teman – temannya, Melody langsung menghampiri Shani, sontak Shani pun langsung memeluknya dan menenangkan melody, Sinka yang sebelumnya melihat pipi melody yang memerah juga kini menghampirinya.
"Dia gampar loe?" tanya Sinka tiba – tiba. Sontak teman – temannya menghampiri Melody.
"Gapapa, rasa sakit ini, nggak sebanding sama yang gue kasih buat mereka." Balas Melody yang kembali memeluk Shani.
Vino berjalan dengan langkah yang cepat menghampiri kerumunan Istri dan teman – teman putranya.
"Mah... gimana keadaan Adzril?" Tanya Vino setibanya di depan Shani dan yang lainnya.
"Masih belum pasti, Mas. Dokter masih di dalam." Balas Shani yang hanya diangguki oleh Vino yang kemudian duduk di sebelah Shani yang masih setia merangkul Melody.
Tak berselang lama, kedua orang tua Melody terlihat juga menghampiri Shani dan Vino yang terlihat tengah sama – sama saling menguatkan.
"Vin..." Sapa ayah Melody, Adam.
"Ehh... Mas Adam, mbak Sari!" Sapa Vino yang menyalami keduanya, dan Shani hanya tersenyum mengangguk pada Sari dan Adam, sedangkan Melody menghampiri kedua orangtuanya.
"Ada apa sebenarnya ini, Vin?" tanya Adam yang mulai berbicara layaknya kedua orang dengan pemikiran dingin untuk menyelesaikan pertengkaran antara anak – anaknya.
"Aku nggak tau, Mas. Biar kita tunggu Nabill nya sadar dulu aja. Biar kita bisa dengar langsung dari ucapannya Nabill sendiri." Tutur Vino yang saat ini hanya mampu.
Ber-puluh – puluh menit mereka lalui hanya dengan kebisuan, Jeje dan Boby yang masih setia dengan pasanganya masing – masing tengah sama – sama saling menguatkan, sedangkan Sinka sebelumnya pamitan untuk pulang kerumah karena ada sesuatu yang harus ia kerjakan.
"Je... Ariel, kalian pulang aja dulu, istirahat. Biar disini mamah sama papah yang jagain Adzrilnya. Boby sama Shania juga, kalian pada istirahat dulu aja, yah..." Ujar Shani yang melihat keempat anak muda yang tengah terlihat lelah itu.
"Ariel ma..."
"Ariel..." Potong Shani kembali seolah saat ini perintah Shani tak ingin di bantah siapapun.
"Sekalian Imel juga kalo mau pulang sama Ariel nggak papa..." Tawar Shani dengan tersenyum, namun sepertinya Melody ingin menunggu pemuda yang kini telah menjadi tunangannya itu tersadar.
"Imel mau nunggu Nabill, mah..." Ujar Melody yang terlihat mengadu pada mamahnya sendiri.
"Iya.. iya, kita nunggu Nabillnya, ya... gapapa Shan, Biar Imel disini aja sama kita." Tutur Sari, Mamahnya Melody. Shani hanya menganggukinya.
"Yaudah, mah... Jeje sama yang lain pamit pulang duluan ya..." Pamit Jeje yang langsung menyalami Shani dan Vino. Dilanjut dengan Boby dan Shania yang mengikuti hal yang sama seperti Jeje lakukan.
"Shan, takutnya tante nginep disini, Shania bisa kan temenin Ariel di rumah?" pinta Shani yang di jawab anggukan oleh Shania dengan tersenyum. "Ariel, ini bukan salah siapa – saiapa, jangan nyalahin siapapun, ini semua cobaan buat kita."
Shani yang tau akan sikap amarah putrinya yang selalu meledak setiap adik bungsunya tidak dalam keadaan baik – baik saja, dan Sahni tau, saat ini dia tengah memendam amarah yang sangat besar pada Shania, Jeje, Boby dan Melody, hanya saja tak ingin ia tunjukan di depan orang banyak.
Setelah beberapa saat setelah kepergian teman – temannya, Dokter yang menangani Nabill, kini keluar dan langsung disambut ke-limaorang yang tsedari tadi bersabar menunggu kabar baik dari dalam ruangan dimana, Nabill dan beberapa tenaga medis berjuang untuk kesembuhan Nabill.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku Cintaku 2: Kupilih Dia
FanfictionSequel of "Sahabatku Cintaku: Tersimpan" Genre : Musical Romance, Teen Fiction, School, Fans Fiction Kisah ini gue persembahin buat dia yang jauh disana, Dia yang selalu gue cintai, tapi tidak diatas segalanya. -Nabill- Kenapa harus hadir, jika untu...