"Kalau cinta tak harus memiliki, apakah perasaan ini hanya untuk menyakiti diri sendiri? "
☘☘☘
Sepulang sekolah Mila dan Vania tak langsung pulang, Mila menunggu Stevan di dalam kelas, dan ia meminta Vania menemaninya.
"Van gimana nih kali gua nanti smaa Stevan? "
"Ya nggak gimana gimana, emangnya lo maunya gimana? " Tanggap Vania "tapi kan Mil"
Atmosfernya mendadak berat. Mila yang menyadari perubahan raut wajah Vania hanya mengangkat sebelah alisnya, penasaran apa yang akan di katakan Vania.
"Kok gua ngerasa aneh aja gitu lo" Sorotan mata Vania sepenuhnya menghadap Mila.
"Aneh gimana? ".
"Ya ,gimana ya? " Vania menggaruk tengkuknya "kayak ada yang ganjil aja sih".
Mila membuang muka ke arah jendela, ada benarnya apa yang dikatakan Vania. Kenapa Mila terlalu bodoh?, mana ada orang yang tak pernah dekat, tak pernah chat, atau apapun tiba tiba jadian?. Mila menggeleng pelan kemudian menunduk, tangannya menyeka surai yang berjuntaian.
Saat Mila sedang meratapi nasib buruknya, tiba tiba ada yang mengusap puncak kepalanya lembut. Mila mendongak, ia tersenyum.
Cowok itu tersenyum hangat, kedua tangannya bertumpu pada meja di depan Mila.
"Jadi gak? "
"Jadi"
Vania yang melihat Stevan langsung berkemas, jujur ia sangat canggung berada di antara keduanya.
"Em Mil, kak gua duluan ya"
"Van, malming jangan lupa nginep! "
Mila berbicara setengah berteriak setelah melihat Vania sedikit jauh darinya, sedangkan Vania hanya mengacungkan jempolnya.
"Gak ngajak aku juga nih? " Goda Stevan menaik turunkan alisnya.
"Apaan sih" Mila meninju lengan lengan Stevan dengan keadaan pipinya sangat panas.
☘☘☘
Kafe terlihat seperti biasanya, di dominasi oleh siswa siswi yang pulang sekolah seperti mereka.
"Kemungkinan yang keluar itu bab awal sama bab akhir" Ucap Stevan seraya membolak balikan buku Mila.
Mila seperti orang bodoh sekarang, senyum senyum memandangi Stevan. Jadi seperti ini toh rasanya di jari sama pacar sendiri.
Mila membayangkan kalau nanti sudha nikah, punya anak ganteng mirip Stevan, tiap malem ngajarin anaknya belajar. Mila semakin menjadi jadi, sesekali ia cekikikan, sedangkan Stevan menatapnya heran.
"Belajar oi, bukannya malah senyam senyum" Stevan mengusek Mila dengan tinjunya.
"Hehe".
" Belajar apa dulu? ".
" Fisika".
"Yaudah" Tangan kiri Stevan merangkul pundak Mila lembut, sedangkan tangan kanannya mencari materi di paket. Mila menyandarkan kepalanya ke dada bidang Stevan, sedangkan jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estoy bien (Completed√)
Teen Fiction(Jangan lupa follow ya🥰) Mila Ersa Abraham, cewek cantik dengan sejuta kecerdasannya, ia juga termasuk salah satu putri sekolah. Banyak lelaki yang mencoba mendekatinya namun sayang ia mencintai orang yang pernah di sukainya di masa lalu. Dan yan...