Vero Pulang

62 50 56
                                    

"Lebih baik mengetahui dan kecewa daripada tidak pernah tau dan selalu bertanya tanya"

🐼🐼🐼

Deruman motor ninja milik Vero terdengar nyaring di komplek cempaka, baru pukul 6 sore, namun banyak yang enggan keluar rumah.

Motor Vero sudah terparkir indah di bagasi mobil keluarga Abraham.

"Mil Mil" Panggil Vero dengan menggoyang goyangkan punggunggnya. Namun Mila tak memberikan respon sepersen pun.

Vero menolehkan kepalanya kelewat pelan.

"Udah gua duga pasti molor"

Perlahan tapi pasti Vero turun dari motor besarnya dengan tangan yang masih setia bertengger di kedua bahu Mila. Vero menggendongnya ala Bridal style, ia menapakan kakinya dengan pelan ke atas lantai putih itu.

Tangan Vero mengoyak ngatuk ganggang pintu berusaha untuk membukanya.

Dan...... Berhasil

Vero menaiki tangga tanpa rintangan, postur tubuhnya yang tinggi memudahkan kakinya untuk berganti tangga satu dengan yang lain.

Cowok itu berhenti sejenak mungkin letak kamar Mila masih sama dengan 3 tahun yang lalu?.

Saat menoleh kiri pojok. Sebuah pintu bercat putih susu dengan tempelan kertas hijau yang bertuliskan Vemira room. Ia tersenyum simpul, hatinya berdesir hangat, otaknya blank seketika.

Vero sadar dari lamunannya, dengan secepat kilat ia memasuki kamar Mila yang bernuansa hijau.

Mila memang penggemar fanatik hijau, entah apa saja yang memiliki hubungan dengan hijau, pasti di bilang cantik. Apa saja.

Hanya ada sedikit perubahan posisi letak barang barang yang terakhir Vero lihat, tapi hal kecil itu tak merubah kerapian kamar cewek itu.

Vero membaringkan tubuh Mila di atas Ranjang bermotif keroppi itu, lalu menutupnya dengan batas dada.

"Biar Tuhan yang menjawab kisah kita" Vero mencium kening Mila, kemudian berlalu ke arah dapur.

🐼🐼🐼

Stevan kini masih duduk di balkon kamarnya. Emosinya campur aduk, rasa bersalahnya kepada Mila tak bisa hilang begitu saja.

Andai saja siang tadi Stevan tidak meninggalkan cewek kuncir kuda itu, pasti malam ini menjadi malam yang seperti biasanya.

Tak ada rasa bersalah yang menggebu gebu. Pikiran nalarnya seakan menyuruh untuk meminta maaf, namun bagaimana caranya?

Stevan membuka aplikasi instagramnya, ribuan notifikasi, DM an dan followernya tak dihiraukan Stevan sedikitpun, hal tersebut sudah sangat biasa bagi seorang Stevan.

Tangannya mengetikan sesuatu di kolom search. Tidak ada. Stevan mencoba nama lainnya. Ada tapi bukan di sorang yang di Mangsud.

Kegigihan Stevan tak berhenti sampai di sana, ia mengetik lagi dan lagi dengan nama yang berbeda. Dapett!

Ia mulai menstalking akun cewek itu, followernya lumayan banyak, namun lebih banyak Stevan tentu.

Estoy bien (Completed√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang