Lompat Dimensi

2.1K 210 2
                                    

Entah kenapa tidurnya sangat tidak nyaman. Ia seperti mendengar sayup-sayup suara burung dari kejauhan. Seingatnya di komplek perumahan tidak ada yang memelihara burung. Juga semilir angin yang menusuk kulitnya, rasanya belum pernah ia merasa sedingin ini. Rina berusaha menarik selimut, akan tetapi tangannya hanya menggapai udara kosong. Tunggu.... Kasurnya terasa sangat keras, ini.... tanah? Ia langsung membuka mata dan terkejut begitu menyadari dirinya ada di hutan. Dengan kesadaran yang masih setengah, ia berusaha menyadarkan diri untuk tidur lagi. Paling cuma mimpi, pikirnya. Tapi semakin ia berusaha untuk tidur, semakin tubuhnya kesakitan.

Tidak, ini bukan di kasur. Lebih tepatnya ini bukan seperti di kamar. Jangan-jangan.... Rina membuka mata lagi. Ia masih berada di hutan. Masih tidak percaya, dengan nafas tertahan ia mencoba memejamkan mata lagi, tetap nihil. Ia mencubit pipinya keras.

"Aaawwww!!! Sakiiit...," rintihnya.
Lalu kalau bukan mimpi, aku ada di mana?? (Hutan kan tadi udah dibilang)

Ia melihat sekelilingnya. Hanya ada pohon-pohon. Apa dia diculik? Ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Jam berapa ini? Ia mendongakkan kepalanya. Sinar matahari sudah terlihat, itu berarti sudah pagi. Ia mencoba bangkit dan berjalan cepat. Jika memang diculik, ini kesempatan untuk kabur. Dengan masih memakai piyama tidurnya, ia setengah berlari menuju keluar hutan sampai bertemu dengan jalan lebar. Itu dia! Sebentar lagi pasti akan bertemu dengan banyak orang yang bisa dimintai tolong. Dengan pedenya ia berlari dan syok ketika tahu jalan lebar itu sepi.

Kenapa begini? Sepanjang jalan lebar itu tidak ada siapa-siapa sampai ia melihat seekor anjing besar hendak menyerangnya. Rina berteriak lalu tiba-tiba kesadarannya hilang.

***

Seorang gadis sedang tertidur di salah satu rumah sakit. Badannya lemas, tapi kondisinya normal tidak ada kejanggalan. Perawat keluar ruangan setelah memeriksa pasien tersebut. Tak lama mata pasien itu berkedut. Ia merasakan nyeri di lengannya yang diinfus. Perlahan Rina membuka matanya.

Apa ini rumah sakit? Ia melihat ke jendela besar di samping tempat tidurnya. Terlihat orang berlalu lalang di luar sana. Ia bernafas lega. Setidaknya tahu situasi sudah normal. Barusan pasti hanya mimpi, pikirnya. Ia berusaha bangun untuk melihat keluar jendela. Diperhatikannya pemandangan ganjil di luar.

Ini di mana? Tepatnya di rumah sakit apa? Dia belum pernah melihat rumah sakit ini. Semuanya terasa ganjil, seperti asing baginya. Tak lama perawat masuk membawa air minum.

"Sudah bangun?" tanyanya ramah. Melihat gelagat aneh pasiennya, perawat berusaha menenangkannya. "Anda pingsan di jalan menuju desa, Nona. Beberapa shinobi membawa Anda kemari".

Desa? Shinobi? Rina berpikir keras. Apa maksudnya ini. "Memang ini di mana?" tanyanya langsung.

"Konoha," jawab perawat itu.

Rina tersentak dan teriak, "EEHHHH???"

***

Gadis itu menatap gerbang besar di hadapannya. Dengan tatapan kosong, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Gerbang besar bertuliskan A-Un yang sering ia lihat di komik tiba-tiba terlihat nyata. Setelah diberitahu oleh perawat, ia meminta untuk diizinkan keluar. Karena merasa baik-baik saja, ia memohon untuk diizinkan berkeliling desa, tapi perawat itu menolak. Bagaimanapun, ia orang luar desa yang masih belum diketahui identitasnya. Membiarkannya berkeliaran di desa pasti sangat beresiko. Terlebih nona Tsunade meminta perawat itu untuk tidak membiarkan pasien ini sendirian tanpa pengawasan. Pasien itu terus memaksa agar diizinkan keluar, setidaknya sampai gerbang utama. Akhirnya di sinilah mereka sekarang.

Crazy Adventure... to Naruto World! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang