Request from raudah_25
...Besok sudah waktunya liburan musim dingin.
Osamu Miya sengaja mengajak kekasihnya, Suna Rintarou, pulang berduaan—supaya saudara kembar bebalnya bisa bersama kapten klub mereka; Kita Shinsuke. Syukur-syukur kalau Miya Atsumu berani menyatakan perasaannya.
"Hatchuu!" Suna bersin. Ia menyeka air yang keluar dari hidungnya dengan telunjuknya. Warna hidungnya sangat merah. Berbeda dengan Osamu yang bersuhu tubuh tinggi, kekasihnya ini mudah sekali kedinginan.
Kurus, sih.
"Rin, kamu nggak papa?" Khawatir, Osamu meremat jemari yang digandengnya. Sangat dingin rasanya. "Syal kamu kemana?"
"Aku... lupa bawa," Suna memasukkan tangan lainnya ke dalam saku celana, merasa sangat kedinginan. Tubuhnya kelihatan menggigil karena suhu udara yang dibawah nol ini.
"Duh, dasar. Sunarin ceroboh banget, sih," Osamu melepaskan tangan si kekasih. Lalu, ia melepas syal ungu yang melingkar di lehernya sendiri. Melihat hal itu, Suna langsung mengangkat kedua tangannya.
"Nggak perlu, Sam. Toh kita mau pulang. Nanti kamu yang kedinginan," tolak Suna. Dia tidak terlalu suka hal klise yang dilakukan seorang dominan kepada kekasihnya—membuatnya semakin terlihat lemah saja.
"Siapa yang mau pakaikan ke kamu," Osamu menarik seringainya, meringkuh tubuh di hadapannya dari belakang. Lalu, ia memakai syal itu untuk mereka berdua, "Aku hanya berbagi syal."
"..." Muka Suna agak merona, tetapi sorot mata sipitnya datar. "Bagaimana... kita bisa berjalan kalau begini caranya?"
Mereka bisa tercekik—tentu saja. Osamu Miya sepertinya sudah tertular kebodohan saudara kembarnya, pikir Suna.
Osamu tertawa. Tangannya semakin memeluk lelaki di hadapannya, mempererat jarak mereka. Ia pun berbisik halus di dekat telinga si lelaki berambut temaram, "Sebentar saja, aku akan menghangatkanmu. Nanti baru berjalan lagi."
"Hm..."
Suna tidak menolak. Malah, memasukkan tangannya yang lain ke sisi saku celana lainnya. Menikmati kegiatan 'menghangatkan' di pinggir trotoar itu. Walau beberapa gadis—para siswi Inarizaki—memandang mereka dengan tawa malu dan rona wajah mereka.
Persetan. Klub voli terkenal, hubungan mereka juga diketahui di seluruh sekolah.
"Hei, Rin."
"Hm?"
Suna menoleh. Sebuah kecupan penuh kasih sayang mendarat di pipi Suna Rintarou. Alis Suna agak menukik—tetapi pipinya merona. Dia tidak benci afeksi yang seperti ini.
"Hehe."
"Jangan hehe," Suna mendengus. "Apa arti ciuman itu?"
"Nggak ada. Ingin cium kamu aja. Gemas."