Rasa bosan di dalam sebuah hubungan adalah hal yang wajar. Tsukishima Kei dan Yamaguchi Tadashi mengakui hal itu. Mereka sudah bersama sejak berada di bangku sekolah dasar, memulai hubungan sejak SMU.
Sudah berapa lama mereka bersama?
Lima belas tahun.
Yup. Lima belas tahun mereka melewati hari—bercanda, bertengkar, mewarnai hari satu sama lain. Sejak lulus dari pendidikan tinggi, Tsukishima yang menginginkan hubungan serius dengan Yamaguchi pun mengajak lelaki itu tinggal bersamanya.
Dengan cincin yang menghiasi jari manis mereka, juga memberitahu hubungan terbuka dengan kedua orang tua mereka—begitulah hubungan sehat mereka.
Namun, yang namanya sebuah hubungan memang takkan berjalan 'bahagia selamanya' layaknya sebuah buku cerita yang dibacakan untuk anak-anak sebelum tidur. Argumentasi, perdebatan, miskomunikasi; semua itu bisa saja muncul di dalam sebuah hubungan. Tsukishima dan Yamaguchi jarang merasakan semua itu. Mereka sudah mengenal satu sama lain, jadi jarang sekali mereka bertengkar.
Masalah mereka saat ini adalah titik jenuh.
Tsukishima dan Yamaguchi merasa bosan satu sama lain.
Tsukishima tidak membenci Yamaguchi, begitu juga sebaliknya. Mereka hanya merasa tidak bahagia dan seantusias dahulu. Tidak seperti di dalam masa remaja yang bisa bahagia karena kata-kata cinta yang dikeluarkan satu sama lain, mereka hanya merasakan sebuah kejemuan di dalam hubungan mereka.
🏡 🏠
"Tadaima..."
Yamaguchi yang tengah duduk di ruang tengah menolehkan kepalanya, melihat sosok pria pirang itu masuk ke dalam rumah dengan wajah memerah. Bukannya menjawab sapaan itu, Yamaguchi menurunkan alisnya, "Tsukki. Kau minum dengan teman-teman setimmu lagi?"
"..." Tidak ada jawaban dari empunya. Tsukishima yang sudah melepaskan sepatunya berjalan memasuki rumah.
Bau alkohol yang menyeruak itu sudah cukup menjelaskan. Yamaguchi mendengus panjang. Padahal, baru saja kemarin Tsukishima pergi minum dengan teman tim volinya. Si pemilik rambut lumut itu berjalan, mengambil air minum yang kemudian disodorkan ke arah Tsukishima.
"Minum air. Nanti kalau nggak, Tsukki bakal pusing besok."
"..." Tsukishima menerima gelas di tangan Yamaguchi. Kilauan cincin di jari manis pria itu membuatnya terkelu sejenak. Lalu, bibirnya terbuka, "... Yamaguchi, aku minum dengan Hana-san."
"..." Jantung Yamaguchi berhenti berdegup sejenak ketika nama manager tim Sendai Frogs itu disebutkan. Dari cara gadis itu memandang Tsukishima saja tidak biasa. Yamaguchi menghela napas pelan, "Aku sudah pernah bilang pada Tsukki, aku tidak suka kalian terlalu dekat. Kenapa kau pergi dengannya?"
"Aku sudah izin kepadamu kemarin," si pirang menjawab tanpa ragu. Mendeguk air di dalam gelas, meletakkannya ke atas meja setelahnya.
"Kapan?"
"Kemarin malam. Saat kau berada di ruang kerjamu."
Yamaguchi mengerutkan alisnya. Kemarin, dia memang lembur mengerjakan tugas dari kantornya. Ia ingat Tsukishima mengintip dan mengatakan sesuatu kepadanya dan ia mengiyakan singkat, tetapi dia tidak bisa terlalu fokus apa yang dikatakan pemuda itu.
"... Tsukki, jangan memanfaatkan keadaan begitu, dong. Kemarin aku sibuk dengan pekerjaanku dan tidak terlalu mendengar apa yang kau katakan—"