18. Renggang dan Hilang

3.7K 637 211
                                    

Mohon maaf jika terdapat bayak kekurangan, salah penulisan dan tidak memenuhi ekspetasi kalian 😢

...

Rait's Present

...

Ada kala hujan badai kian menerpa. Angin ribut menguasai dunia. Namun kala badai itu berlalu, pelangi indah menyapa dunia berembun dengan tanah basah dan bau petrikor yang menyengat. Sebuah perumpamaan sederhana dari sebuah hubungan yang berlika-liku.

Tak ada bedanya dengan Mark dan Haechan yang hubungannya sempat merenggang tidak lebih dari dua hari. Kini kedua insan itu berbaikan dengan tangan yang saling bertautan membelah padang ilalang.

Mark dengan setia menggenggam tangan milik Haechan tanpa ada secuil niatan di hatinya untuk memutus tautan itu. Haechan pun yang berjalan di belakangnya hanya membiarkan kehendak Mark mengambil alih.

Keduanya berjalan dalam keheningan. Hanya ada suara sapuan angin yang menggerakkan ilalang-ilalang. Cahaya sore yang remang juga tak luput menerangi langkah keduanya menuju kastil kiri.

"Jadi... kita sekarang resmi berbaikan?"

Membelah keheningan, Mark bertanya dengan suara halus yang disambut kekehan pelan dari Haechan yang mengekor di belakangnya.

"Memangnya kita pernah bersitegang?"

Mark tersenyum kecil mendengar jawaban dari sang lawan bicara. Dengan tautan yang kian mengerat, pemilik elemen air itu kembali membuka suara. "Syukurlah kau tidak marah padaku, entah apa jadinya diriku jika kau terus menjauhiku seperti sebelumnya."

Dalam hati Haechan mengoreksi perkataan Mark barusan. Bukan seperti itu, namun bagaimana nantinya Haechan jika Mark tak berada di sampingnya dan memilih berada di samping sosok lain yang jelas bukan dirinya.

...

Putri suku cahaya itu menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dirinya kehilangan arah di mana Mark menghilang. Dirinya memang sempat lengah tadi saat hendak mengambil roti gandum hangat dari dapur istana. Mark yang sebelumnya berjalan di sampingnya –tentu saja dengan tangan Herin yang menarik paksa lengan kekar itu- tiba-tiba menghilang begitu saja di saat Herin memilah-milah roti mana yang hendak dijadikannya sebagai sarapan pagi –Putri itu memili kebiasaan memilih sendiri roti yang akan dimakannya dari pada dipilih oleh pelayan-.

Dengan Langkah yang masih dihentak-hentakkan, Herin berjalan menuju kastil kiri tempat di mana Mark menetap selama berada di suku ini. Namun belum sampai pada anak tangga yang menghubungkan lantai pertama dan lantai kedua, langkahnya dihentikan oleh sosok tegas panglima suku yang berdiri pada anak tangga dengan lengan yang saling menyilang.

"Mau berbuat apa lagi kau?"

Suara itu membuat langkah milik Herin terhenti. Dirinya mendongak menatap sang panglima dengan tatapan malas miliknya. "Menyingkirlah, tidak ada urusannya denganmu."

"Dan membiarkanmu terus-terusan bermain dan berlaga sok sehat dengan kondisi kesehatanmu yang kian bertambah parah?"

Wajah Herin seketika memerah menahan kesal. Tangannya mengepal kuat mendengar penuturan dari Taeyong barusan. Sebuah kalimat dengan emosi yang paling dibencinya dari sang panglima yang sekaligus berstatus sebagai sepupunya itu. "Berhenti berlagak sok peduli padaku. Berhenti berlagak seperti pengganti kakakku karena sampai aku matipun kau tidak akan bisa menggantikannya."

Herin yang terlampau kesal memilih membalikkan badannya meninggalkan kastil kiri tanpa mempedulikkan sosok Taeyong yang masih setia berdiri di anak tangga dalam diam. Bahkan mengabaikan sosok Mark yang baru saja memasukki pintu kastil kiri. Melenggang dengan amarah yang membuncah yang terbaca jelas di raut wajah dengan paras cantik miliknya.

HORIZON : Markhyuck ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang