Maaf jika ada salah-salah ketik. Kindly correct me if i wrong. Dankeeeee.
...
Rait's Present
...
Suku Es memang selalu dingin. Begitu pula dengan pagi ini. Namun di hari yang sedini ini, beberapa warga tengah sibuk merombak kereta kayu milik Jungwoo yang akan digunakan untuk menjemput bibit tumbuhan tahan dingin. Mereka bekerja sembari bercengkrama. Sungguh pemandangan yang hangat di suhu serendah ini.
Haechan hanya melihat dari kejauhan. Terduduk sendirian di dekat inglo milik Jungwoo dan Jeno. Dilihatnya Jungwoo yang juga tengah sibuk memberi makan rusa besarnya dibantu oleh Mark. Sementara untuk Jeno sendiri, lelaki itu masih tertidur dengan damai di dalam iglo tanpa ada satupun yang berinisiatif membangunkannya. Si lelaki bersurai putih dengan mata melengkung saat tersenyum itu sepertinya kecapaian luar biasa saat semalam ia sibuk kesana-kemari mencari makan untuk persediaan mereka di jalan dan juga menggunting sebagian dari rambutnya yang mengganggu ke tukang gunting rambut.
Namun tak begitu lama, pintu kayu yang menutup iglo terbuka menghasilkan suara yang berderit. Dari dalam, Jeno keluar sembari mengucek matanya dan mengusak anak rambutnya yang berjatuhan menutupi dahi. Wajahnya begitu lesu. Kentara jika dirinya masih menginginkan beberapa jam lagi untuk memejamkan mata.
"Oh, Haechan? Tak bergabung dengan yang lain?" Haechan hanya menggeleng pelan menanggapi pertanyaan dari jeno yang masih bersuara serak.
"Hoaammmm... kenapa?"
Haechan hanya mengendikkan bahunya. "Canggung."
Jawaban dari Haechan itu sontak membuat Jeno mengerutkan dari. Lelaki itu berjalan mendekati Haechan dan dengan segera menarik pergelangan tangan si surai hitam. Mengajaknya untuk berdiri.
"Hey, lepaskan." Namun Jeno sepenuhnya abai. Lelaki itu lebih memilih untuk tetap menarik tangan Haechan menuju segerombolan ibu-ibu yang tengah menyiapkan beberapa bungkus makanan.
"Hai wanita-wanita cantik!"
Segerombolan ibu-ibu itu menoleh dan menatap Jeno yang tersenyum lebar dan Haechan yang tersenyum canggung.
"Oh, nak Jeno? Mau membantu?"
Jeno menggeleng sekilas sebagai jawaban. "Bukan aku, tapi dia ini. Aku pergi dulu ya! Mau membantu memperbaiki kereta!" Haechan sontak melotot dan menatap Jeno dengan pandangan mengekerut tak terima. Sedangkan Jeno langsung berlari secepatnya meninggalkan lokasi. Apa-apakan mahkluk itu?! Mau dirinya jambak lagi seperti kemarin?!
"Ohh, tamu yang kemarin ya? Kau manis sekali." Salah seorang wanita itu berceloteh dengan semangat dan memberikannya sebuah senyum yang hangat.
"Mau ikut membantu?"
Haechan hanya dapat mengangguk ragu. Dirinya merasa tak enak jika harus menolak permintaan itu. "A-ah iya, tentu saja."
Haechan memutuskan untuk ikut mendudukan dirinya di tumpukan salju yang mereka duduki. Namun sebelum bokongnya mendarat di sana, wanita yang tadi berceloteh itu menghentikannya dan menyodorkan kepadanya sebuah mantel bulu tebal. "Gunakan ini sebagai alas, nak. Nanti bokongmu kedinginan."
"Aah.. tidak, terimakasih. Aku baik-"
"Heyy, tidak apa-apa. Kau pasti tidak tahan dingin kan?" Sepertinya spekulasi Haechan benar adanya mengenai penduduk Suku Es yang senang menyalip orang berbicara.
Haechan hanya tersenyum kikuk sebagai balasan. Dirinya dengan segera menggelar mantel itu di atas tumpukan salju dan mendudukan dirinya dengan nyaman di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HORIZON : Markhyuck ✔
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN] [LENGKAP DI PDF] Harusnya Haechan menyadari bahwa sedari awal eksistensinya adalah sebuah pertanyaan besar. Terlihat jelas dari perbedaan sepenuhnya antara dia dan mereka. Fisik maupun aura. Lantas, siapa dirinya?