Niskala 6 : Keputusan

22 4 1
                                    

Percakapan antara Raksi dan ibunya kala itu benar-benar membuatnya tidak bisa tertidur. Dia selalu kepikiran akan bagaimana,akan kemana hubungannya dengan Gisel dibawa.

Raksi faham jika pada akhirnya mereka pastia akan berakhir tapi apa perlu selalu diingatkan ?? Dia menyukai Gisel dan Gisel juga sama. Apakah hanya dengan rasa suka saja mereka tidak bisa bersama ?? Apakah mereka akan tetap menjadi pendosa karena memilih egois dan tetap bersama ??

Raksi tersentak kala dering ponselnya menyentaknya pada kenyataan. Disana tertera nama Gisel.

"Gi..." Panggil Raksi pelan.

Wanita diujung sana berdehem sejenak.

'Tumben nggak pake salam dulu kak ?? Biasanya pake salam...'

Raksi berdehem.

"Cuma nggak enak aja sama kamu. Takutnya kamu merasa terganggu,karena kita beda..." Balas Raksi pelan.

Ada hening.

'Lakuin aja kak,yang membuat kakak nyaman. Kita kan udah sepakat kalau bakalan berhubungan sesuai sama keadaan kita. Jangan membuat semuanya jadi canggung...' Nasehat Gisel diujung sana.

Raksi berdehem sejenak.

"Kamu sedih ??" Balas Raksi.

Gisel diam disana. Tidak ada sahutan.

"Gi..." Panggil Raksi.

Gisel berdehem sejenak.

'Kalau kakak nanya sedih apa enggak jelas aku sedih. Kita sama seperti seorang pendosa nggak sih kak ?? Karena melenceng dari ajaran agama kita ?? Mama kakak nggak suka sama aku dan papa saya nggak mau kita mempertahankan ini. Menurut kakak gimana ??' Jelas Gisel panjang.

Raksi tidak suka ini. Pembahasan ini selalu menyakiti dirinya dan Gisel.

"Kamu istirahat aja,kita bicarain lagi ini lain kali...." Balas Raksi.

'Mau sampai kapan kak ?? Kita selalu menjadi bahan pembicaraan banyak orang karena perbedaan kita. Lalu sampai kapan kakak akan terus berlari ?? Nggak lelah ??' Balas Gisel.

Raksi menghela nafas.

"Kamu mau kita berakhir ??" Ujar Raksi.

***

'Kamu mau kita berakhir ??' Ujar pria diujung sana pelan.

Setetes air mata Gisel meluruh. Dia suka Raksi dan mereka udah lama, disisi lainnya mereka melakukan penyelewengan dan satu sisi lagi mereka bahagia dengan cara mereka.

Gisel menelan ludahnya berat. Dia tidak sanggup. Gisel berdehem sejenak.

"Mungkin kakak benar,kita bicarain lagi hal kni besok. Kita ketemu aja ditaman kampus besok sore" Balas Gisel.

Raksi diam,membuat Gisel menahan nafas selama beberapa menit.

'Kamu mau kita berakhir ?? Kenapa harus besok bertemu ?? Untuk apa ?? Membicarakan hal ini ??' Seloroh Raksi.

Gisel memejam,ada sesak didadanya. Dia ingin mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Raksi dan enggan pergi dari Raksi tapi bagaimana ??

"Papa manggil Gi buat makan kak,kakak jangan lupa makan ya..."

Gisel mematikan sambungan telefon secara sepihak. Gisel memejam dan berusaha menahan isakan keras yang akan dia keluarkan. Jika papanya dan Gara tahu,mereka akan marah pada Raksi.

'Apa mencintai seseorang adalah perbuatan dosa ?? Kenapa rasanya sesakit ini ??' Batin Gisel menahan isakannya.

Dibalik pintu kamar bernuansa coklat terang itu berdiri seorang pria muda. Gara.

Niskala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang