Hari ini aku tak ada jadwal kuliah. Aku baru saja bangun dan melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Untungnya tidak kuliah, kalo tidak aku pasti udah telat. Perjalanan camping kemarin memang membuatku sangat capek sampai tertidur pulas semalam. Aku mencoba untuk mengumpulkan nyawa sampai tiba-tiba hp ku berbunyi. Tertera nama Nino disana, dahiku langsung berkerut membacanya. Ada apa Nino nelpon aku pagi-pagi begini?
" Halo." aku menjawab telpon Nino.
" Halo, kakak cantik."
" Iya, Nino. Kenapa? "
" Kakak bisa gak ke rumah aku? " suara Nino tampak khawatir.
" Ada apa? "
" Kak...Abang sakit. Dari sejak pulang camping kemarin demamnya gak turun-turun. Aku gak tahu mau buat apa. " kata Nino dengan suara parau.
" Apa? Abang Mexi maksud kamu? "
" Iya. Wajahnya pucat banget, aku takut."
" Emang Bunda kamu kemana? Abang Gio? "
" Bunda lagi ke pasar belanja. Bang Gio udah pergi kuliah pagi-pagi tadi."
" Kamu gak sekolah? "
" Tadinya aku mau sekolah, tapi abang gak ada yang jagain. Makanya aku gak masuk. Gimana donk, Kak? Hiksss... " Nino mulai menangis.
" Yaudah, yaudah, kamu tenang dulu ya. Kakak ke rumah kamu sekarang"
" Bener ya, Kak? "
" iya. Kamu tenang ya, jangan nangis."
" Iya. Yaudah deh. Da da..."
" Daaa..."
Tit! Telpon pun terputus.
" Mexi sakit? Jangan-jangan gara-gara gue minjem jaket dia kemarin lagi? Aduh, mati deh gue! " gumamku merasa bersalah. Aku langsung berlari menuju kamar mandi dan bersiap ke rumah Mexi.
* * *
Tok...Tok...Tok...
Aku mengetuk pintu rumah Mexi. Kreekkk...Pintu pun terbuka. Nino muncul dari dalam rumah.
" Kakaaakkk..." teriak Nino saat melihatku. Dia berlari lalu memelukku.
" Heiii..." balasku sambil kembali memeluknya.
" Ayo, Kak, kita ke kamar abang. Badannya panas banget." ajak Nino sambil menarik tanganku. Aku menurut dan membiarkan Nino menuntunku.
Kreekkk...Pintu kamar Mexi pun terbuka. Kamar yang memberi kenangan buruk padaku, waktu aku salah masuk ke kamar ini dan melihat Mexi setengah telanjang dengan hanya menggunakan handuk. Sudahlah, aku tak mau mengingatnya lagi. Memalukan. Saat masuk, tampak Mexi yang menggunakan kaos hitam dan dibalut selimut sedang terbaring lemah di tempat tidur. Aku langsung berjalan mendekatinya.
" Mex, lo kenapa? " tanyaku sambil memegang dahinya.
" Ya ampuunn...Badan lo panas banget." teriakku kaget saat merasakan tubuh Mexi yang begitu panas.
" Lexa? Ngapain lo kesini? " tanya Mexi yang setengah sadar.
" Nino nelpon gue." jawabku singkat.
" Tuh, Kak, gimana donk? Demamnya gak turun-turun, padahal aku udah kompres pake ini." kata Nino sambil menunjuk mangkuk kecil berisi air dan sebuah kain kecil di dalamnya.
" Abang udah makan belum? " tanyaku pada Nino.
" Tadi pagi sih udah sarapan, tapi cuma dikit karena abang bilang gak selera makan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift From God
RomanceAlexa, seorang gadis berusia 21 tahun, yang harus pindah dari kota Bandung ke Jakarta karena pekerjaan orang tuanya. Kehidupan di Jakarta yang di dalam pikiran Alexa pasti sangat menjenuhkan ternyata benar adanya, apalagi ketika dia bertemu dengan M...