Part 9 - Panti Asuhan

406 26 0
                                    

Hari ini aku pulang kuliah jam satu siang. Harusnya jam segini matahari sedang terik-teriknya, tapi tidak dengan siang ini. Cuaca mendung dan awan tampak menggumpal menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Aku sedang menunggu Pak Maman di depan gerbang dengan harap-harap cemas agar hujan tidak turun dulu. Doaku melesat. Rintik hujan mulai turun membasahi lenganku. Aku langsung mencari tempat untuk berteduh, namun tidak ada pohon atau apapun yang bisa melindungiku dari air hujan. Aku pun mulai panik. Sebuah mobil sport berwarna putih berhenti di depanku. Kaca mobil itu pun terbuka.

" Ngapain lo disini? " tanya seseorang dari dalam mobil. Aku terkejut melihat itu adalah Mexi.

" Nunggu supir gue," jawabku sambil memayungi kepala dengan kedua tangan.

" Lo gak lihat ini hujan? Masuk! " perintah Mexi.

" Tapi supir gue..."

" Udah telepon aja suruh balik." kata Mexi dengan nada memerintah lagi. Aku berpikir sejenak.

" Buruan!! " teriaknya membuyarkan lamunanku. Aku langsung tersadar dan masuk ke dalam mobil Mexi. Tepat saat aku masuk hujanpun turun dengan derasnya. Untung saja aku menerima tawaran Mexi tepat waktu. Kemudian Mexi melaju membawaku pergi. Di dalam mobil aku mengeringkan beberapa bagian tubuhku yang basah karena rintik hujan.

" Eh, ini mau kemana? " tanyaku bingung saat Mexi membelokkan mobil ke arah yang berlawanan dari arah rumahku.

" Gue mau ke suatu tempat dulu."

" Lah, bukannya lo mau nganterin gue? "

" Iya, gue bakal nganterin elo. Tapi nanti setelah urusan gue selesai."

" Hah? " kataku terperangah mendengar jawaban Mexi. Aku menghempaskan tubuhku di jok mobil sambil menghela nafas panjang. Percuma saja berdebat dengannya, pasti aku akan kalah. Lagian ini kan mobil dia, gak mungkin aku memaksakan kehendakku. Kalo mau turun, tentu saja tidak mungkin karena di luar hujan turun dengan derasnya. Diterpa hujan sederas ini pasti bisa membuat tubuhku sakit. Pada akhirnya aku hanya pasrah dan menuruti kemauan Mexi. Mexi memasuki sebuah halaman rumah yang luas dan penuh pepohonan. Rumah itu sederhana dan seperti bangunannya sudah lama dibangun. Aku melihat sekeliling rumah itu dan menemukan sebuah papan yang bertuliskan "Panti Asuhan Kasih Ibu" di depan rumah. Dahiku berkerut tak mengertu kenapa Mexi membawaku kemari.

" Ini panti asuhan? " tanyaku tak percaya.

" Menurut lo? "

" Ya gak tahu."

" Itu kan ada tulisannya. Lo bisa bacakan? " kata Mexi ketus. Aku hanya menghela nafas mendengar ucapannya itu.

" Ayo turun."

" Gue ikut? "

" Ya iyalah. Ngapain lo sendirian disini? Yang ada ntar lo pingsan lagi kelamaan dibiarin di mobil."

" Haahhh..." aku menghela nafas panjang lagi. Semua sifat ketus dan galak Mexi sepertinya sudah membuat telingaku kebal. Setiap saat ketika berada di dekatnya aku sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Aku pun melepas seatbelt dan turun mengikuti Mexi. Mexi langsung masuk ke dalam rumah yang pintunya memang terbuka itu. Aku mengikuti langkahnya dari belakang. Ternyata hujan sudah reda ketika kami keluar dari mobil.

" Asslamualaikum..." ucap Mexi ketika masuk ke dalam rumah.

" Walaikumsalam..." seorang gadis yang usianya sepertinya tidak berbeda jauh dari kami muncul dari dapur.

" Mexi? " tanyanya kaget. Aku justru lebih kaget saat melihat gadis itu. Sepertinya aku mengenalnya, bukan, justru sangat mengenalnya.

" Lexa? " tanya gadis itu tak kalah kaget saat melihatku.

Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang