Part 15 - This Love

1K 48 8
                                    

Alarm di handphone membangunkanku pagi ini tepat pukul enam pagi. Aku langsung bergerak mandi dan bersiap-siap untuk beramgkat kuliah. Hari ini aku ada kuliah pagi. Setelah selesai berkemas, aku berjalan turun ke bawah. Tampak Papa dan Mama sedang menikmati sarapan di meja makan.

" Pagi Pa, pagi Ma..." sapaku pada kedua orangtuaku.

" Pagi, sayang." balas Papa sambil meminum tehnya pagi ini.

" Papa mau pergi lagi? " tanya to the point mengingat ucapan Mma tadi malam.

" Iya. Ada project baru yang harus Papa selesaikan di Singapura."

" Ck. Kapan sih Papa punya waktu buat aku? "

" Sabar ya, Nak, nanti Papa suruh sekretaris Papa buat ngatur jadwal supaya kita bisa jalan bertiga."

" Susah ya cuma mau jalan aja harus ngatur jadwal dulu."

" Lex..." tegur Mama padaku.

" Ck! " aku berdecak kesal.

" Kamu doain aja supaya kerjaan Papa ini lancar dan cepat selesainya. Supaya kita bisa jalan-jalan."

" Hmmm...Semoga deh." harapku dengan tampang kesal. Setelah selesai sarapan, aku lngsung berpamitan pada Mama dan Papa, lalu berangkat ke kampus sendiri, tanpa diantar oleh Pak Maman. Aku tiba di kampus tepat pukul 07.30 WIB dan suasana kampus sudah ramai. Aku langsung menuju kelas setelah memarkirkan mobil.

" Lex..." seseorang memanggilku saat di koridor. Aku pun menoleh.

" Eh, Gio."

" Lo siap kelas jam berapa hari ini? " tanya Gio padaku.

" Kenapa? "

" Gue pengen ngajak lo jalan."

" Apa? "

" Iya. Lo bisa kan? "

" Hah, emmmm..." jawabku ragu. Aku teringat kata-kata Mexi kemarin yang mengatakan kalo aku terlalu gampang menerima ajakan Gio. Bukan hanya karena itu, tapi ntah kenapa aku merasa harus menjaga perasaan seseorang dengan ajakan Gio ini.

" Kok jawabnya lama? " tanya Gio lagi.

" Ntar gue kabarin lagi deh."

" Lo ada acara ya? "

" Emmm...Iya."

" Yaudah, ntar kabarin aja ya."

" Oke."

" Yaudah, gue ke kelas dulu. Bye."

" Bye."

Setelah Gio pergi aku pun menarik nafas panjang.

" Aduh, gimana nih? Kalo gue terima ajakan Gio, ntar Mexi bilang gue terlalu gampang lagi diajak cowok. Kalo gue tolak, gue harus kasih alasan apa? " tanyaku bingung. Aku berjalan mondar mandir di koridor.

" Hei..." seseorang datang mengagetkanku.

" Mexi? " tanyaku kaget.

" Kenapa wajah lo? Kok kayak bingung gitu? " tanya Mexi sambil menatap wajahku.

" Hah, eng, eng...enggak." jawabku gugup sambil menundukkan wajah agar Mexi tak melihatnya. Tapi, ternyata salah, Mexi malah mengangkat daguku dengan tangannya.

" Boong. Ada apa? " tanya Mexi yakin kalo dugaannya benar, aku memang sedang bingung.

" Emmm...Anu...Mmm..."

" Hei, lo kenapa sih? " tanya Mexi lagi kini sambil memegang wajahku dengan kedua tangannya. Aduh, diperlakukan ssperti ini membuatku semakin bingung.

Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang