Part 2 - Argio

771 40 0
                                    

Pagi ini aku bangun lebih awal agar tidak telat ke kampus. Setelah selesai memoleskan sedikit bedak di wajahku, aku pun turun untuk sarapan. Ternyata papa dan mama sudah menungguku di meja makan.

" Pagi, Pa, Ma..." sapaku sambil duduk di kursi.

" Pagi, Sayang." jawab Papa yang sedang membaca koran.

" Gimana kemarin hari pertama kamu di kampus? " tanya Mama sambil mengisi piring dengan nasi goreng untukku.

" Ya gitu deh, Ma."

" Ya gitu deh gimana? "

" Ada yang macem-macemin kamu? " tanya Papa curiga.

" Enggak."

" Terus? " tanya Mama lagi.

" Teman-temannya baik kok, suasana kampusnya juga enak." jawabku jujur. Ya jelas saja, bagaimana tidak? Hri pertama aku sudah mendapatkan teman sebaik Jeje. Juga Gio, cowok yang menghampiriku saat pulang kemarin dan mengajakku berkenalan.

" Hmmm...Bagus deh. Kalo ada apa-apa di kampus, kamu kasih tau Papa ya." kata Papa mengingatkanku. Papa adalah orsng yang sangat protektif padaku, mungkin karena aku anak tunggal di keluarga ini.

" Iya, Pa." jawabku sambil melahap nasi goreng yang ada di depanku.

" Kamu yakin mau bawa mobil sendiri, Lex? " tanya Mama setelah aku selesai sarapan. Dulu waktu di Bandung, aku sudah bawa mobil sendiri sejak SMA, lebih tepatnya saat aku sudah memiliki SIM. Sekarang karens aku belum begitu hapal jalanan kota Jakarta, makanya Pak Maman yang mengantar jemputku. Pak Maman adalah orang asli Jakarta yang merantau mencari kerja di Bandung, yaitu menjadi supir di keluargaku selama belasan tahun. Makanya Pak Maman sudah sangat hapal dengan kota Jakarta, bahkan dia sangat senang saat mengetahui bahwa kami harus pindah ke Jakarta karena pekerjaan Papa.

" Yakin, Ma. Aku bisa kok." jawabku meyskinkan Mama dan Papa.

" Kenapa gak diantar jemput sama Pak Maman aja? " tanya Mama lagi.

" Gak usah deh. Kemarin aku nunggu lama banget karena Pak Maman nganterin Mama belanja. Pak Maman nemenin Msma aja kemana-mana, gak usah nganterin aku."

" Iya soalnya Mama juga belum begitu hapal daerah sini." kata Mama. Mama juga biasanya menuetir sendiri kalo kemana-kemana. Tapi balik lagi, karena kami adalah penghuni baru di Jakarta, maka kalo mau kemana-kemana harus diantar jemput sama supir.

" Yaudhah, Ma, Pa, aku berangkat dulu ya." kataku pamit pada kedua orang tuaku. Aku menyalam tangan dan mencium pipi keduanya.

" Hati-hati ya, Nak." kata Mama sebelum aku pergi.

" Iya, Ma. Assalamualaikum."

" Walaikumsalam." jawab Papa dan Mama serempak. Saat tiba di depan pintu, aku melihat mobil Jazz Hitamku sudah terparkir rapi di teras rumah. Pak Maman sudah menyiapkannya.

" Makasih, Pak." kataku saat masuk ke dalam mobil.

" Sama-sama, Non. Hati-hati ya, Non." kata Pak Maman sambil menutup pintu mobilku.

" Iya."

Aku pun menjalankan mobil menuju kampus. Saat di perjalanan, aku mendengarkan radio yang sedang memutarkan lagu kesukaanku, Coldplay - Fix You. Aku bernyanyi kecil untuk menghilangkan kebosanan melewati kemacetan kota Jakarta pagi ini. Di tengah perjalanan, sebuah motor sport berwarna merah mengklakson dari belakang. Aku langsung melihat dari kaca spion. Pengendara sepeda motor itu memainkan gasnya sehingga timbul suara yang berisik dari knalpot motornya. Aku menginjak gas untuk menghindari motor itu. Bukannya menjauh, malah motor itu ikut menambah kecepatan sehingga kami balapan. Di simpang jalan, motor itu berhasil mendahuluiku setelah aku mengurangi kecepatab. Rasanya tidak guna balapan dengan pemilik motor resek ini. Aku menatap punggung si pengendara itu dengan kesal.

Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang